LAPORAN PENETAPAN COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) DARI KADAR ZAT ORGANIK
DOWNLOAD FILE DISINI
DISUSUN OLEH
NAMA : WAHYU MUBAROQH HASAN
NPM : 85AK16028
PRODI : DIII ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
STIKES BINA MANDIRI
GORONTALO
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan laporan ini yaitu “Penetapan
COD (Chemical Oxygen Demand) dari Kadar Zat Organik“. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. yang telah membawakan ajaran Islam yang dengannya
dapat mengantarkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Dede Sutriono, S.Si dan Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen pengampuh
mata kuliah praktikum Analisa Kimia Air yang telah membantu dalam membimbing
dalam pembuatan laporan ini.
2.
Ayah dan Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran,
dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis
dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis
menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi
penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya
rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, Desember 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………….. i
DAFTAR
ISI ..……...…………………………………………………… ii
DAFTAR
TABEL ……………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
………….………………………………….. 1
1.1. Latar
Belakang ………………………………………………...….... 1
1.2. Tujuan
……………………………………………………………… 2
1.3. Manfaat
…………………………………………………………….. 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 3
2.1. Pengertian Air ………………………………...……….…………… 3
2.2. Karakteristik Air …………………………………………………..... 3
2.3. Sumber Air …………………………………………...…………….. 4
2.3.1. Air Permukaan ……………………………………………… 5
2.3.2. Air Tanah ………………………..…………………………. 5
2.3.3. Air Angkasa ………………………………………………... 6
2.4. Kualitas Air …….…………………………………...……………… 6
2.4.1. Kualitas Biologi …………….……………………………... 6
2.4.2. Kualitas Fisik ……………………………………………… 7
2.4.3. Kualitas Kimia …..…………………………………………. 7
2.5. Air Limbah ..…………………………..…………………………… 7
2.6. Sumber Limbah Cair …….…………………………….…….…….. 8
2.6.1. Aktivitas Manusia ....……..………………….…………….. 8
2.6.2. Aktivitas Alam ………………..……..…………………….. 10
2.7. Chemical
Oxygen Demand (COD) ………………………………… 10
2.8. Titrasi Permanganometri ……………...……………………………. 11
BAB
III METODE KERJA …………………..………………………… 12
3.1. Alat
..…….………………………………………………………….. 12
3.2. Bahan
…….………………………………………………………… 12
3.3. Prosedur
Kerja ……………………………………………………… 12
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..……………………………… 13
4.1. Hasil
……………………………………………………………….. 13
4.2. Pembahasan
.……………………………………………………….. 13
BAB V
PENUTUP …………………………………………………….. 19
5.1. Kesimpulan
………………………………………………………... 19
5.2. Saran
………………………………………………………………. 19
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………... 20
LAMPIRAN
I
LAMPIRAN
II
LAMPIRAN
III
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1.1. Hasil Uji Organoleptik dan Derajat Keasaman ……………. 13
Tabel
4.1.2. Hasil Penentuan Kadar Zat Organik/COD ……………….... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Air
sebagai sumber daya alam yang sangat melimpah dimuka bumi memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup. Kebutuhkan akan air
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat tetap bertahan dan melangsungkan
kehidupannya. Air memiliki berbagai macam jenis dan kriteria yang berbeda
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Namun, kualias air dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan perubahan kandungan di dalamnya
sehingga dapat menyebabkan pencemaran terhadap air itu sendiri. Yang menjadi
isu permasalahan sekarang ialah banyak sumber air yang digunakan oleh
masyarakat yang tercemar. Sehingga perlu adanya koordinasi dari pemerintah
untuk melakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Indonesia
memiliki peraturan yang mengatur akan kualitas air. Peraturan tersebut
termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Menurut Peraturan Pemerintah
tersebut pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar
kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran air adalah
upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air
untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Dan, mutu air
adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Salah
satu aspek atau parameter yang digunakan untuk mengetahui pencemaran ialah COD
(Chemical Oxygen Demand). COD (Chemical Oxygen Demand) menyatakan
jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi zat organik dalam air secara
kimiawi. Semakin banyak oksigen yang digunakan maka secara tidak langsung, COD
(Chemical Oxygen Demand) juga menyatakan
banyaknya zat orgnik dalam air tersebut. Semakin banyak zat organik yang ada
dalam suatu periaran maka semakin tinggi pula tingkat cemaran yang terjadi.
Salah satu contoh kegiatan yang menghasilkan limbah cemaran zat organik ialah
para pengusaha tahu yang membangun pabrik-pabriknya di pinggi sungai.
Di
Gotontalo banyak pengusaha atau pabrik-pabrik tahu yang beroperasi. Mereka
membangu dan mendirikan pabrik tahu mereka di dekat sungai sehingga air sisa
(limbah) pengolahan tahu dapat langsung dibuang pada sungai tersebut sehingga
tidak menghasilkan bau yang tidak sedap disekitar pengukimannya. Namun,
pembuangan limbah tahu ini sangat berdampak pada lingkungan sekitar. Menurut
Arifin (2012) limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik yang
tinggi terutama protein dan asam-asam
amino. Adanya senyawa-senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair
industri tahu mengandung BOD, COD, dan TSS yang tinggi. Bahan-bahan organik
yang terkandung di dalam limbah industri cair tahu pada umumnya sangat tinggi.
Senyawa-senyawa organik tersebut dapat berupa protein, karbohidrat dan lemak.
Senyawa protein memiliki jumlah yang paling
besar yaitu mencapai 40%-60%,
karbohidrat 25%-50%, dan lemak 10%. Bertambah lama bahan-bahan organik dalam
limbah cair tahu, maka volumenya semakin meningkat. Berdasarkan teori penunjang
tersebut, air sungai yang tercemar perlu dilakukan pengujian parameter
pencemaran seperti COD (Chemical Oxygen
Demand) guna untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi dalam
periaran tersebut.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kali ini ialah agar
mahasiswa dapat menentukan kadar zat organik/COD (chemical Oxygen Demand) dengan cara titrasi permanganometri.
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat dari laporan kali ini ialah memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa dalam menentukan kadar zat organik/COD (chemical Oxygen Demand) dengan cara
titrasi permanganometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian
Air
Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya
kehidupan seperti yang ada di bumi. Seluruh organisme sebagian besar tersusun
dari air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air. Air adalah medium yang biologis di bumi ini.
Air adalah satu-satunya substansi umum yang ditemukan di alam dalam tiga wujud
fisik materi yaitu padat, cair dan gas.Air merupakan suatu sarana utama untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu
media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah
satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai pada
manusia (Jeprianto, 2014).
2.2.
Karakteristik
Air
Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah
sekitar 1.368 juta km3 air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya
uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau,
air tanah, (ground water), dan gunung
es (glacier). Semua badan air di
daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologiyang
berlangsung secara kontinu. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak
dimiliki oleh senyawa kimia yang lain yakni, memiliki kisaran suhu yang sesuai
bagi kehidupan, yaitu 0° (32°F) - 100°C, air berwujud
cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing
point) dan suhu 100°C merupakan
titik didih (boiling point) air. Tanpa
sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup maupun
air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada
dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan ada kehidupan di muka bumi
ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel mahluk hidup adalah air (Jeprianto,
2014).
Perubahan suhu air yang berlangsung lambat memiliki
sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Air memerlukan panas yang
tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan
air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah besar.
Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan
energi panas yang besar. Proses inilah
yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada saat berkeringat tubuh terasa
sejuk dan merupakan penyebab terjadinya penyebaran panas yang baik di bumi.
Selain itu air juga merupakan suatu pelarut yang baik, air mampu melarutkan
berbagai jenis senyawa kimia. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi,
suatu cairan dikatakan memiliki permukaan tegangan yang tinggi jika tekananantar-molekul
cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki
sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher
wetting ability) (Jeprianto, 2014).
Kepadatan
(density) air, seperti halnya
wujud juga tergantung dari temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya
densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada
40°C. Sekalipun demikian, temperatur ini akan mudah
berubah, hal ini tampak pada specific heat air, yakni angka yang
menunjukan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air satu
derajat celsius. Specific heat bagian
air adalah 1/gram/°C, suatu angka yang sangat tinggi
dibandingkan dengan spescific heat lain-lain elemen di alam. Dengan demikian, transfer
panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas
panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air terhadap keadaan udara sekitarnya, hal ini
sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap
gejolak suhu (Jeprianto, 2014).
2.3.
Sumber
Air
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan
mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi (Limbong, 2008). Dalam
siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat
diperkirakan kualitas dan kuantitasnya, diantaranya adalah Air permukaan, Air
tanah, Air angkasa (Jeprianto, 2014).
2.3.1.
Air
Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir
dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran
industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni (Limbong, 2008):
1.
Air
Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah
mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada
umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
2.
Air
Rawa/ Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan
oleh zat-zat organik yang membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air
yang menyebabkan warna kuning coklat. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada
kedalaman tertentu dan sulit untuk dilakukan.
2.3.2.
Air
Tanah
Air tanah adalah air yang meresap kedalam tanah
sehingga telah mengalami penyaringan oleh tanah maupun oleh batu-batuan. Jika
dibandingkan dengan sumber air yang lain, air tanah lebih baik sehingga air
tanah banyak dimanfaatkan sebagai keperluan rumah tangga. Air tanah terbagi
dalam beberapa golongan yaitu (Limbong, 2008):
1.
Air
Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses penyerapan air pada
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga
air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam
yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia
tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal ini terdapat
dalam kedalaman 15 m. Sebagai sumber air minum, air tanah dangkal ini ditinjau
dari segi kualitas adalah baik tetapi tergantung pada musim.
2.
Air
Tanah Dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air pertama.
Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Kualitas dari air tanah dalam lebih baik
daripada air tanah dangkal, karena pada air tanah dalam penyaringannya lebih
sempurna dan bebas bakteri.
3.
Mata
air
Merupakan air yang mengalami penyaringan menembus
kedalaman lapisan mineral, dan muncul kepermukaan setelah melewati penyaringan
tersebut. Air mengandung logam-logam yang terlarut dan pada umumnya adalah
logam mangan yang akan membentuk endapan kuning kecoklatan pada saat air muncul
dari permukaan. Sejumlah mata air mengandung pasir-pasir yang menyebabkan kehidupan
organisme menjadi sangat rendah. Sebaliknya karbon dioksida menjadi tinggi dan
menghasilkan nilai pH yang rendah.
2.3.3.
Air
Angkasa
Air angksa merupakan air yang berasal dari atmosfir,
seperti hujan dan salju (Jeprianto, 2014).
2.4.
Kualitas
Air
Penentuan kualitas air dapat dilakukan dengan
melihat beberapa aspek berikut (Jeprianto, 2014) :
2.4.1.
Kualitas
Biologi
Menurut ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI),
kualitas air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme dalam air. Jasad-jasad
hidup yang mungkin ditemukan dalam sumber-sumber air antara lain golongan
bakteri, ganggang, cacing serta plankton. Kehadiran bentuk-bentuk tidak
diharapkan dalam air, hal ini dikarenakan berbagai mikroorganisme dapat
menyebabkan penyakit di samping pengaruh lain seperti timbulnya rasa dan bau.
2.4.2.
Kualitas
Fisik
Karakteristik fisik yang umum dianalisis dalam
penentuan kualitas air meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik
yang terkandung dalam air seperti lumpur, dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.
2.4.3.
Kualitas
Kimia
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia
yang beracun, perubahan rupa, warna dan rasa, serta reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas kimia air minum. Standar
kualitas kimia air dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena
pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut di dalam air
akan memberikan pengaruh-pengaruh negatif, baik dari segi kesehatan maupun dari
segi pemakaian lain.
2.5. Air Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun
dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan dalam jumlah
relatif sedikit tetapi berpotensi untuk
merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan–bahan
ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Tingkat bahaya keracunan
yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah,
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Muthawali, 2013).
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan
kualitas karena pengaruh manusia. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan
disaluran air kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas
pengolahan air limbah atau septic tank.
Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima melalui saluran pengeluaran.
Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat tercampur dengan berbagai kotoran seperti
feses maupun urin. Sistem pembuangan air adalah infrastruktur fisik yang
mencakup pipa, pompa, penyaring, kanal, dan sebagainya yang digunakan untuk
mengalirkan air limbah dari tempatnya dihasilkan ke titik di mana ia akan
diolah atau dibuang. Sistem pembuangan air ditemukan di berbagai tipe
pengolahan air limbah kecuali septic tank yang mengolah air limbah di tempat
(Anggraeni, dkk, 2014).
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air
dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut
maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan,
dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air
tanah, air permukaan atau air hujan. Air tanah, air permukaan dan air hujan
pada kondisi tertentu masuk sebagai komponen limbah cair, karena pada keadaan
sistem saluran pengumpulan limbah cair sudah rusak atau retak, air alam itu
dapat menyatu dengan komponen limbah cair yang lainnya dan harus diperhitungkan
upaya penanganannya (Nurhasanah, 2009).
2.6. Sumber Limbah Cair
Menurut Nurhasanah (2009), limbah cair bersumber
dari aktivitas manusia dan aktivitas alam.
2.6.1.
Aktivitas
Manusia
Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair
sangat beragam, sesuai dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam
pula. Beberapa jenis aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair
diantaranya:
1.
Aktivitas
Bidang Rumah Tangga
Sangat banyak aktivitas rumah tangga yang
menghasilkan limbah cair, antara lain mencuci pakaian, mencuci alat
makan/minum, memasak makanan dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci
kendaraan, penggunaan toilet, dan sebagainya. Semakin banyak jenis aktivitas
dilakukan, semakin besar volume limbah cair yang dihasilkan.
2.
Aktivitas
Bidang Perkantoran
Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan
aktivitas penunjang kegiatan pelayanan masyarakat. Beberapa contoh antara lain
Kantor Pemerintah Daerah, Kantor Skretariat DPR, Kantor Pos, Kantor PDAM,
Kantor PLN, Bank, Kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN), Kantor Inspeksi
Pajak. Limbah cair dari sumber itu biasanya dihasilkan dari aktivitas kantin
yang menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai, aktivitas penggunaan toilet
(kamar mandi, WC, wastafel), aktivitas pencucian peralatan, dan sebagainya.
3.
Aktivitas
Bidang Perdagangan
Aktivitas bidang perdagangan mempunyai variasi yang
sangat luas.variasi itu ditinjau dari berbagai aspek, yaitu jenis komoditas
yang diperdagangkan, lingkup wilayah pemasaran, kemampuan permodalan, bentuk
badan/organisasi, jenis kegiatan, dan sebagainya. Kegiatan dalam bidang
perdagangan yang menghasilkan limbah cair yaitu pengepelan lantai gedung, pencucian
alat makan dan minum di restoran, penggunaan toilet, pencucian pakaian,
pencucian kendaraan, dan sebagainya.
4.
Aktivitas
Bidang Perindustrian
Aktivitas bidang perindustrian juga sangat
bervariasi. Variasi kegiatan bidang perindustrian dipengaruhi antara lain oleh
faktor jenis bahan baku yang diolah/ diproses, jenis barang atau bahan jadi
yang dihasilkan, kapasitas produksi, teknik/jenis proes produksi yang
diterapkan, kemampuan modal, jumlah karyawan, serta kebijakan manajemen
industri.
5.
Aktivitas
Bidang Pertanian
Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair
karena digunakannya air untuk mengaliri lahan pertanian. Secara alami dan dalam
kondisi normal, limbah cair pertanian sebenarnya tidak menimbullkan dampak
negatif pada lingkungan, namun dengan digunakannya pestisida yang kadang-kadang
dilakukan secara berlebihan, sering menimbulkan dampak negatif pada
keseimbangan ekosistem air pada badan air penerima.
2.6.2.
Aktivitas
Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan
limbah cair yang disebut air larian. Air larian yang jumlahnya berlebih sebagai
akibat dari hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama
dapat menyebabklan terjadinya banjir. Atas dasar itu air hujan atau air larian
perlu diperhitungkan dalam perencanaan sistem limbah cair, agar dapat dihindari
hal-hal yang tidak diinginkan akibat air hujan, baik bagi lingkungan maupun
bagi kesehatan masyarakat.
2.7. Chemical
Oxygen Demand (COD)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar limbah organik yang ada di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah organik akan dioksidasi oleh kalium
bichromat (K2Cr2O7) sebagai sumber oksigen
menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Nilai
COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan organik (Nurhasanah,
2009).
Chemical
Oxygen Demand (COD) atau
kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis
yang ada dalam 1 L sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis
yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air (Muthawali, 2013).
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu
liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7
atau KMnO4. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sebagian
besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7
dalam keadaan asam yang mendidih optimum (Muhajir, 2013).
2.8. Titrasi Permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator
kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga
bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya.
Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.
Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia
ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila
digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara beraneka,
karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7
(Setyawati, 2015).
Permanganometri adalah penetapan
kadar zat berdasar
atas reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO4
mengalami reduksi. Dalam suasana asam reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut
(Rodiani, 2013) :
Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar
oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri (autoindikator).
Perlu diketahui bahwa larutan Kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses
permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk menstandarisasi
kalium permanganat dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat,
natrium oksalat, kalium tetra oksalat, dan lain-lain (Herdiansyah, dkk, 2014).
|
|
|
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Alat
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum Penentuan Kesadahan air ialah Erlenmeyer, buret, statif dan klem, gelas kimia, gelas ukur, hot plate dan
pipet tetes.
3.2.
Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Penentuan
COD (Chemical Oxygen Demand) ialah sampel
air sungai kontaminasi limbah tahu, larutan H2SO4 4 N, larutan
KMnO4 0,01 M,
dan larutan C2H2O4 0,01 N.
3.3.
Prosedur
Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Langkah
awal, ambil 50 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 mL. Tambahkan 5 mL larutan
H2SO4 4 N. Kemudian tambahkan larutan KMnO4 0,01 M hingga contoh uji berubah warna merah muda.
Panaskan di atas hot plate hingga contoh uji berubah warna bening.
Kemudian ditambahkan 10 mL larutan C2H2O4 0,01
N. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
KMnO4 0,01 M
hingga berwarna merah muda. Catat volume larutan KMnO4 yang digunakan. Lakukan interpretasi hasil COD.
Keterangan :
a = Volume larutan KMnO4 (mL)
b = Konsentrasi larutan KMnO4 (N)
c = Konsentrasi larutan C2H2O4 (N)
f = Faktor pengenceran
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum Penentuan
kadar zat organik/COD (Chemical Oxygen
Demand) ialah sebagai berikut :
Tabel
4.1.1. Hasil Uji Organoleptik dan Derajat Keasaman
|
No.
|
Parameter
|
Hasil Pengujian
|
|
1
|
Warna
|
Tidak berwarna
|
|
2
|
Kejernihan
|
Keruh
|
|
3
|
Bau
|
Berbau busuk
|
|
4
|
Rasa
|
Tidak berasa
|
|
5
|
pH
|
7,45
|
Tabel
4.1.2. Hasil Penentuan Nilai Kadar Zat Organik/COD
|
Volume Sampel
(mL) |
Volume KMnO4
|
Konsentrasi
|
Kadar Zat Organik/COD
( mg KMnO4/L)
|
|||
|
VAwal
(mL) |
VAkhir
(mL) |
VRerata
(mL) |
KMnO4
(N) |
C2H2O4
(N) |
||
|
50
|
7,1
|
7,9
|
7,5
|
0,05
|
0,01
|
15,8
|
4.2.
Pembahasan
Air merupakan
suatu senyawa yang sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, khususnya
manusia. Air oleh manusia banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk
dikonsumsi, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Namun kebutuhan akan pasokan
air oleh manusia juga berbanding lurus dengan kebutuhan air yang berkualitas bersih.
Menurut Widyastuti (2013) kualitas air merupakan salah satu faktor penting
untuk mengetahui apakah suatu sumber air tersebut dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, seperti kebutuhan air minum, pertanian, perikanan,
maupun digunakan untuk keperluan lainnya.
Keterbatasan pasokan air menyebabkan sebagai orang
menggunakan sumber air lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, misalnya
menggunakan air sungai. Namun nyatanya air yang digunakan oleh sebagain
kalangan tersebut belum tentu aman dari limbah pencemaran. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pegendalian
pencemaran air, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan definisi
tersebut dapat diketahui bahwa pencemaran dapat mengakibatkan air tidak dapat
digunakan sebagaimana fungsi menurut peruntukkannya.
Salah satu kegiatan masyarakat yang dapat
menyebabkan pencemaran ialah adanya pabrik-pabrik pembuatan tahu di area
sungai. Pabrik-pabrik tahu ini biasanya menggunakan sungai sebagai tempat
pembuangan zat sisa (limbah) pembuatan tahu. Menurut Arifin (2012) limbah tahu
berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi tahu yang terbuang
karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu sehingga tidak dapat
dikonsumsi. Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair
merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Limbah ini
terjadi karena adanya sisa air tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu yang
hancur karena proses penggumpalan yang tidak sempurna serta cairan keruh
kekuningan yang dapat menimbulkan bau tidak sedap bila dibiarkan. Menurut
Haitami, dkk (2016) zat organik dalam air menjadi salah satu parameter penting
dalam penentuan kualitas air, karena bisa menjadi salah satu ukuran seberapa
jauh tingkat pencemaran pada suatu perairan. Makin tinggi kandungan zat organik
didalam air, maka semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar.
Senyawa organik sebagai parameter adanya pencemaran
dalam perairan dapat ditentukan dengan cara COD (Chemical Oxygen Demand). Menurut Anggraeni, dkk (2014) angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Oleh
karena itu, pada praktikum ini dilakukan suatu penentuan kadar COD air sungai
yang tercemar limbah tahu yang dilakukan dengan cara titrasi permanganometri. Sampel
air sungai yang digunakan ialah sampel air sungai yang berlokasi di Kelurahan
Kayu Merah, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Ditempat tersebut terdapat sebuah
pengusahan tahu yang membangun usahanya dipinggir sungai.
Sebelum melakukan pengujian kadar zat organik atau
COD perlu dilakukan pengujian organoleptik dan derajat keasaman. Uji
organoleptik ialah uji yang penilaiannya dilakukan secara langsung dengan
mengandalkan panca indera. Dan derajat keasaman merupakan pengujian untuk
mengetahui suasana contoh uji (sampel) apakah termasuk dalam asam, netral atau
basa.
Dari hasil yang didapatkan, sampel tidak berwarna
tetapi kejernihannya kurang sehingga terlihat keruh. Hal ini menendakan bahwa
terdapat zat-zat yang tidak larut dalam sampel. Bau sampel juga berbeda yaitu
tercium bau busuk yang berasal dari sampel. Bau ini dihubungkan dengan ar yang
telah tercemar oleh zat-zat yang mempu mengubah bau air. Sehingga sampel
tersebut dapat dikatakan terkontaminasi dengan limbah pabrik tahu. Sampel air
tersebut tidak memiliki rasa dan pH-nya mencapai 7,45. Derajat keasaman ini
menunjukkan bahwa sampel masih berada di suasana normal yang cenderung ke basa.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, kadar maksimum pH yang diperbolehkan ialah
6,5-8,5. Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampel masih
berada pada kisaran pH yang normal pada air.
Penentuan COD menurut SNI 6989.73:2009 ialah
dilakukan dengan refluks terteutup secara titrimetri dengan prinsip kerjanya yaitu
senyawa organik dan anorganik, terutama organik, dalam contoh uji dioksidasi
oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup selama 2
jam menghasilkan Cr3+. Kelebihan kalium dikromat yang tidak
tereduksi, dititrasi dengan larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) menggunakan
indikator ferroin. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen
oksigen (O2 mg/L). Namun, pada praktikum kali ini untuk menentukan
kadar COD didasarkan pada kadar senyawa organik yang terkandung dalam contoh
uji (sampel). Penentuan COD cara ini merujuk pada SNI 06-6989.22:2004 dengan
prinsip zat organik di dalam air dioksidasi dengan KMnO4 direduksi
oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan
KMnO4.
Prosedur kerja yang dilakukan ialah mengambil 50 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 4 N. Adapun
penambahan asam sulfat dimaksudkan agar membuat suasana larutan menjadi asam
sehingga jika direaksikan dengan kalium permanganat. Langkah selanjutnya ialah
menambahkan larutan KMnO4 0,01 M hingga contoh uji berubah warna merah muda. Reaksi oksidasi
KMnO4 dalam kondisi asam menurut SNI
06-6989.22:2004 ialah sebagai berikut
:
Dari hasil reaksi tersebut dapat diketahui bahwa
terjadi penurunan angka bilangan oksidasi (biloks) atau telah terjadi reduksi
dari KMnO4 biloks +7 menjadi MnSO4 biloks +2 sehingga
menyebabkan senyawa MnSO4 akan menghasilkan warna merah jambu. Selain
itu, produk yang dihasilkan juga berupa oksigen (On) yang dapat
digunakan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam sampel.
Selanjutnya proses pemanasan. Proses pemanasan dilakukan
pada hot plate hingga contoh uji berubah warna bening. Pada proses
pemanasan juga terjadi proses oksidasi terhadap zat organik dalam sampel.
Menurut Haitami, dkk (2016) zat organik akan dioksidasi oleh KMnO4
berlebih dengan prosedur lamanya pendidihan selama 10 menit, sehingga pada
penetapan ini zat organik dapat dipastikan telah dioksidasi dengan sempurna
oleh KMnO4 berlebih
dikarenakan lamanya pendidihan telah mencapai waktu 10 menit. Reaksi oksidasi
yang terjadi menurut SNI 06-6989.22:2004 ialah sebagai berikut :
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa oksidasi
zat organic dari kelebihan produk oksiden KMnO4 menghasilkan produk
gas karbon dioksida dan air. Langkah selanjutnya ditambahkan 10 mL larutan C2H2O4
0,01 N. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
KMnO4 0,01 M.
Sesuai dengan prinsipnya, kelebihan KMnO4 direduksi oleh asam
oksalat berlebihan. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO4.
Dari hasil titrasi, asam oksalat akan mereduksi kalium permanganat sehingga
mengahsilkan warna merah jambu kembali. Reaksi yang terjadi ialah sebagai
berikut :
Menurut Herdiansyah,
dkk (2014) kalium permanganat secara luas
digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya
sendiri (autoindikator). Oleh sebab itu, penambahan indikator tidak dibutuhkan
lagi dalam melakukan titrasi permanganometri. Oleh karan itu, ketika titrasi telah mencapai titik akhir yang
ditandai dengan perubahan warna merah jambu maka titrasi dihentikan. Catat
volume larutan KMnO4 yang digunakan. Lakukan titrasi duplo dengan
perlakuan yang sama seperti sebelumnya dan lakukan interpretasi hasil zat organik dimana hasil
ini berbanding lurus dengan kadar COD (Chemical
Oxygen Demand). Oleh karenanya dapat dinyatakan sebagai besaran zat organik
yang mencemari perairan tersebut. Hasil yang diperoleh ialah 15,8 mg KMnO4/L.
Berdasarkan
hasil yang diperoleh bahwa terdapat 15,8 mg KMnO4/L zat organik yang
terkandung dalam sampel air sungai tersebut. Menurut pada Peraturan Pemerintah
No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air, bahwa parameter COD dalam kriteria mutu air dibagi menjadi empat golongan
yaitu kelas I untuk air baku air minum batas maksimalnya 10 mg/L, kelas II
untuk prasarana/sarana air batas maksimalnya 25 mg/L, kelas III untuk
pembudidayaan ikan air tawar batas maksimalnya 50 mg/L dan kelas IV untuk
mengairi persawahan batas maksimalnya 100 mg/L. Merujuk pada Peraturan
Pemerintah tersebut dapat diketahui bahwa air sungai yang tercemar tersebut
telah melebihi batas ambang kriteria mutu air kelas I untuk air baku air minum
sehingga tidak layak untuk dikonsumsi oleh warga sekitarnya.
Menurut
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang
baku mutu air limbah, baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan
pengolahan kedelai salah satunya pengelolaan tahu untuk parameter COD ialah
kadar maksimal 300 mg/L dengan beban 6 kg/ton dan kuantitas air limbah paling
tinggi 20 m3/ton. Merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
tersebut dapat diketahui bahwa sampel air sungai tersebut masih sangat jauh
dari kadar maksimal limbah pengolahan tahu. Oleh karena itu, tingkat
pencemarannya masih terbilang rendah walaupun telah melebihi batas ambang
kriteria mutu air kelas I untuk air baku air minum.
Dari
hasil yang diperoleh mengenai penentuan kadar zat organik untuk COD dari sampel
air sungai yang tercemar limbah tahu. Hal yang dapat dihimbau kepada masyarakat
setempat yang menggunakan air pada sumber air tersebut untuk kegiatan
sehari-hari ialah agar tidak memanfaatkan air dari sumber air tersebut untuk
dikonsumsi karena air tersebut telah melebihi batas ambang pencemaran limbah
untuk kriteria mutu air minum kelas I (air baku air minum). Namun masyakarat
setempat tidak perlu berkecil hati karena masyarakat setempat masih dapat
memanfaatkan sumber air tersebut seperti digunakan untuk prasarana/sarana air,
pembudidayaan ikan air tawar dan juga untuk mengairi pertanaman atau
persawahan. Hal ini dikarenakan air suga tersebut belum melampaui batas ambang
untuk kriteria mutu air II, III dan IV.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Penentuan kadar
zat organik/COD, kesimpulan yang diperoleh ialah penentuan kadar zat
organik/COD dilakukan dengan cara titrasi permanganometri yang berprinsip zat
organik di dalam air dioksidasi oleh KMnO4 berlebihan dalam suasana asam
dan panas dimana kelebihan KMnO4 direduksi oleh C2H2O4
berlebihan. Kelebihan C2H2O4 dititrasi kembali
oleh larutan KMnO4 dimana hasil yang diperoleh dari air sungai yang
tercemar limbah tahu ialah 15,8 mg KMnO4/L. Kadar zat oragnik/COD tersebut
telah melampaui batas ambang kriteria mutu air kelas I unutuk air baku air
minum merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dengan batas ambang
COD ialah 10 mg KMnO4/L.
5.2.
Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu untuk melakukan
praktikum kembali. Hal ini diutarakan karena pada praktikum sebelumnya tidak
dilakukan penentuan kadar zat organik langsung dari air limbah pabrik tahun.
Hal ini perlu untuk dilakukan karena untuk mengetahui seberapa banyak zat
organik yang dihasilkan oleh pabrik limbah tahu serta menghubungkan kadar yang
didapatkan dengan kebijkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5
tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraeni, D. S., Fina S. S., Irma E.,
Katerina J. K. W., Maya N., Nunik H. H., dan Shelly W. 2014. ANALISA COD (Chemical Oxygen Demand) Dalam
Air Limbah. Universitas Diponegoro. Semarang
Arifin, Farikhah. 2012. Uji Kemampuan Chlorella sp Sebagai Bioremidiator
Limbah Cair Tahu. Universitas Islam Negeri Maliki Malang. Jawa Timur
Haitami, Dinna Rakhmina dan Syahid
Fakhridani. 2016. Ketepatan Hasil Dan
Variasi Waktu Pendidihan Pemeriksaan Zat Organik. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Banjarmasin. Kalimantan Selatan
Herdiansyah,
F., dkk. 2014. Titrasi Permanganometri. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jeprianto. 2014. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Tanah Di Sekitar Lokasi Peternakan Babi
Desa Tumbang Tahai Dengan Metode MPN Coliform. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Palangkaraya. Kalimantan Tengah
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas : Analisa Dan Permasalahannya
Untuk Air Industri. Universitas Sumetera Utara. Medan
Muhajir, Mika Septiawan. 2013. Penurunan Limbah Cair Bod Dan Cod Pada
Industri Tahu Menggunakan Tanaman Cattail (Typha Angustifolia) Dengan Sistem
Constructed Wetland. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Muthawali, Dede Ibrahim. 2013. Analisa COD Dari Campuran Limbah Domestik
Dan Laboratorium Di Balai Riset Dan Standarisasi Industri Medan. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Nurhasanah. 2009. Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit, Pabrik Karet Dan Domestik. Universitas Sumatera Utara. Medan
Republik Indonesia. 2001. Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Sekretariat
Negara. Jakarta
Rodiani,
Teni dan Suprijadi. 2013. Analisis
Titrimetri dan Gravimetri. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Setyawati, Yeni. 2015. Analisa Permanganometri Pada Penurunan Kadar
Fe Menggunakan Resin Dan Media Filter Karbon Aktif Dalam Air Sungai Kaligarang.
Universitas Diponegoro. Semarang
Standard Nasional Indonesia 06-6989.22.
2004. Air dan Air Limbah – Bagian 73: Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi
(Chemical Oxygen Demand/COD) dengan Refluks Tertutup Secara Titrimetri.
Badan Standardisasi Nasional (BSN)
Standard Nasional Indonesia
6989.73. 2009. Air dan
Air Libah – Bagian 22 : Cara Uji Nilai Permanganat Secara Titrimetri. Badan
Standardisasi Nasional (BSN)
Widyastuti, M. 2013. Pengaruh Limbah Industri Tahu Terhadap
Kualitas Air Sungai Di Kabupaten Klaten. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
LAMPIRAN I
|
Proses
Pengujian pH
|
|
Persiapan
Sampel Air
|
|
Sampel Air
Pegunungan
|
|
Setelah
Dititrasi (warna biru)
|
|
Proses
Titrasi Untuk Kesadahan Total
|
|
Sebelum
Dititrasi (warna ungu)
|
|
Setelah
Dititrasi (warna ungu)
|
|
Proses
Titrasi Untuk Kadar Kalsium
|
|
Sebelum
Dititrasi (warna merah muda)
|
LAMPIRAN
II
SKEMA
KERJA
PENENTUAN
KESADAHAN TOTAL
|
Sampel
Air
|
|
Berwarna
Merah Muda
(keunguan) |
|
Berwarna
Biru
|
|
Hasil
|
PENENTUAN
KADAR KALSIUM DAN MAGNESIUM
|
Sampel
Air
|
|
Berwarna
Merah Muda
|
|
Berwarna
Ungu
|
|
Hasil
|
LAMPIRAN
III
PERHITUNGAN
PENENTUAN
NILAI KESADAHAN AIR
Rumus
:
Keterangan :
VCU = Volume larutan Contoh Uji (mL)
VEDTA = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)
VEDTA(a) = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan total
(mL)
VEDTA(b) = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kadar kalisum
(mL)
Perhitungan
kesadahan :
0 Response to "LAPORAN PENETAPAN COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) DARI KADAR ZAT ORGANIK"
Post a Comment