Lettori fissi

LAPORAN UJI AKTIFITAS MIKROORGANISME


DOWNLOAD FILE DISINI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Mikroba adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop.Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniseluler yang tumbuh dengancara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk dapat tumbuh dan berfungsi secara normal, mikroorganisme membutuhkan sumber energi, sumber nitrogen, vitamin, mineral dan faktor pertumbuhan lainnya.komponen tersebut diperoleh mikroba dari bahan pangan, sehingga makanan menjadi rusak (Fardiaz, 1992).
Kehidupan mikroba pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.Ada hasil metabolisme spesies mikroba tertentu pada makanan dibutuhkan dan digemari oleh manusia.Akan tetapi ada beberapa spesies yang dapat merusak makanan dengan pembusukan atau menghasilkan toksin yang berbahaya bagi manusia.Setiap produk yang dihasilkan oleh mikroba tergantung jumlah mikroba yang terkandung dalam suatu bahan atau lingkungan (Munawar, 2007).
Pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan dalam pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya.Selain itu, pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibabtkan perubahan fisik atau kimia yang tidak di inginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikonsumsi.Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau subtrat untuk perubahan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit. Oleh karena itu perlunya mengetahui sifat-sifat mikroorganisme perusak pada makanan.
Ikan dan Air merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai salah satu sumber protein hewani dan mineral juga. Ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati, dapat menyebabkan pembusukan. Ikan jika dibiarkan pada suhu kamar, maka segera akan terjadi proses pembusukan. Kandungan air, protein, lemak yang tinggi pada tubuh ikan merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri pembusuk atau mikroorganisme yang lain, sehingga ikan sangat cepat mengalami proses pembusukan dan menjadi tidak segar lagi. Kondisi lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba pembusuk.  Kondisi lingkungan  tersebut meliputi suhu, pH, oksigen, waktu simpan dan kondisi kebersihan saranprasarana (Suriawiria, 2005).
1.2  Tujuan
a.       Menentukan jumlah  total mikroorganisme dalam produk pangan
b.      Menentukan jumlah bakteri colliform dalam produk pangan tertentu
1.3  Manfaat
1.      Memberi pengetahuan tentang bahaya mikroba pada produk makanan
2.      Memberitahu konsumen supaya untuk lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aktivitas Mikroorganisme pada Bahan pangan
Mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan zat-zat nutrisi untuk sintesis komponen sel dan produksi energi. Sebagai sumber untuk menghasilkan energi ATP terutama diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein.Mikroorganisme termasuk mikroorganisme penyebab kerusakan dan kebusukan pada makanan mempunyai berbagai enzim yang dapat memecah komponen makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mengakibatkan perubahan pada sifat makanan seperti rasa, warna, bau dan tekstur. Aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam makanan dapat diketahui secara kualitatif dengan melakukan pengujian pada media pertumbuhan yang berbeda antara lain dengan uji proteolitik, lipolitik, pembentukan asam, pembentukan H2S dan lain-lain (Anonim, 2005).
Daya simpan produk-produk ikan dan air Ake dapat diketahui dari kandungan mikroorganisme pembusuk di dalamnya. Jenis kebusukan yang umum terjadi dipengaruhi oleh jenis produk, kontaminasi selama pengolahan dan pengepakan, cara pengepakan dan suhu serta waktu penyimpanan (Fardiaz, 1992).
Semua mikroorganisme patogen dan sebagian besar mikroorganisme penyebab kerusakan bahan pangan tergolong dalam kelompok mikroorganisme mesofil, yang memiliki suhu pertumbuhan optimal 30-45˚C.apabila kondisinya optimal, waktu generasi untuk beberapa tipe mesofil adalah 0,5 jam atau kurang (Nazaruddin dan Widyastuti, 1999).
Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.Ukuran yang digunakan untuk mikroorganisme adalah mikrometer, millimeter, nanometer.Mikroorganisme dapat ditemukan dimana-mana dan sangat berperan dalam semua kehidupan dimuka bumi.Kaitannya dengan makanan, mereka dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan dan juga sebagai perusak. Mikroba dapat tumbuh dan berkembang dalam berbagai jenis makanan yang mengandung bahan-bahan organik maupun anorganik (Supardi dkk,1999).
Pengujian terhadap mikroorganisme perusak yang dapat merusak bahan pangan perlu dilakukan sebagai parameter dalam penyimpanan dan pengawetan bahan pangan tersebut. Dengan mengetahui jenis mikroorganisme yang mungkin tumbuh dalam suatu bahan pangan, maka kita dapat melakukan berbagai pencegahan dengan memberikan perlakuan terhadap bahan pangan sehingga bakteri perusak tidak dapat tumbuh dan merusak bahan pangan tersebut (Basuki dkk,1991).
           














BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
            Alat yang digunakan adalah pembakar bunsen, penangan air, kacaa arloji, cawan petri, pipet, pompa kaaret (bulb), ose, spidol snowman permanen, autoclave, inkubator, plastik steril.
3.2 Bahan
            Adapun  bahan yang  digunakan adalah Air ake, Ikan kaleng kadaluarsa, BHIB (Brain-heart infusion broth) dan NA (Nutrien agar).
3.3 Prosedur Kerja
a.       Tandailah tiga cawab petri (masing-masing terdiri atas tiga cawan petri) dengan nama ketiga sampel makanan yang akan diuji dan pengencerannya (10-2, 10-3, 10-4). Berikan label pada ketiga lempeng agar EMB dengan nama sampel makanan.
b.       Cairkan agar tegak BHIB dalam penanngas air, dinginkan dan pertahankan pada suhu 45 0C.
c.       Masukkann 20 gr setiap sampel makanan yang ditimbang kaca arloji steril kedalam plastik steril sesuai dengan label yang telah diberikan. Tambahkan 180 ml kedalam setiap piala gelas dan haluskan setiap campuran selama 5 menit. Anda akan dapatkan pengenceran 1:10 (10-1). Untuk setiap sampel makanan ini.
d.      Pindahkan 1 ml suspensi sampel kedalam blanko air steril 99 ml untuk mendapatkan sampel yang sesuai. Homogenkan pengenceran  sampel  (10-3) dengan   menggunakan pipet yang berbeda, pindahkan 1 ml kedalam lempeng berlebel (10-3) dan 0,1 ml kedalam lempeng berlabel (10-4) tambahkan masing-masing media NA (Nutrien agar) yang dicairkan dan didinginkan kedalam tiga lempeng. Putar lempeng dengan perlahan-lahan untuk mendapatkan distribusi yang merata dan biarkan lempeng agar memadat.
e.       Ulanngi langkah empat  untuk sampel  yang lain dengan pengenceran  (10-1)
f.       Secara aseptis, siapkan lempeng untuk inopilasi teknik gores 4 arah, lalu inopulasikan setiap sampel makanan dengan pengenceran (10-1) pada lempeng agar label sesuai
g.      Inkubasi seluruh lempeng dengan posisi terbalik selama 24-48  jam suhu 300C.
Cara pengamatan:
1.      Dengan menggunakan perhitungan koloni listrik atau quebec, hitung jumlah koloni pada setiap lempeng. Perhitungan hanya dilakukan terhadap lempemg-lempeng yang valid secara statistik, yaitu mengandung 30-300  koloni. Lempeng-lempeng yang mengandung koloni kurang dari 30 dinyatakan sebagai terlalu kurang sedikitt  untuk dihitung (Too few to count, TFTC) dan lempeng-lemepeng yang memiliki jumlah koloni lebih dari 300 dinyatakaan terlalu banyak untuk  dihitung (Too numerous to count, TNTC).
2.      Menentukan jumlah organisme per ml sampel makanan pada lempeng-lempeng yang tidaak termasuk TFTC atau TNTC dengan mengalihkan jumlah koloni yang terhitung dengan faktor pengenceran
3.      Catat jumlah koloni dalam setiap lempeng dan jumlah organisme per ml sampel  maknan (pada tabel)
4.      Amati adanya koloni yang menunjukan kemilau hijau metalik pada permukaanya dalam biakan-biakan lempeng agar Eosin – Methilen Blue  yang menunjukan adanya E-Coli. Catat ada/tidaknya pertumbuhan E-Coli dan kemungkinan kontaminasi makanan oleh feses pada tabel.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel hasil pengamatan pada perubahan warna pada tabung reaksi
Gambar
Jenis sampel
Tabung positif
MPN

Ikan kaleng kadaluarsa
10-1 (3)




10-2 (3)







10-3 (3)



3




2







2

3 2 2
= 2,10
Air ake
10-1 (3)




10-2 (3)





10-3 (3)


2




2





2

2 2 2
=  0,5









4.1.2   Tabel Hasil Pengamatan pada cawan  petri
Gambar
Jenis sampel
Jumlah koloni
Keterangan
10-1
10-2
10-3
Air ake






Air ake






Air ake

520 (52 102 cfu/mm)





413 (41102 cfu/mm)





340 (34 102 cfu/mm)
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menginkubasi sampel yang ada pada cawan ini dengan waktu 24 jam dapat kita lihat terdapat banyak bakteri/koloni yang muncul di setiap cawan baik itu pada sampel ikan kadaluarsa dan air ake, dan bakterinya adalah bakteri colliform dan itu sudah tidak layak lagi dikonsumsi.
10-1

10-2
10-3



Ikan kaleng kadaluarsa







Ikan kaleng kadaluarsa





Ikan kaleng kadaluarsa
40 (40 102 cfu/mm)







9 (9 102 cfu/mm)





56 (56 102 cfu/mm)






4.2  Pembahasan
Mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan zat-zat nutrisi untuk sintesis komponen sel dan produksi energi. Sebagai sumber untuk menghasilkan energi ATP terutama diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein.Mikroorganisme termasuk mikroorganisme penyebab kerusakan dan kebusukan pada makanan mempunyai berbagai enzim yang dapat memecah komponen makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mengakibatkan perubahan pada sifat makanan seperti rasa, warna, bau dan tekstur. Aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam makanan dapat diketahui secara kualitatif dengan melakukan pengujian pada media pertumbuhan yang berbeda antara lain dengan uji proteolitik, lipolitik, pembentukan asam, pembentukan H2S dan lain-lain (Anonim, 2005).
4.2.1 Makanan Kaleng (Ikan kaleng)
Kebusukan makanan kaleng dapat disebabkan oleh kapang, khamir dan bakteri. Tanda-tanda kebusukan makanan kaleng oleh mikroorganisme dapat dilihat dari penampakan abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang luntur), atau melalui uji aktivitas mikroorganisme pada bahan pangan melalui pengikubasian dalam tabung reaksi, penampakan produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang, produk hancur dan pucat; dan keruh atau tanda-tanda abnormal lain pada produk cair. Dari ketiga jenis mikroba tersebut, bakteri merupakan penyebab kerusakan yang utama. Kadalursa disebabkan karena bakteri yang terdapat dalam makanan tersebut telah aktif kembali dan kaleng tempat penyimpanan produk tersebut rusak dikarenakan benturan serta lapisan enamelnya yang sudah habis. Mikoba yang terdapat dalam makanan kaleng tersebut adalah Clostrudium botulinum dan basilus Agar produk pangan yang dikemas steril maka harus dilakukan beberapa proses pemanasan seperti pasturisasi yaitu proses pemanasan.
Penyebab kadaluarsa misalnya habis masa pakai dimulai dari tgl produksi pertama sampai batas waktu yang ditentukan, waktu pengalengan bahan terkontaminasi dengan mikroorganisme, pengaruh suhu, kelembaban yang terlalu lama, bocor, proses sterilisasi kurang bagus, perlakuan pertama kurang bersih, tempat penyimpanan bahan makann kaleng.
Ada beberapa proses pemanasan yang dilakukan pada produk pangan Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam sutu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Pemanasan basah adalah pemansan ini digunakan untuk membunuh jasad renik terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel.
                  Metode yang digunakan dalam praktikum ini juga menggunakan metode hitungan cawan dimana prinsip dari metode hitungan cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel-sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapa dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop, metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik.
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh lingkungannya. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah air, oksigen, suhu dan nilai pH (keasaman). Pada makanan ada bakteri yang sangat berbahaya beberapa diantaranya yang pertama adalah Bacillus, jenis ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif dan kebanyakan bersifat gram positif. Bakteri ini sering menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan memproduksi asam tanpa gas, sehingga kerusaknnya disebut “flat sour” (busuk asam tanpa gas). Dan yang kedua adalah Clostridium, bakteri ini bersifat anaerobik sampai mikroaerofilik dan bersifat katalase negatif. Bakteri ini sering mnyebabkan kerusakan disertai pembentukan gas pada produk buah-buahan dalam kaleng. Dan dapat mempermentasikan asam amino menghasilkan produk-produk yang menyebabkan bau busuk, dan beberapa spesies clostridium bersifat patogen dan dapat menyebabkan keracunan makanan. C. perfringens memproduksi enterotoksin yang dapat menyerang saluran pencernaan dan menimbulkan gejala gastrointestinal. Jika tumbuh pada susu, spesies ini dapat membentuk asam dan gas sehingga mengumpalkan susu yang disebut “stormy fermentation”, sedangkan C. botulinum memproduksi neurotoksin yang menyerang syaraf dan menyebabkan kelumpuhan.
4.2.2 Air Ake
            Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun (Tarigan, 1988).
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat. Metode perhitungan MPN menggunakan media cair di dalam tabungdan cawan petri reaksi yang berisi tabung durham, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabungyang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas didalam tabung durham yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas, sehingga tabung durham tersebut naik keatas.
Dalam percobaan kali ini, digunakan Air ake. Dalam metode ini sampel yang telah diencerkan dituang kedalam masing-masing 3 tabung reaksi, kemudian sampel tersebut diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan perhitungan berdasarkan jumlah tabung yang positif dan cawan petri  yang ditumbuhi oleh mikroba. Pengamatan tabung positif dilakukan dengan mengamati perubahan warna pada sampel yang sebelumnya dicampurkan dengan medium LB (Laktose Broth), atau dengan terbentuknya gelembung gas dalam tabung durham. Fungsi dari tabung durham sendiri sebagai media untuk menampung gas akibat metabolisme bakteri. Dan penyebab lain dari terbentuknya gas dalam tabung, diakibatkan karena kontaminasi dari udara ketika proses isolasi dalam inkubator. Medium LB digunakan karena medium ini berfungsi sebagai media untuk mendeteksi kehadiran Coliform dalam air dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Sedangkan pada cawang menhitung jumlah koloni yang tumbuh. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organism Coliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk Coliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa. Dari hasil pengamatan, kedua sampel tersebut positif mengandung bakteri Coliform. Hal ini ditunjukkan dengan adanya gelembung gas yang berada dalam tabung durham dan warna larutan berubah menjadi dua warna.
.
pada hasil  pengamatan uji aktivitas mikroorganisme pada bahan pangan  yaitu ikan  kaleng kadaluarsa  dan air ake.dan berdasarkan uji laboratorium dengan  metode uji pada larutan pada tabung reaksi,  sampel  ikan kaleng kadaluarsa 10-1 dengan masing-masing 3 tabung reaksi menghasilkan 3 tabung positif, 10-2 menghasilkan 2 tabung positif, 10-3 menghasilkan 2 tabung positif. Di akumulasikan nilai tersebut menjaadi 2,10 MPN. Sedangkan pada sampel air ake 10-1, 10-2, 10-3 masing-masing menghasilkan 2 tabung positif di akumulasikan nilainya menjadi 0,5 MPN.

            Kemudian pada uji aktivitas  mikroorganisme pada bahan pangan dengan sampel yang sama (ikan kaleng kadaluarsa dan air ake) tetapi berbeda metode  yaitu metode menggunakan cawan petri  dengan saampel ikan 10-1 jumlah koloninya 40 (40 102 cfu/mm), 10-2 jumlah  koloni 9 (9 102 cfu/mm), dan 10-3 jumlah koloni 56 (56 102 cfu/mm). Sedangkan pada sampel air ake 10-1 jumlah koloni 520 (52 102 cfu/mm), 10-2 jumlah koloni 413 (41102 cfu/mm), dan 10-3 jumlah koloni  340 (34 102 cfu/mm).
Jadi dari kedua sampel tersebut sudah tidak layak/aman untuk dikonsumsi sebab jumlah bakteri coliform sudah ambang batas. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dijelaskan, bahwa mikroba yang terbentuk dalam tabung reaksi memerlukan oksigen untuk hidup, sehingga mikroba tersebut tergolong ke dalam bakteri aerob, dan salah satu cara untuk mengenali adanya mikroba dapat dilihat dari terbentuknya gas pada tabung yang menandakan tabung bersifat positif.  



















BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
pada hasil  pengamatan uji aktivitas mikroorganisme pada bahan pangan  yaitu ikan  kaleng kadaluarsa  dan air ake.dan berdasarkan uji laboratorium dengan  metode uji pada larutan pada tabung reaksi,  sampel  ikan kaleng kadaluarsa 10-1 dengan masing-masing 3 tabung reaksi menghasilkan 3 tabung positif, 10-2 menghasilkan 2 tabung positif, 10-3 menghasilkan 2 tabung positif. Di akumulasikan nilai tersebut menjaadi 2,10 MPN. Sedangkan pada sampel air ake 10-1, 10-2, 10-3 masing-masing menghasilkan 2 tabung positif di akumulasikan nilainya menjadi 0,5 MPN.

            Kemudian pada uji aktivitas  mikroorganisme pada bahan pangan dengan sampel yang sama (ikan kaleng kadaluarsa dan air ake) tetapi berbeda metode  yaitu metode menggunakan cawan petri  dengan saampel ikan 10-1 jumlah koloninya 40 (40 102 cfu/mm), 10-2 jumlah  koloni 9 (9 102 cfu/mm), dan 10-3 jumlah koloni 56 (56 102 cfu/mm). Sedangkan pada sampel air ake 10-1 jumlah koloni 520 (52 102 cfu/mm), 10-2 jumlah koloni 413 (41102 cfu/mm), dan 10-3 jumlah koloni  340 (34 102 cfu/mm). kedua sampel tersebut sudah tidak layak/aman untuk dikonsumsi sebab jumlah bakteri coliform sudah ambang batas
5.2.      Saran
            Saran yang dapat diberikan pada pengujian mikroba dalam produk makanan kaleng antara lain :
1.          Sebaiknya dilakukan pemanasan yang cukup dalam pengolahan makanan agar bakteri kontaminan yang terdapat pada makanan dapat mati.  
2.          Hindari makanan yang sudah melebihi batas kadaluarsa.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan. IPB Press, Bogor.

Gibson.J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern. EGC, Jakarta.

Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
Jurnal teknologi dan Industri Pangan Vol. XII No. 1 Tahun 2001
Lay, B.W. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo persada, Jakarta.    
Suryani. 1998. Mikrobiologi. Aneka Ilmu, Jakarta.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN UJI AKTIFITAS MIKROORGANISME"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel