LAPORAN Penetapan Kesadahan Air (Ii)
DOWNLOAD FILE DISINI
DISUSUN OLEH
NAMA : WAHYU MUBAROQH HASAN
NPM : 85AK16028
PRODI : DIII ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
STIKES BINA MANDIRI
GORONTALO
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan laporan ini yaitu “ Penetapan Kesadahan Air (II)
“. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad saw. yang
telah membawakan ajaran Islam yang dengannya dapat mengantarkan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Dede Sutriono, S.Si dan Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen pengampuh
mata kuliah praktikum Analisa Kimia Air yang telah membantu dalam membimbing
dalam pembuatan laporan ini.
2.
Ayah dan Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran,
dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis
dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis
menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi
penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya
rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, Desember 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………….. i
DAFTAR
ISI ..……...…………………………………………………… ii
DAFTAR
TABEL ……………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
………….………………………………….. 1
1.1. Latar
Belakang ………………………………………………...….... 1
1.2. Tujuan
……………………………………………………………… 2
1.3. Manfaat
…………………………………………………………….. 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 3
2.1. Pengertian Air ………………………………...……….…………… 3
2.2. Karakteristik Air …………………………………………………..... 3
2.3. Sumber Air …………………………………………...…………….. 4
2.3.1. Air Permukaan ……………………………………………… 5
2.3.2. Air Tanah ………………………..…………………………. 5
2.3.3. Air Angkasa ………………………………………………... 6
2.4. Kualitas Air …….…………………………………...……………… 6
2.4.1. Kualitas Biologi …………….……………………………... 6
2.4.2. Kualitas Fisik ……………………………………………… 7
2.4.3. Kualitas Kimia …..…………………………………………. 7
2.5. Kesadahan ……………………………..…………………………… 7
2.6. Jenis-jenis Kesadahan …….…………………………….………….. 8
2.6.1. Kesadahan Tetap
....………………………….…………….. 9
2.6.2. Kesadahan Sementara
………………..…………………….. 9
2.7. Tipe-tipe kesadahan ……….……..………………………………… 9
2.7.1. Kesadahan Umum …………………………………………… 10
2.7.2. Kesadahan Karbonat ………………………………………… 10
2.8. Dampak Air Sadah …………………………………………………. 11
2.8.1. Dampak Positif ……………………………………………… 11
2.8.2. Dampak Negatif …………………………………………….. 11
2.9. Kompleksiometri ………………………………………………….. 11
BAB
III METODE KERJA …………………..………………………… 13
3.1. Alat
..…….………………………………………………………….. 13
3.2. Bahan
…….………………………………………………………… 13
3.3. Prosedur
Kerja ……………………………………………………… 13
3.3.1. Kesadahan
Total ……………………………………………. 13
3.3.2. Kadar
Kalsium dan Magnesium ……………………………. 14
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..……………………………… 15
4.1. Hasil
……………………………………………………………….. 15
4.2. Pembahasan
.……………………………………………………….. 15
BAB V
PENUTUP …………………………………………………….. 22
5.1. Kesimpulan
………………………………………………………... 22
5.2. Saran
………………………………………………………………. 22
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………… 23
LAMPIRAN
I
LAMPIRAN
II
LAMPIRAN
III
DAFTAR TABEL
Tabel
2.5.1. Klasifikasi Tingkat Kesadahan
……………………..…….. 8
Tabel
4.1.1. Hasil Uji Organoleptik dan Derajat Keasaman ……………. 15
Tabel
4.1.2. Hasil Penentuan Kesadahan Air dan Kadar Kalsium …….... 15
Tabel
4.1.3. Hasil Penentuan Kadar Magnesium
……………………….. 15
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Air
adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia
ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Menurut Solihati, dkk
(2016), sel hidup baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air,
seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan
terkandung >67%.
Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan didalam tanah,
ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat
digunakan untuk kepentingan manusia. Kebutuhan akan air juga diiringi dengan
kebutuhan kualitas air yang bersih dan baik dimana dalam menentukan kualitas
air yang baik dilakukan pengujian terhadap parameter-parameter tertentu.
Indonesia
memiliki peraturan yang mengatur akan kualitas air. Peraturan tersebut
termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Menurut Peraturan Pemerintah
tersebut pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar
kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran air adalah
upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air
untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Dan, mutu air
adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kesadahan
merupakan salah satu dari sekian parameter yang perlu untuk dilakukan uji pada
kualitas air. Kesadahan air menurut Rahayu (2015) adalah kandungan mineral-mineral
tertentu di dalam air, umumnya ion
kalsium
(Ca) dan magnesium
(Mg) dalam bentuk garam
karbonat.
Dalam lingkup kehidupan masyarakat kesadahan air berpengaruh pada air rumah
tangga maupun air industri. Dalam air rumah tangga kesadahan dapat
mengakibatkan penggunaan sabun menjadi tidak efektif oleh adanya ikatan ion Ca
atau Mg. Sedangkan, pada air industri mengakibatkan proses pemanasan terhambat
oleh ion Ca yang menyebabkan kerak pada peralatan sistem pemanasan. Oleh karena
itu, pengujian parameter kesadahan ialah perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas
dan kelayakan air yang digunakan oleh masyarakat.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kali ini ialah agar
mahasiswa dapat menetapkan kesadahan total, kadar kalsium dan magnesium pada
air melalui titrasi EDTA.
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat dari laporan kali ini ialah memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa dalam menetapkan kesadahan total, kadar kalsium
dan magnesium pada air melalui titrasi EDTA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian
Air
Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya
kehidupan seperti yang ada di bumi. Seluruh organisme sebagian besar tersusun
dari air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air. Air adalah medium yang biologis di bumi ini.
Air adalah satu-satunya substansi umum yang ditemukan di alam dalam tiga wujud
fisik materi yaitu padat, cair dan gas.Air merupakan suatu sarana utama untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu
media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah
satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai pada
manusia (Jeprianto, 2014).
2.2.
Karakteristik
Air
Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah
sekitar 1.368 juta km3 air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya
uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau,
air tanah, (ground water), dan gunung
es (glacier). Semua badan air di
daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologiyang
berlangsung secara kontinu. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak
dimiliki oleh senyawa kimia yang lain yakni, memiliki kisaran suhu yang sesuai
bagi kehidupan, yaitu 0° (32°F) - 100°C, air berwujud
cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing
point) dan suhu 100°C merupakan
titik didih (boiling point) air. Tanpa
sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup maupun
air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada
dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan ada kehidupan di muka bumi
ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel mahluk hidup adalah air (Jeprianto,
2014).
Perubahan suhu air yang berlangsung lambat memiliki
sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Air memerlukan panas yang
tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan
air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah besar.
Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan
energi panas yang besar. Proses inilah
yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada saat berkeringat tubuh terasa
sejuk dan merupakan penyebab terjadinya penyebaran panas yang baik di bumi.
Selain itu air juga merupakan suatu pelarut yang baik, air mampu melarutkan
berbagai jenis senyawa kimia. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi,
suatu cairan dikatakan memiliki permukaan tegangan yang tinggi jika
tekananantar-molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi
menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability) (Jeprianto,
2014).
Kepadatan
(density) air, seperti halnya
wujud juga tergantung dari temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya
densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada
40°C. Sekalipun demikian, temperatur ini akan mudah
berubah, hal ini tampak pada specific heat air, yakni angka yang
menunjukan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air satu
derajat celsius. Specific heat bagian
air adalah 1/gram/°C, suatu angka yang sangat tinggi
dibandingkan dengan spescific heat lain-lain elemen di alam. Dengan demikian, transfer
panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas
panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air terhadap keadaan udara sekitarnya, hal ini
sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap
gejolak suhu (Jeprianto, 2014).
2.3.
Sumber
Air
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan
mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi (Limbong, 2008). Dalam
siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat
diperkirakan kualitas dan kuantitasnya, diantaranya adalah Air permukaan, Air
tanah, Air angkasa (Jeprianto, 2014).
2.3.1.
Air
Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir
dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran
industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni (Limbong, 2008):
1.
Air
Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah
mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada
umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
2.
Air
Rawa/ Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan
oleh zat-zat organik yang membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air
yang menyebabkan warna kuning coklat. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada
kedalaman tertentu dan sulit untuk dilakukan.
2.3.2.
Air
Tanah
Air tanah adalah air yang meresap kedalam tanah
sehingga telah mengalami penyaringan oleh tanah maupun oleh batu-batuan. Jika
dibandingkan dengan sumber air yang lain, air tanah lebih baik sehingga air
tanah banyak dimanfaatkan sebagai keperluan rumah tangga. Air tanah terbagi
dalam beberapa golongan yaitu :
1.
Air
Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses penyerapan air pada
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri,
sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia
(garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai
unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal
ini terdapat dalam kedalaman 15 m. Sebagai sumber air minum, air tanah dangkal
ini ditinjau dari segi kualitas adalah baik tetapi tergantung pada musim.
2.
Air
Tanah Dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air pertama.
Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Kualitas dari air tanah dalam lebih baik
daripada air tanah dangkal, karena pada air tanah dalam penyaringannya lebih
sempurna dan bebas bakteri.
3.
Mata
air
Merupakan air yang mengalami penyaringan menembus
kedalaman lapisan mineral, dan muncul kepermukaan setelah melewati penyaringan
tersebut. Air mengandung logam-logam yang terlarut dan pada umumnya adalah
logam mangan yang akan membentuk endapan kuning kecoklatan pada saat air muncul
dari permukaan. Sejumlah mata air mengandung pasir-pasir yang menyebabkan
kehidupan organisme menjadi sangat rendah. Sebaliknya karbon dioksida menjadi
tinggi dan menghasilkan nilai pH yang rendah.
2.3.3.
Air
Angkasa
Air angksa merupakan air yang berasal dari atmosfir,
seperti hujan dan salju (Jeprianto, 2014).
2.4.
Kualitas
Air
Penentuan kualitas air dapat dilakukan dengan
melihat beberapa aspek berikut (Jeprianto, 2014) :
2.4.1.
Kualitas
Biologi
Menurut ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI),
kualitas air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme dalam air. Jasad-jasad
hidup yang mungkin ditemukan dalam sumber-sumber air antara lain golongan
bakteri, ganggang, cacing serta plankton. Kehadiran bentuk-bentuk tidak
diharapkan dalam air, hal ini dikarenakan berbagai mikroorganisme dapat
menyebabkan penyakit di samping pengaruh lain seperti timbulnya rasa dan bau.
2.4.2.
Kualitas
Fisik
Karakteristik fisik yang umum dianalisis dalam
penentuan kualitas air meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik
yang terkandung dalam air seperti lumpur, dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.
2.4.3.
Kualitas
Kimia
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia
yang beracun, perubahan rupa, warna dan rasa, serta reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas kimia air minum. Standar
kualitas kimia air dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena
pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut di dalam air
akan memberikan pengaruh-pengaruh negatif, baik dari segi kesehatan maupun dari
segi pemakaian lain.
2.5. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral
tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mneral yang rendah.
Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion
logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana
untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan
busa atau menghasilkan sedikit busa . Kesadahan air total dinyatakan dalam
satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Kemudian untuk
mengetahui jenis kesdahan ai adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah
dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang digunakan
adalah air sadah tetap (Retnowati, 2015).
Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan
berbeda-beda, pada umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi,
hal ini terjadi karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada
pada lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahannya rendah
(air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari calsium
sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya. Tingkat kesadahan
air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini (Prakoso,
2016).
Tabel
2.5.1. Klasifikasi Tingkat Kesadahan
|
mg CaCO3/L
|
Tingkat Kesadahan
|
|
0 - 75
|
Lunak (soft)
|
|
75 - 150
|
Sedang (moderately hard)
|
|
150 – 300
|
Tinggi (hard)
|
|
> 300
|
Tinggi sekali (very hard)
|
2.6. Jenis-jenis Kesadahan
Kesadahan merupakan petunjuk
kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air
berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan
sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa.
Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+.
Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (Rahayu,
2015).Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+,
khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai
sifat/karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+
dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3. Terdapat tiga jenis kesadahan
yakni, sebagai berikut (Rahayu, 2015):
2.6.1.
Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan
yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-,
NO3- dan SO42-. Berarti senyawa
yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium
nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2),
dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa
tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan
hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan,
harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan
zat-zat kimia tertentu (Rahayu, 2015).
Kesadahan tetap dapat dikurangi
dengan penambahan larutan soda- kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat
dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat
(padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air (Rahayu,
2015).
2.6.2. Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara merupakan
kesadahan yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau
boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2)
dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut
terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan
pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel (Rahayu,
2015).
2.7. Tipe-tipe kesadahan
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe,
yaitu: kesadahan umum (“general hardness”
atau GH) dan kesadahan karbonat (“carbonate
hardness” atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula
tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total
merupakan penjumlahan dari GH dan KH, yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan
Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi EDTA dan menggunakan
indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total dapat juga
ditentukan dengan menggunakan jumlah ion Ca2+dan ion Mg2+yang dianalisa secara
terpisah misalnya metode AAS. Adapun tipe kesadahan ialah sebagai berikut (Rahmania dan Jeine, 2011):
2.7.1.
Kesadahan
Umum
Kesadahan umum atau “General Hardness” merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion
magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula
mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan
relatif sulit diukur sehingga diabaikan. Kesadahan Umum (GH) pada umumnya
dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3),
tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3.
Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida)
perliter air.
2.7.2.
Kesadahan
Karbonat
Kesadahan Karbonat (KH) merupakan besaran yang
menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat
(CO32-) di dalam air. Dalam aquarium air tawar, pada
kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada aquarium air
laut ion karbonat lebih berperan. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu
suatu ekspresi dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu
mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas
pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang
sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan
sebagai agen pem-bufferan yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada
umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam
CaCO3 seperti halnya GH.
2.8. Dampak Air Sadah
Adanya kesadahan air dapat menimbulkan dampak
positif, namun apabila tingkat kesadahannya tinggi maka dapat menyebabkan
berbagai dampak negatif (Rahmania dan Jeine, 2011) yaitu :
2.8.1.
Dampak
Positif
Dampak positif dari adanya kesadahan dalam air
adalah :
1.
Menyediakan
kalsium yang diperlukan tubuh, misalnya untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
2.
Mempunyai
rasa yang lebih baik dari air lunak.
3.
Senyawa
timbal (dari pipa air) lebih sukar larut dalam air sadah (timbal merupakan
racun bagi tubuh) sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh logam
berat ini dapat diminimalkan
2.8.2.
Dampak
Negatif
Air
sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat saluran pipa dan
keran. Air sadah juga dapat menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga.
Dampak yang timbul dari penggunaan air sadah tersebut terhadap kesehatan berupa
penyumbatan pembuluh darah jantung (cardiovascular disease) dan batu ginjal
(uroluthiasis).
2.9. Kompleksiometri
Titrasi
kompleksometri adalah cara titrimetri yang didasarkan pada kemampuan ion-ion
logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan dapat larut dalam air. Atas
dasar ini, sejumlah cara titrasi untuk menentukan kadar-kadar ion logam dalam
cuplikan telah dikembangkan. Titrasi kompleksometri merupakan pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks yang demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Zat
pengompleks (pereaksi) yang sering digunakan adalah ligan bergigi banyak, yaitu
asam etilen diamin tetra asetat atau EDTA (Yanti, 2008):
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga
banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian yang cukup luas
tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan pada titrasi
(Atmajayanti, 2016).
Titrasi kompleksometri adalah cara titrimetri yang
di dasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap
dan dapat larut dalam air. Atas dasar ini, sejumlah cara titrasi untuk
menentukan kadar ion-on logam dalam cuplikan telah dikembangkan. Titrasi
kompleksometri merupakan pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan yang tinggi. Zat pengompleks (pereaksi) yang sering digunakan adalah
ligan bergigi banyak yaitu asam etilendiamintetraasetat (EDTA) (Yanti,
A. 2008).
Salah
satu penggunaan titrasi kompleksometri adalah digunakan untuk penentuan
kesadahan air dimana disebabkan oleh adanya ion Ca2+ dan Mg2+.
Titrasi ini dapat di ukur langsung dengan EDTA pada pH 10 yang menggunakan
indikator EBT, titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah
menjadi biru (Yanti, A. 2008).
|
|
|
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Alat
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum Penentuan Kesadahan Air ialah Erlenmeyer, buret, statif dan klem, gelas kimia, spatula, gelas ukur dan pipet tetes
3.2.
Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Penentuan
Kesadahan Air ialah sampel air pegunungan, aquadest, larutan buffer pH 10,
indikator EBT, indikator murexide,
larutan NaOH 1 N dan larutan baku Na2EDTA 0,1 M.
3.3.
Prosedur
Kerja
3.3.1.
Kesadahan
Total
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Langkah
awal, ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 mL, encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL. Kemudian, tambahkan 1 mL
sampai dengan 2 mL larutan penyangga pH 10 + 0,1. Tambahkan seujung spatula 30
mg sampai dengan 50 mg indikator EBT. Selanjutnya, lakukan titrasi dengan
larutan baku Na2EDTA 0,1 M secara perlahan sampai terjadi perubahan
warna merah keunguan menjadi biru. Catat volume larutan baku Na2EDTA
yang digunakan. Lakukan
interpretasi hasil kesadahan total.
Keterangan :
VCU = Volume larutan Contoh Uji (mL)
VEDTA = Volume
rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)
3.3.2.
Kadar
Kalsium dan Magnesium
Siapakan
alat dan bahan yang akan digunakan. Ambil 25 mL contoh uji air secara duplo,
masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL dan encerkan dengan air suling sampai
volume 50 mL. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 1 N (secukupnya) sampai dicapai pH 12
sampai dengan pH 13. Tambahkan seujung spatula atau setara dengan 30 mg sampai
dengan 50 mg indikator mureksid. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA
0,01 M sampai terjadi perubahan warna merah muda menjadi ungu. Catat volume
larutan baku Na2EDTA yang digunakan. Lakukan interpretasi hasil
kadar kalisum dan magnesium.
Keterangan :
VCU =
Volume larutan Contoh Uji (mL)
VEDTA = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
MEDTA = Molaritas
larutan baku Na2EDTA
untuk titrasi (mmol/mL)
VEDTA(a) = Volume
rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi
kesadahan total(mL)
VEDTA(b) = Volume
rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi
kadar kalisum (mL)
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum Penentuan
Kesadahan Air ialah sebagai berikut :
Tabel
4.1.1. Hasil Uji Organoleptik dan Derajat Keasaman
|
No.
|
Parameter
|
Hasil Pengujian
|
|
1
|
Warna
|
Bening
|
|
2
|
Kejernihan
|
Jernih
|
|
3
|
Bau
|
Tidak berbau
|
|
4
|
Rasa
|
Tidak berasa
|
|
5
|
pH
|
7,09
|
Tabel
4.1.2. Hasil Penentuan Kesadahan Air dan Kadar Kalsium
|
Volume Sampel
(mL) |
Volume EDTA
|
Konsentrasi EDTA
(M) |
Kesadahan
|
|||
|
VAwal
(mL) |
VAkhir
(mL) |
VRerata
(mL) |
Total
(mg CaCO3/L)
|
Kalsium
(mg Ca/L)
|
||
|
25
|
0,6
|
0,5
|
0,55
|
0,1
|
220
|
-
|
|
25
|
0,4
|
0,5
|
0,45
|
0,1
|
-
|
72
|
Tabel
4.1.3. Hasil Penentuan Kadar Magnesium
|
Volume Sampel
(mL) |
Volume EDTA
|
Konsentrasi EDTA
(M) |
Kesadahan Magnesium
(mg Mg/L)
|
||
|
VRerata (1)
(mL) |
VRerata (2)
(mL) |
VSelisih
(mL) |
|||
|
25
|
0,55
|
0,45
|
0,1
|
0,1
|
9,72
|
4.2.
Pembahasan
Air
merupakan material esensial yaitu materi yang sangat dibutuhkan oleh manusia
namun tidak dapat dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Hal ini merupakan
penyebab air menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Air digunakan oleh
masyarakat sebagai penunjang kehidupan karena selain untuk dikonsumsi air juga
dapat dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, kakus dan lain sebagainya. Tetapi, jika
kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun kualitas belum
tercukupi dapat memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat.
Menurut
Astuti (2015) di Indonesia pelayanan air bersih untuk skala yang besar masih
terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota
yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi
dan dapat dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan
pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air
sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya. Berdasarkan teori
penunjang tersebut dapat diketahui bahwa ketersediaan air bersih untuk
masyarakat masih belum memadai. Oleh sebab itu, masih banyak masyarakat yang
menggunakan air dari sumber air lain untuk digunakan dalam kegiatan
sehari-hari.
Permasalahan
yang masih sering dijumpai pada pelayanan air ialah mengarah pada kualitas air.
Kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi
syarat sebagai air bersih yang sehat bahkan di beberapa tempat sampai tidak
layak untuk digunakan sama sekali. Air yang layak digunakan, mempunyai standar
persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan biologis
(mikrobiologi), dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan, sehingga apabila
ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak
untuk digunakan. Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air
adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air
yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat
tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga. Hal ini dikarenakan
kesadahan air dapat mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu aktivitas
masyarakat. Pengaruh kesadahan air dinyatakan oleh Aribiyanto, dkk (2014) yaitu
air sadah yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk minum dapat menyebabkan
masyarakat terkena penyakit kencing batu yang diakibatkan oleh terbentuknya
batu pada saluran kemih. Rumah tangga yang menggunakan air dengan tingkat
kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun
menjadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh
unsur Ca dan Mg. Oleh karena itu,
dilakukan praktikum terhadap kualitas air mengenai penetapan kesadahan air
dengan metode yang digunakan ialah titrasi kompleksometri yang dilakukan pada
sumber air yang berada di Gorontalo. Sampel yang digunakan ialah sampel air pegunungan.
Penetapan kesadahan air baik total, kalisum dan
magnesium dilakukan dengan cara kompleksometri. Prinsip kerja kompleksometri menurut
Rahmania dan Jeine (2011) ialah garam dinatrium
etilen diamin tetra asetat asid (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam
tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 + 0,1,
ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk
larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai
titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks,
molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan
berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat
kesadahan total. Larutan standar yang digunakan ialah Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid (EDTA). Menurut Adam (2007) EDTA
merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan
sebagai H4Y. Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang
digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena
EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. Indikator
yang digunakan dalam titrasi kompleksometri ini ialah Eriochrome Black T (EBT). Menurut Tirtamara (2013) Eriochrome Black T (EBT) adalah natrium
1-(1-hidroksi-2-naftilazo)-6-nitro-2-naftol-4-sulfonat (II). EBT akan berwarna
merah saat membentuk kompleks dengan ion kalsium, magnesium, dan ion logam
lainnya. EBT berwarna biru pada larutan buffer pH 10.
Prosedur kerja yang dilakukan mengacu pada SNI
06-6989.12.2004 tentang cara analisa kesadahan air. Langkah awal yang dilakukan
dalam pengujian ini ialah mengukur sampel sebanyak 25 mL dan diencerkan sampai
50 mL kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu, sampel ditambahkan
buffer pH 10 sebanyak 2 mL. Penambahan buffer pada sampel dimaksudkan untuk
membuat sampel berada pasa suasana basa. Selain itu, titrasi kompleksometri
bersifat selektif sehingga hanya dapat dilakukan pada keadaan basa.
Kemudian, sampel ditambahkan 30-50 mg indikator EBT.
Pada saat ditembahkan indikator EBT, warna sampel akan berubah menjadi merah
muda (keunguan). Berbeda dengan fungsi indikator lainnya, perubahan warna
indikator Eriochrome Black T tidak
menandakan terjadinya perubahan suasana pH melainkan menandakan terjadi reaksi
pengikatan dan pemutusan senyawa yang menyebabkan perubahan warna. Reaksi yang
terjadi ialah sebagai berikut :
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa ion
kalsium yang berikatan dengan indikator EBT akan membentuk kompleks Ca-In yang
berwarna merah muda atau keunguan. Hal ini yang terlihat ketika sampel yang
mengandung ion kalsium ditambahkan indikator EBT. Selanjutnya dilakukan titrasi
dengan menggunakan larutan standar EDTA (Ethylene
Diamine Tetra-acetic Acid) 0,1 M sampai warna berubah menjadi biru. Reaksi
yang terbentuk ialah sebagai berikut :
Dari reaksi yang terjadi, sampel yang berwarna merah
muda (keunguan) dari hasil perikatan antara ion kalsium dan magnesium akan
berubah menjadi biru dikarenakan terjadi pemutusan ikatan kompleks antara ion
tersebut dengan indikator yang digantikan dengan perikatan kompleks antara
ion-ion tersebut dengan EDTA (H2Y2-). Larutan
yang mengandung kalsium dititrasi dengan EDTA maka kompleks Ca-In akan terputus
dan membentuk kompleks Ca-EDTA yang menyebabkan In berada dalam keadaan bebas
berwarna biru. Titrasi dihentikan ketika warna biru jelas telah terbentuk.
Proses titrasi dilakukan sebanyak dua kali (duplo).
Dicatat volume EDTA yang digunakan pada masing-masing titrasi dan lakukan
perhitungan penetapan kesadahan total air. Dari hasil yang diperoleh tersebut,
sampel air pegunungan memiliki kesadahan air total 220 mg CaCO3/L.
Menurut Said dan Ruliasih (2015) klasifikasi tingkat
kesadahan ialah sebagai berikut, 0-75 mg CaCO3/L tingkat kesadahan
lunak (soft), 75-150 mg CaCO3/L
tingkat kesadahan sedang (moderately hard),
150-300 mg CaCO3/L tingkat kesadahan tinggi (hard) dan > 300 mg CaCO3/L tingkat kesadahan tinggi
sekal (very hard). Berdasarkan teori
klasifikasi tingkat kesadahan tersebut, sampel air pegunungan tersebut
tergolong dalam tingkat kesadahan tinggi (hard).
Selain itu, merujuk juga pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air dan Keputusan menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum, nilai kesadahan kedua sampel tidak melebihi
batas ambang atau masih dalam kisaran batas normal, yaitu standar untuk
kesadahan air ialah 500 mg CaCO3/L. Oleh sebab itu, dapat dipastikan
bahwa sampel air tersebut ialah masih layak untuk digunakan karena masih
memenuhi persyaratan kesadahan untuk air bersih.
Apabila kesadahan air total melebihi 500 mg CaCO3/L
maka akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang mengonsumsi air tersebut. Walaupun
air sadah tersebut tidak langsung berbahaya akan tetapi dapat menyebabkan
masalah yang cukup serius dalam jangka panjang. Hal ini dijelaskan oleh
Setyaningsih (2014) bahwa air sadah mengandung kadar kalsium yang tinggi,
kalsium termasuk jenis kalsium anorganik. Kalsium anorganik sangat berbahaya
karena tidak dapat diserap oleh tubuh. Jika kalsium anorganik dikonsumsi, maka
akan langsung dibuang melalui sistem sekresi dan sebagian akan mengendap di ginjal.
Pada jangka waktu tertentu akumulasi kalsium dalam tubuh akan menyebabkan batu
ginjal dan sebagian lagi akan mengendap di dalam darah menyebabkan pengapuran
yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan.
Selain
kesadahan total, kadar kalsium dan magnesium juga didapatkan. Kadar kesadahan
kalsium ialah 72 mg Ca/L dan kadar kesadahan magnesium ialah 9,72 mg Mg/L. Secara
umum, untuk mendapatkan kadar kalsium dilakukan titrasi seperti kesadahan total
namun terdapat perbedaan yaitu digunakan buffer pH 10 dan indikator murexide.
Buffer pH 10 berfungsi untuk menjaga suasana sampel pada keadaan basa. Sama
halnya dengan indikator EBT, indikator murexide berfungsi sebagai penanda
(indikator) bahwa proses titrasi telah selesai dengan tanda yang diberikan
ialah terjadi perubahan warna pada larutan sampel.
Prosedur
kerja juga mengacu pada SNI 06-6989.12.2004. Langkah kerjanya yaitu memipet
sampel sebanyak 25 mL yang kemudian dicukupkan dengan aquadest sampai 50 mL.
Kemudian tambahkan buffer pH 10 sebanyak 2 mL. Tambahkan 30-50 mg indikator
murexide hingga terjadi perubahan warna sampel menjadi merah muda. Reaksi yang
terjadi yaitu ikatan antara ion kalsium dengan indikator murexide yang
menyebabkan warna merah muda. Reaksinya ialah sebagai berikut :
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa ion
kalsium yang berikatan dengan indikator murexide akan membentuk kompleks Ca-In
yang berwarna merah muda. Hal ini yang terlihat ketika sampel yang mengandung
ion kalsium ditambahkan indikator murexide. Selanjutnya dilakukan titrasi
dengan menggunakan larutan standar EDTA (Ethylene
Diamine Tetra-acetic Acid) 0,1 M sampai warna berubah menjadi ungu. Reaksi
yang terbentuk ialah sebagai berikut :
Dari reaksi yang terjadi, sampel yang berwarna merah
muda dari hasil perikatan antara ion kalsium akan berubah menjadi ungu
dikarenakan terjadi pemutusan ikatan kompleks antara ion kalsium tersebut
dengan indikator murexides yang digantikan dengan perikatan kompleks antara
ion-ion kalsium tersebut dengan EDTA (H2Y2-). Larutan
yang mengandung kalsium dititrasi dengan EDTA maka kompleks Ca-In akan terputus
dan membentuk kompleks Ca-EDTA yang menyebabkan In berada dalam keadaan bebas
berwarna ungu. Titrasi dihentikan ketika warna ungu jelas telah terbentuk.
Kemudian
dicatat berapa banyak larutan EDTA yang digunakan dan dilakukan titrasi kembali
(duplo) dan diakhiri dengan perhitungan kadar kalsium. Kadar kalsium yang
didapatkan ialah 72 mg Ca/L. Hasil yang diperoleh menandakan berapa banyak ion
kalsium yang terkandung dalam sampel tersebut. Setelah itu, dilakukan
perhitungan kadar magnesium. Untuk memperoleh kadar magnesium digunakan selisih
dari rata-rata volume EDTA yang digunakan dalam titrasi kesadahan total dan titrasi
kadar kalsium. Hasil yang diperoleh dari perhitungan kadar magnesium ialah 9,72
mg Mg/L.
Dari
hasil yang diperoleh mengenai penentuan kesadahan air terhadap sampel air
pegunungan. Hal yang dapat dihimbau kepada masyarakat setempat yang menggunakan
air pada sumber air tersebut untuk kegiatan sehari-hari ialah agar dapat memanfaatkan
air dari sumber air tersebut seperlunya. Namun masyarakat setempat tidak dianjurkan
untuk menggunakan air tersebut, misalnya digunakan untuk dikonsumsi jangka
panjang. Mengingat kadar kesadahan total yang dimiliki oleh air tersebut ialah
tergolong dalam kesadahan tinggi (hard)
maka hal tersebut dikhawatirkan dapat memicu pembentukkan batu ginjal dan penyumbatan
pembuluh darah jantung pada orang yang mengkonsumsi air tersebut dalam jangka
waktu yang lama. Alternatif yang dapat disarankan ialah dengan menggunakan air
dari PAM atau air depot isi ulang (refill)
yang masih dapat dijamin kesadahan airnya. Untuk menurunkan risiko dari
kesadahan air dapat juga dengan melakukan pemanasan (memasak) air tersebut
untuk mengendapkan ion kalsium dan magnesium sehingga yang tersisa ialah air
bebas kesadahan. Hal ini pun hanya berlaku untuk air yang memiliki kesadahan sementara.
Kesadahan tetap tidak akan berpengaruh dengan cara ini. Melainkan dengan cara
kimiawi, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Penentuan
Kesadahan Air, kesimpulan yang diperoleh ialah penentuan kesadahan air
dilakukan dengan cara titrasi EDTA (kompleksometri) yang berprinsip berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks dari larutan baku EDTA dan sampel yang ditandai
dengan perubahan warna indikator dimana hasil yang diperoleh dari sumber air pegunungan
ialah 220 mg CaCO3/L dengan kadar kalsium dan magnesiumnya
masing-masing ialah 72 mg Ca/mL dan 9,72 mg Mg/mL. Kesadahan air yang dimiliki sampel
tersebut ialah tidak melebihi batas ambang dari syarat kualitas air bersih dan
air minum merujuk pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 dan Keputusan menteri Kesehatan
RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002,
dengan batas ambang kesadahan air ialah 500 mg CaCO3/L.
5.2.
Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu untuk melakukan
praktikum kembali. Hal ini diutarakan karena pada praktikum sebelumnya sampel
yang telah dilakukan titrasi (telah terjadi perubahan warna biru) berubah
menjadi warna awal sebelum titrasi (ungu) yang kemudian dititrasi kembali tidak
mengalami perubahan warna ke biru melainkan kembali pada warna sebelumnya yaitu
ungu. Secara teoritis seharusnya warna berubah menjadi biru tetapi warna yang
terbentuk ialah ungu kembali. Dengan dilakukannya praktikum kembali, hal ini dapat
dikaji kembali oleh praktikan dan asisten.
DAFTAR
PUSTAKA
Adam.
2007. Kimia Analitik. Departemen
Pendidikan Nasional : Jakarta
Aribiyanto,
Muhammad A. A., Thin Soedati., dan Trisnadi W. C. P 2014. Pemetaan
Kesadahan Total Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Universitas
Airlangga. Jawa Timur
Atmajayanti,
S. P. 2016. Kompleksometri.
Universitas Jenderal Soedirman. Porwekerto
Jeprianto. 2014. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Tanah Di Sekitar Lokasi Peternakan Babi
Desa Tumbang Tahai Dengan Metode MPN Coliform. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Palangkaraya. Kalimantan Tengah
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas : Analisa Dan Permasalahannya
Untuk Air Industri. Universitas Sumetera Utara. Medan
Prakoso, Wisnu Imam. 2016.
Penurunan Kadar Fe pada Air Sumur DIII Teknik Kimia Setelah Melewati
Demineralizer Water dengan Metode Spektrofotometri. Universitas Diponegoro.
Semarang
Rahayu, V., 2015. Praktikum Analisis Senyawa Kimia Penentuan
Tingkat Kesadahan Air. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta
Rahmania
dan Jeine Kandou. 2011. Kesadahan. Institut Teknologi Bandung. Jawa Barat
Republik Indonesia. 1990. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2002. Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Sekretariat Negara. Jakarta
Retnowati, R. A. Sella. 2015. Pengembangan Prototype Alat Ion Exchanger Berbasis Karbon Aktif untuk
Pengolahan Air Sanitasi DIII Teknik Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang
Said
dan Ruliasih. 2015. Penghilangan Kesadahan Dalam Air. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Jakarta
Setyaningsih, Nining. 2014. Analisis Kesadahan Air Tanah Di Kecamatan
Toroh Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Jawa Tengah
Solihati, E.N., Umi A., Elisa, M., Achmad, R.A., Cristin, O.G.Y.A.,Titi,
H., Ilya Farokha, R., Agustina R.M. 2016. Pemeriksaan
Kualitas Air. Universitas Diponegoro. Semarang
Standard Nasional Indonesia 06-6989.12.
2004. Air Dan Air Limbah – Bagian 12: Cara Uji Kesadahan Total Kalsium (Ca)
dan Magnesium (Mg) dengan Metode Titrimetri. Badan Standardisasi Nasional
(BSN)
Yanti, A. 2008. Titrasi Kompleksometri. Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarmasin
LAMPIRAN I
|
Proses
Pengujian pH
|
|
Persiapan
Sampel Air
|
|
Sampel Air
Pegunungan
|
|
Setelah
Dititrasi (warna biru)
|
|
Proses
Titrasi Untuk Kesadahan Total
|
|
Sebelum
Dititrasi (warna ungu)
|
|
Setelah
Dititrasi (warna ungu)
|
|
Proses
Titrasi Untuk Kadar Kalsium
|
|
Sebelum
Dititrasi (warna merah muda)
|
LAMPIRAN
II
SKEMA
KERJA
PENENTUAN
KESADAHAN TOTAL
|
Sampel
Air
|
|
Berwarna
Merah Muda
(keunguan) |
|
Berwarna
Biru
|
|
Hasil
|
PENENTUAN
KADAR KALSIUM DAN MAGNESIUM
|
Sampel
Air
|
|
Berwarna
Merah Muda
|
|
Berwarna
Ungu
|
|
Hasil
|
LAMPIRAN
III
PERHITUNGAN
PENENTUAN
NILAI KESADAHAN AIR
Rumus
:
Keterangan :
VCU = Volume larutan Contoh Uji (mL)
VEDTA = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)
VEDTA(a) = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan total
(mL)
VEDTA(b) = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kadar kalisum
(mL)
Perhitungan
kesadahan :
0 Response to "LAPORAN Penetapan Kesadahan Air (Ii)"
Post a Comment