Lettori fissi

LAPORAN Uji Karbohidrat

Related



DOWNLOAD FILE DISINI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
      Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu “Uji Karbohidrat“. 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen mata kuliah Kimia Analitik II yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Walaupun laporan ini masih banyak memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Gorontalo, April 2017

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ……...…………………………………………………….     ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ……………………………………………...   1
1.1.   Latar Belakang ……………………………………………………...    1
1.2.   Tujuan Praktikum …………………………………………………..     2
1.3.   Manfaat Praktikum …………………………………………………     2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ………………………………………    3
2.1.   Karbohidrat ………….…..…………………………….…………...     3
2.2.   Fungsi Karbohidrat …….…………………………….………….....     4
2.3.   Klasifikasi Karbohidrat ..…………………………………………..      4
2.3.1.   Monosakarida ……………………………………………….     4
2.3.2.   Disakarida …………………………………………………..      6
2.3.3.   Oligosakarida ……………………………………………….      7
2.3.4.   Polisakarida …………………………………………………      8
2.4.   Uraian Bahan ………………………………………………………      9
2.4.1.   Reagen Benedict …...……………………………………….      9
2.4.2.   Reagen Iodium …….………………………………………..     10
2.4.3.   Reagen Molisch ….…………………………………………      10
2.4.4.   Natrium Hidroksida (NaOH) ……………………………….      10
2.4.5.   Asam Klorida ………………………………………………       11
BAB III METODE KERJA ……………………………………………..    12
3.1.   Alat …………………………………………………………………     12
3.2.   Bahan ……………………………………………………………….    12
3.3.   Prosedur Kerja ……………………………………………………...     12
3.3.1.   Uji Benedict …………………………………………………     12
3.3.2.   Uji Molisch ………...………………………………………..     12
3.3.3.   Uji Iodium …………………………………………………..     12
3.3.4.   Hidrolisis Pati ……………………………………………….     13
3.3.5.   Hidrolisis Sukrosa …………………………………………..      13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……..…………………………   14
4.1.   Hasil …….…………………………………………………………..    14
4.2.   Pembahasan …………………………………………………………    16
BAB V PENUTUP ……………………………………………………..     21
5.1.   Kesimpulan ………………………………………………………..       21
5.2.   Saran ……………………………………………………………….      21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..     22
LAMPIRAN I …………………………………………………………..     23
LAMPIRAN II ………………………………………………………….     24



DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Benedict ……………….………………..    14
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Molisch …………………………………     14
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Iodium …………………………………..    15
Tabel 4. Hasil Pengamatan Hidrolisis Pati ……………………………….    15
Tabel 5. Hasil Pengamatan Hidrolisis Sukrosa …………………………..    15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Terdapat beraneka ragam bahan makanan yang melimpah dibumi. Setiap bahan makanan memiliki kandungan nutrisinya masing-masing, misalnya nasi yang mengandung karbohidrat, telur yang mengandung protein dan kacang-kacangan yang mengandung lemak.
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gram-nya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang seperti Indonesia. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein.
Walaupun kabutuhan akan bahan makanan yang mengandung karbohidrat paling dibutuhkan, nyatanya tidak semua bahan makanan yang ada ialah benar-benar mengandung karbohidrat. Terdapat bahan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan ada yang mengandung karbohidrat yang rendah.
Oleh sebab itu, dalam lingkup laboratorium terdapat suatu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu bahan makanan. Oleh karenanya, mempelajari uji kualitatif karbohidrat maupun uji hidrolisis karbohidrat perlu dilakukan guna untuk dapat mengetahui kandungan karbohidrat dalam suatu bahan makan.



1.2.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini adalah untuk agar mahasiswa dapat mengamati struktur karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji.
1.3.   Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini adalah memberi pengetahuan dan pemahaman tentang struktur karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan  hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat (Hanifah, 2011).
Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksi aldehida atau keton yang dapat dihidrolisis. Nama karbohidrat ini berasal dari kenyataan bahwa senyawa tersebut adalah karbon hidrat dan memiliki nisbah karbon terhadap hydrogen dan terhadap oksigen (Sakinah, 2013).
Pada umumnya, karbohidrat lebih dikenal sebagai kelompok senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur (Husnaeni, 2012).
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar tubuh makhluk hidup. Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan serta hewan, tempat zat ini melangsungkan peran struktural sekaligus metabolik. Pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon dioksida serta air melalui fotosintesis dan disimpan sebagai pati atau diubah menjadi selulosa kerangka tumbuhan. Hewan dapat menyintesis sebagian karbohidrat dari lemak dan protein, tetapi jumlah terbesar karbohidrat dalam jaringan tubuh hewan berasal dari tumbuhan (Husnaeni, 2012).


2.2.   Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna dan tekstur. Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah (Husnaeni, 2012):
1.      Fungsi utamanya sebagai sumber energi (1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori) bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh.
2.      Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi.
3.      Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan.
4.      Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu.
5.      Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa misalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat.
6.      Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat (dietary fiber) berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi.
2.3.  Klasifikasi Karbohidrat
2.3.1.   Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam keadaan lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketoriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut tetrosa dengan rumus C4H8O4. Monosakarida terdiri atas glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Sakinah, 2013).


1.      Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Monosakarida ini mengandung lima gugus hidroksil dan sebuah gugus aldehida yang dilekatkan pada rantai enam karbon. Fungsi utama glukosa adalah sumber energi dalam sel hidup. Glukosa disebut juga gula anggur karena terdapat dalam buah anggur, gula  terdapat dalam darah atau dekstrosa karena memutarkan bidang polarisasi kekanan. Glukosa merupakan monomer dari polisakarida terpenting yaitu amilum, selulosa dan glikogen. Glukosa merupakan senyawa organik terbanyak terdapat pada hidrolisis amilum, sukrosa, maltosa, dan laktosa (Husnaeni dan Dede, 2014).
2.      Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa murni rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk kristal padat, dan sangat mudah larut dalam air.  Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi (Pangesti, 2014).
3.      Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi. Glukosa dan galaktosa bereaksi positif terhadap Larutan fehling, yaitu dengan menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O (Pangesti, 2014).
2.3.2.   Disakarida
Disakarida adalah senyawa yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi dua molekul monosakarida. Disakarida terdiri atas unit sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa.Keempat disakarida ini mempunyai rumus molekul sama (C12H22O11) tetapi struktur molekulnya berbeda. Disakarida disusun oleh dua unit gula, seperti sukrosa disusun oleh glukosa dan fruktosa, maltosa dibangun oleh dua unit glukosa, dan laktosa dibangun oleh glukosa dan galaktosa (Husnaeni dan Dede, 2014).
1.      Sukrosa
Lebih dikenal dengan gula pasir. Sukrosa terdapat pada semua tanaman yang mengalami fotosintesis dan berfungsi sebagai sumber energi. Gula ini diperoleh dari tanama tebu dan bit, terdiri dari satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa. Sukrosa terdiri dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa (Mardiana, 2011).
2.      Laktosa
Laktosa adalah disakarida pereduksi karena gugus karbonil berpotensi bebas. Hanya terdapat dalam air susu pada manusia dan binatang mamalia dan hasil samping pembuatan keju. Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens. Pada proses hidrolisis menggunakan asam atau enzim lactase, dihasilkan glukosa dan galaktosa (Arinda, 2015).
3.      Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Maltosa terbentuk melalui ikatan glikosida α antara atom karbon nomor 1 dari glukosa satu dengan atom karbon nomor 4 dari glukosa yang lain. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon–nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus -OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses, hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim (Husnaeni dan Dede, 2014).
4.     Selobiosa
Selobiosa merupakan unit ulangan dalam selulosa.Selobiosa tersusun dari dua monosakarida glukosa yang berikatan glikosida β antara karbon 1 dengan karbon 4 (Husnaeni dan Dede, 2014).
2.3.3.   Oligosakarida
Oligosakarida merupakan senyawa yang terdiri atas gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul oligosakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Berikut ini beberapa contoh dari ologosakarida (Pangesti, 2014):
1.      Rafinosa
Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri dari tiga molekul monosakarida yang berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1 pada galaktosa berikatan dengan atom karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom karbon 1 pada glukosa berikatan dengan atom karbon 2 pada fruktosa. Rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa, dan fruktosa apabila dihidrolisis sempurna.
2.      Stakiosa
Stakiosa adalah suatu tetrasakarida. Dengan jalan hidrolisis sempurna, stakiosa menghasilkan 2 molekul galaktosa, 1 molekul glukosa, dan 1 molekul fruktosa. Pada hidrolisis parsial dapat dihasilakan fruktosa dan monotriosa suatu trisakarida. Stakiosa tidak mempunyai sifat mereduksi.


2.3.4.   Polisakarida
Polisakarida merupakan kelas karbohidrat yang mempunyai banyak unit monosakarida. Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada monosakarida dan oligosakarida.Polisakarida dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida (contohnya kanji, glikogen dan selulusa), sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida (contohnya heparin) (Husnaeni dan Dede, 2014).
Rumus kimia polisakarida adalahn (C6H10O5)n. Molekul ini dapat digolongkan menjadi polisakarida struktural seperti selulosa, asam hialuronat, dan sebagainya. Dan polisakarida nutrien seperti amilum (pada tumbuhan dan bakteri), glikogen (hewan), dan paramilum (jenis protozoa) (Husnaeni dan Dede, 2014).
1.      Amilum atau Pati
Pati dibentuk oleh rantai a-glikosidat. Senyawa tersebut yang pada hidrolisis hanya menghasilkan glukosa, merupakan homopolimer yang dinamankan glukosan atau glukan. Dua unusr utama pati adalah amilosa (15-20%), yang mempunyai struktur heliks tanpa cabang dan amilopektin (80-85%), yang terdiri atas rantai bercabang dan tersusun atas 24-30 residu glukosa yang disatukan oleh ikatan 1-4 di dalam rantai tersebut serta oleh ikatan 1-6 pada titik percabangan (Husnaeni, 2012).
2.      Dekstrin
Merupakan zat antara dalam pemecahan amilum. Limit dekstrin merupakan produk yang pertama kali terbentuk saat proses hidrolisis mencapai suatu derajat percabangan tertentu. Molekulnya lebih sederhana, lebih mudah larut di dalam air, dengan jodium akan berubah menjadi wama merah (Husnaeni, 2012).


3.      Glikogen
Glikogen merupakan struktur yang jauh lebih bercabang dibandingkan amilopektin, dan memiliki sejumlah rantai yang terdiri atas 12-14 residu a-D-Glukopiranosa (dalam rangkaian a[1à4]-glukosidat) dengan percabangan melalui ikatan a(1à6)-glukosidat) (Husnaeni, 2012).
4.      Selulosa
Selulosa merupakan unsur utama kerangka tumbuhan. Selulosa ini bersifat tak terlarut dan terdiri atas unit-unit b-D-glukopiranosa yang dihubungkan lewat ikatan b(1à4) untuk membentuk rantai lurus dan panjang yang diperkuat oleh ikatan hidrogen berikatan silang. Selulosa tidak dapat dicerna oleh banyak mamalia, termasuk manusia, karena tidak adanya enzim hidrolase yang menyerang ikatan b. Dengan demikian, selulosa menadi sumber “massa” yang penting dalam makanan. Di dalam usus binatang pemamah biak dan herbivora lain, terdapat mikroorganisme yang dapat menyerang ikatan b sehingga selulosa dapat digunakan sebagai sumber penghasil kalori yang penting (Husnaeni, 2012).
5.      Kitin
Kitin merupakan polisakarida struktural penting pada invebrata. Bentuk ini ditemukan, misal, dalam eksoskeleton krustasea dan insekta. Dilihat dari strukturnya, kitin terdiri atas sejumlah unit N-asetil-D-Glukosamin yang disatukan oleh ikatan b(1à4)-glikosidat (Husnaeni, 2012).
2.4.  Uraian Bahan
2.4.1.   Reagen Benedict
Benedict adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan glukosa pada bahan makanan jika hasil reaksi tersebut menghasilkan warna merah bata. Hal itu terjadi ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan warna. Selama proses ini Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi. Dan menghasilkan warna merah bata (Hilizza, 2014).
2.4.2.   Reagen Iodium
Reagen iodium disebut juga lugol. Lugol pertama kali dibuat pada tahun 1829, merupakan larutan dari unsur iodium dan iodida kalium dalam air, yaitu setelah dokter Prancis JGA Lugol. Larutan iodium lugol sering digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan untuk desinfeksi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pati di laboratorium dan tes medis Lugol digunakan untuk menguji apakah suatu makanan mengandung karbohidrat (amilum) atau tidak. Bila makanan yang kita tetesi lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidratnya (Riskullah, 2013).
2.4.3.   Reagen Molisch
Reagen molisch erdiri dari α-naftol dalam pelarut alkohol.  Jika glukosa ditambahkan pereaksi ini kemudian dialirkan asam sulfat pekat secara hati-hati maka akan terbentuk 2 lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu terbentuk cincin warna ungu akibat terjadinya reaksi kondensasi antara  α-naftol  dan furfural (furfural terbentuk akibat dehidrasi glukosa dalam asetat yang panas) (Husnaeni, 2012).
2.4.4.   Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH berwarna putih atau praktis putih, bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab, kelarutan mudah larut dalam air dalam etanol tetapi tidak larut dalam dalam eter, titik leleh 3180C, titik didih 13900C, berbentuk pellet, serpihan atau bentuk lain (Thayban, 2014).


2.4.5.   Asam Klorida (HCl)
HCL akan berasap tebal di udara lembab, Gas nya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang, dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform,dan eter, merupakan oksidator kuat, massa atom  36,45, massa jenis 3,21 gr/cm3, titik leleh -1010C, energi ionisasi 1250 kj/mol, dan Kalor jenis : 0.115 kal/gr0C (Thayban, 2014).




BAB III
METODE KERJA
3.1.   Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum uji karbohidrat dan hidrolisis disakarida dan polisakarida ialah rak tabung, tabung reaksi, penangas air, kertas lakmus, penjepit tabung, gelas ukur, gelas kimia dan pipet tetes..
3.2.   Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum uji karbohidrat dan hidrolisis disakarida dan polisakarida ialah madu, ubi jalar, sukrosa 1%, dan amilum 1%.
3.3.   Prosedur Kerja
3.3.1.   Uji Benedict
Siapkan bahan dan alat yang digunakan. Isi tabung reaksi masing-masing 5 ml pereaksi benedict. Tambahkan 8 tetes larutan bahan yang di uji, dicampur rata dan di didihkan selama 5 menit, biarkan sampai dingin. Amati perubahan warnanya, jika terbentuk warna hijau, kuning, atau endapan merah bata berarti positif.
3.3.2.   Uji Molisch
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Isi tabung reaksi masing-masing 5 ml larutan yang diuji. Tambahkan 2 tetes pereaksi molisch, di campur rata. Tambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung. Warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukkan reaksi negatif.
3.3.3.   Uji Iodium
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pipet kedalam tabung reaksi masing-masing 3 ml larutan amilum 1%. Tambahkan 2 tetes air ke dalam tabung I, 2 tetes HCL kedalam tabung II, 2 tetes NaOH ke dalam tabung III. Kocok semua tabung, kemudian tambahkan larutan iodium ke dlaam masing-masing tabung. Perhatikan warna yang terbentuk. Panaskan tabung yang berwarna lalu dinginkan, amati perubahannya.
3.3.4.   Hidrolisis Pati
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan ke dlaam tabung reaksi 5 ml larutan amilum 1% kemudian tambahkan 2,5 ml HCL 2N. Campurkan dengan baik, lalu masukkan ke dalam penangas air mendidih. Setelah 3 menit, ujilah dengan larutan iodium dengan cara mengambil 2 tetes larutan, lalu ditambahkan 2 tetes iodium dalam lempeng porselen tetes. Catat perubahan warna yangterjadi. Lakukan uji iodium setiap 3 menit sampai hasilnya berwarna kuning pucat. Lakukan hidrolisis selama 5 menit lagi. Setelah di dinginkan, ambil 2 ml larutan hasil hidrolisis, lalu netralkan dengan NaOH 2%, dan uji dengan kertas lakmus. Kemudian lakukan uji benedict. Simpulkan, apa yang di hasilkan dari hidrolisis pati.
3.3.5.   Hidrolisis Sukrosa
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml larutan sukrosa 1% kemudian tambahkan 5 tetes HCL pekat. Campurkan dengan baik, lalu masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 30 menit. Setelah di dinginkan, netralkan larutan dengan NaOH 2%, dan uji dengan kertas lakmus. Selanjutnya lakukan uji benedict. Simpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap praktikum uji karbohidrat dan hidrolisis disakarida dan polisakarida, hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Benedict
No.
Sampel
Reagen
Perubahan Warna
Hasil
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
1
Madu
Benedict
Hijau tua
↓ Merah bata tua
(+)
2
Ubi Jalar
Hijau muda
↓ Jingga
(+)
3
Sukrosa
Biru
Biru
(-)
4
Amilum
Biru
Biru
(-)
5
Sagu
Biru
Biru
(-)
6
Glukosa
Biru
Biru
(-)
7
Kacang Hijau
Hijau
 Hijau
(+)
8
Tepung
Biru
Biru
(-)
9
Jagung
Putih
↓ Jingga
(+)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Molisch
No.
Sampel
Reagen
Perubahan yang terjadi
Hasil
1
Madu
Molisch
Cincin Violet
(+)
2
Ubi Jalar
Cincin Violet
(+)
3
Sukrosa
Cincin Violet
(+)
4
Amilum
Cincin Violet
(+)
5
Sagu
Cincin Violet
(+)
6
Glukosa
Putih Keruh
(-)
7
Kacang Hijau
Cincin Violet
(+)
8
Tepung
Cincin Violet
(+)
9
Jagung
Cincin Violet
(+)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Iodium
Sampel
Reagen I
Reagen II
Perlakukan
Dipanaskan
Didinginkan
Amilum 1%
Air
Iodium
↓ Biru Kehitaman
Biru Kehitaman
HCl
Biru Kehitaman
Biru Kehitaman
NaOH
Putih Keruh
Putih Keruh

Tabel 4. Hasil Pengamatan Hidrolisis Pati
Sampel
Lama Dipanaskan
Perubahan Warna setelah direaksikan Iodium
Uji Benedict
Amilum 1%
3 menit
Ungu
↓ Merah bata
6 menit
Hitam
9 menit
Hitam Kecoklatan
12 menit
Coklat
15 menit
Coklat
18 menit
Coklat kekuningan
21 menit
Coklat kekuningan
24 menit
Kuning

Tabel 5. Hasil Pengamatan Hidrolisis Sukrosa
Sampel
Perlakuan
Uji Benedict
Dipanaskan
Penetralan
Sukrosa 1%
30 menit
pH 7
↓ Kuning Tua



4.2.   Pembahasan
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari polihiroksi aldehida dan polihidroksi keton yang terdapat melimpah dibumi. Karbohidrat disebut juga gula karena monomer penyusun karbohidrat adalah glukosa yang merupakan karbohidrat jenis monosakarida. Karbohidrat melimpah dibumi dan banyak terkandung dalam makanan yang sering dikonsumsi tiap hari. Karena karbohidrat merupakan zat yang berukuran molekul, maka untuk dapat mengetahui bahwa suatu makanan mengandung karbohidrat, maka dilakukan uji identifikasi karbohidrat secara kualitatif. Dalam melakukan uji karbohidrat digunakan beberapa penguji yaitu uji benedict, uji molisch dan uji iodium.
Uji benedict ialah uji karbohidrat yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dimana gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus karbonil bebas berupa gugus aldehid atau gugus keton yang bisa mereduksi ion logam yang memiliki muatan. Menurut Nur (2015) prinsip dari uji benedict ini adalah berdasarkan adanya gugus karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam kondisi basa membentuk Cu2O (endapan warna merah bata ataukuning kehijauan). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji benedict, madu, ubi jalar, kacang hijau dan jagung yang direaksikan dengan reagen benedict mengalami perubahan warna, tetapi larutan sukrosa 1%, sagu, amilum, tepung dan glukosa 1% tidak mengalami perubahan warna.
Madu setelah direaksikan mengalami perubahan warna menjadi hijau tua. Ubi jalar setelah direaksikan mengalami perubahan warna menjadi hijau muda. Kacang hijau mengalami perubahan warna hijau. Jagung mengalami perubahan warna menjadi putih. Sedangkan larutan sukrosa 1%, sagu, amilum, tepung dan glukosa 1% tetap dalam keadaan berwarna biru. Kemudian semua sampel dipanaskan untuk mengetahahui hasilnya. Dari beberapa sampel, hanya 4 sampel yang mengalami perubahan yaitu endapan merah bata untuk madu, jingga untuk ubi jalar, hijau untuk kacang hijau dan jingga untuk jagung. Reaksi yang terjadi pada uji benedict ialah sebagai berikut :
Menurut Hanifah (2011) uji positif benedict ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange. Oleh karena itu, madu dan ubi jalar dinyatakan (+) mengandung karbohidrat. Sedangkan, larutan sukrosa 1%, sagu, amilum, tepung dan glukosa 1% dinyatakan (-) mengandung karbohidrat. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah karbohidrat yang terkandung dalam larutan sukrosa 1% dalam jumlah yang sedikit sehingga reagen tidak bereaksi dengan sempurna.
Selanjutnya pada uji molisch. Uji molisch ialah uji yang bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat secara umum, artinya menguji ada/tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu sampel. Menurut Nur (2015) prinsip dari uji Molisch ini adalah berdasarkan kepada reaksi karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksimetil furfural dengan α-naftol akan membentuk senyawa kompleks berupa cincin ungu. Hasil yang diperoleh dari madu, ubi jalar, larutan sukrosa 1%, larutan amilum 1%, sagu, kacang hijau, tepung, dan jagung mengalami perubahan warna setelah direaksikan dengan reagen molisch dan asam sulfat pekat, yaitu terbentuknya warna violet (ungu) pada dasar tabung. Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut :
(                     
                                                         
Menurut Hanifah (2011) warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif. Oleh karena itu, Madu, ubi jalar, larutan sukrosa 1%, larutan amilum 1%, sagu, kacang hijau, tepung, dan jagung dinyatakan (+) mengandung karbohidrat. Sedangkan larutan glukosa 1% dinyatakan (-) mengandung karbohidrat. Hal ini mungkin dikarena konsentrasi glukosa pada pada larutan hanya sedikit sehingga reagen tidak bereaksi dengan maksimal.
Selanjutnya pada uji iodium. Uji iodium ialah uji yang digunakan untuk medeteksi adanya pati (polisakarida) dalam suatu sampel. Menurut Maligan (2014) prinsip uji iodium ialah pati dan iodium akan membentuk ikatan kompleks yang berbawarna biru. Pada kali ini sampel yang akan diuji ialah larutan amilum 1%. Larutan amilum 1% masing-masing dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi. Tabung reaksi I ditambahkan air, tabung II ditambahkan HCl dan tabung III ditambahkan NaOH kemudian dipanaskan. Pada tabung I, ditambahkan aquadest yang bersifat netral tidak akan mempengaruhi sampel. Hal ini sesuai dengan Togatorop (2014) penambahan aquades pada larutan karbohidrat tidak mengakibatkan adanya perubahan. Oleh karena itu, ketika reagen iodium dicampurkan maka tabung I akan berubah warna menjadi hitam dan ketika dipanaskan akan menghasilkan endapan berwarna hitam.
Pada tabung II ditambahkan HCl yang bersuasana asam, amilum tidak mengalami perubahan dan berubah warna setelah ditambahkan reagen iodium. Hal ini sesuai dengan Togatorop (2014) pati mengalami suasana asam sehingga amilum akan terhidrolisis dan mudah berikatan dengan iod membentuk warna biru tua. Namun setelah dipanaskan, tidak akan membentuk pengendapan.
Pada tabung III ditambahkan NaOH dengan suasana basa. Larutan amilum mengalami perubahan menjadi kekuningan dan setelah ditambahkan reagen iodium juga tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan Togatorop (2014) Hal ini dikarenakan senyawa basa larut dalam air sehingga akan melepaskan panas. Ketika dilarutkan menjadi warna kuning. Selanjutnya dilakukan pemanasan dan tetap tidak terjadi perubahan apapun. Menurut Togatorop (2014) NaOH menghalangi terjadinya reaksi antara amilum dengan iod. Iod terlebih dahulu bereaksi dengan NaOH dibandingkan amilum dengan NaOH. Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut :
Karbohidrat dapat saling berikatan membentuk struktur karbohidrat kompleks baik berupak disakarisa maupun polisakarida. Ikatan yang terjadi antara monomer-monomer karbohidrat dapat dipisahkan dengan melakukan hidrolisis. Menurut Hadiyanti (2014) hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya dan hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana. Polisakarida yang akan digunakan ialah amilum (pati) dan disakarida yang digunakan ialah sukrosa.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hidrolisis pati, pati terhidrolisis menjadi glukosa ketika dilakukan pemanasan selama 24 menit.  Menurut Hadiyanti (2014) pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh air selama pemanasan menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Pada mulanya pati akan pecah dan menjadi unit rantai dan menjadi unit rantai glukosa yang lebih pendek. Reaksi hidrolisis pati ialah sebagai berikut :
Untuk mengetauhi bahwa pati telah terhdrolisis maka dilakukan reaksi antara pati dan iodium. Reaksi pati ditandai dengan perubahan warna menjadi biru kehitaman jika direaksikan dengan iodium sedangkan pati yang terhidrolisis ditandai dengan warna kuning jika direaksikan dengan iodium. Hal ini sesuai dengan Ismawanti (2014) pada hidrolisis pati terdapat titik akromatik yaitu titik dimana pati tersebut menunjukan warna yang lebih pudar saat dilakukan penetesan iodin yang menandakan bahwa pati tersebut telah terhidrolisis secara sempurna menjadi unit yang lebih kecil yaitu glukosa.

Setelah dilakukan hidrolisis kemudian dilakukan penetralan dengan NaOH dan diukur pH yaitu 7. Kemudian dilakukan uji benedict, hasil yang diperoleh ialah pati yang terhidrolisis menghasilkan endapan merah bata karena hasil hidrolisis berupa glukosa yang merupakan gula pereduksi. Hal ini sesuai dengan Hadiyanti (2014) glukosa yang dapat mereduksi pereaksi benedict, reduksi ini ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah Cu2O.
Selanjutnya pada hidrolisis sukrosa, sukrosa mengalami hidrolisis dengan menggunakan asam. Menurut Chaerani (2010) sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhirolisis, lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa. Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut :
Pada reaksi, sukrosa yang direaksikan dengan HCl dan dipanaskan selama 30 menit akan terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Untuk mengetahui bahwa sukrosa telah mengalami hidrolisis maka seperti yang dilakukan terhadap hidrolisis pati, sukrosa akan dilakukan uji benedict. Menurut Nur (2015) uji benedict ialah uji karbohidrat yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Gula pereduksi yang dimaksud ialah glukosa. Hasil uji benedict yang diperoleh ialah sukrosa yang terhidrolisis menghasilkan endapan kuning tua yang hampir mirip mendekati merah bata.


BAB V
PENUTUP
5.1.   Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini ialah pada uji kualitatif karbohidrat dengan uji benedict, sampel madu, ubi jalar, kacang hijau dan jagung dinyatakan (+) mengandung gula pereduksi yaitu glukosa yang ditandai dengan endapan merah bata, endapan jingga dan perubahan warna hijau. Pada uji molisch, sampel madu, ubi jalar, sagu, larutan sukrosa 1%, larutan amilum 1%, kacang hijau, tepung, dan jagung dinyatakan (+) mengandung karbohidrat yaitu glukosa yang ditandai dengan terbentuknya cincin violet. Pada uji iodium, sampel larutan amilum 1% tabung I (ditambahkan air) dan tabung II (ditambahkan HCl) dinyatakan (+) mengandung pati yang ditandai dengan perubahan warna biru kehitaman. Pada hidrolisis pati dan sukrosa, pati dan sukrosa yang terhidrolisis yang diuji dengan benedict dinyatakan (+) mengandung glukosa yang ditandai dengan endapan merah bata dan kuning tua.
5.2.   Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu adanya praktikum kembali karena praktikum sebelumnya masih belum terlalu maksimal. Pada praktikum sebelumnya terlalu dipaksakan untuk menghabiskan lebih dari satu modul praktikum dalam satu waktu sehingga akan berimbas pada pengetahuan mahasiswa yang tidak maksimal menyerap ilmu dalam praktikum.






DAFTAR PUSTAKA
Arinda. 2015. Karbohidrat. Universitas Padjajaran. Jawa Barat
Chaerani, Annisa Nurul. 2010. Hidrolisis Sukrosa. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani. Cimahi
Hadiyanti, Ika Fitri. 2014. Hidrolisis Pati 1% dengan Katalis Asam. Politeknik Negeri Bandung. Jawa Barat
Hanifah. 2011. Uji Reaksi Karbohidrat. Politeknik Negeri Bandung. Jawa Barat
Hilizza, Amanda. 2014. Uji Kandungan Bahan Makanan. Universitas Gunadarma. Jawa Barat
Husnaeni, Khumairah dan Dede Nurlisvi. 2014. Karbohidrat. Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Jawa Barat
Husnaeni. 2012. Mengenal Lebih Jauh Tentang Karbohidrat. Universitas Halu Oleo. Kendari
Ismawanti, Zuhria. 2014. Hidrolisis Amilum. Politeknik Kesehatan Bandung. Jawa Barat
Maligan, Jaya Mahar. 2014. Analisis Karbohidrat. Universitas Brawijaya. Jawa Timur
Mardiana. 2011. Karbohidrat. Universitas Hasanuddin. Makassar
Nur, Naufa Mufida. 2015. Karbohidrat I. Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Jawa Barat
Pangesti. 2014. Karbohidrat. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Riskullah, Faiz. 2013. Reagen. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Sakinah, Asri Nisa. 2013. Uji Molisch. Universitas Pasundan. Jawa Barat
Thayban. 2014. Konsep Dasar Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Universitas Negeri Gorontalo
Togatorop, Ervan. 2014. Uji Karbohidrat Metode Iodin. Universitas Hasanuddin. Makassar




LAMPIRAN I
DOKUMENTASI HASIL ANALISA
Text Box: Uji Iodium17837559_408525606169868_572542189_o.jpg
Text Box: Uji Molisch17858218_408525562836539_942911672_o.jpgText Box: Uji benedict17838691_408525599503202_764813715_o.jpg

Text Box: Tes Hidrolisis Pati17820643_408525592836536_1354778919_o.jpg



Text Box: Hidrolisis Pati dan Hidrolisis Sukrosa17858218_408525536169875_671873002_o.jpg
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA SECARA UMUM
BENEDICT
 



Dimasukkan 8 tetes kedalam tabung reaksi yang telah diisi reagen benedict 5 ml.
Homogenkan dan didihkan selama 5 menit
Amati perubahan warna

HASIL PENGAMATAN
 
 













MOLISCH
 



Masukkan 5 ml sampel ke dalam tabung rekasi
Tambahkan pereaksi Molisch, homogenkan dan tambahkan asam sulfat pekat 3 ml.
Amati perubahan warna yang terjadi

HASIL PENGAMATAN
 
 











IODIUM
 



Masukkan kedalam 3 tabung reaksi sebanyak 3 ml.
Tabung I tambahkan air, tabung II tambahkan HCl dan Tabung III tambahkan NaOH
Kocok dan tambahkan iodium. Amati perubahan warna yang terjadi

HASIL PENGAMATAN
 
 










HIDROLISIS PATI
 



Masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 2,5 ml HCl 2N.
Masukkan kepenangas air. Setiap 3 menit uji dengan iodium sebanyak 2 tetes sampai hasilnya berwarna kuning pucat.
Dinginkan dan ambil 2 ml, netralkan dnegan NaOH 2%. Uji dengan kertas lakmus.
Lakukan uji benedict.
Amati perubahan yang terjadi.

HASIL PENGAMATAN
 
 







HIDROLISIS SUKROSA
 



Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml dan tambahkan HCl pekat.
Masukkan kedalam penangas air selama 30 menit.
Dinginkan dan netralkan dengan NaOH 2% dan uji dengan kertas lakmus.
Lakukan uji benedict.
Amati perubahan yang terjadi.



HASIL PENGAMATAN
 
 

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN Uji Karbohidrat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel