LAPORAN ANALISIS TOTAL SUSPENSI SOLID (TSS)
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
DISUSUN OLEH
NAMA : WAHYU MUBAROQH HASAN
NPM : 85AK16028
PRODI : DIII ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
STIKES BINA MANDIRI
GORONTALO
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan laporan ini yaitu “ Analisis Total Suspensi Solid (TSS)
“. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. yang telah membawakan ajaran Islam yang dengannya
dapat mengantarkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Dede Sutriono, S.Si dan Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen pengampuh
mata kuliah praktikum Analisa Kimia Air yang telah membantu dalam membimbing
dalam pembuatan laporan ini.
2.
Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan
doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis
dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis
menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi
penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya
rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, November 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………….. i
DAFTAR
ISI ..……...…………………………………………………… ii
DAFTAR
TABEL ……………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
………….………………………………….. 1
1.1. Latar
Belakang ………………………………………………...….... 1
1.2. Tujuan
……………………………………………………………… 2
1.3. Manfaat
…………………………………………………………….. 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 3
2.1. Pengertian Air ………………………………...……….…………… 3
2.2. Karakteristik Air …………………………………………………..... 3
2.3. Sumber Air …………………………………………...…………….. 4
2.3.1. Air Permukaan ……………………………………………… 5
2.3.2. Air Tanah ………………………..…………………………. 5
2.3.3. Air Angkasa ………………………………………………... 6
2.4. Kualitas Air …….…………………………………...……………… 6
2.4.1. Kualitas Biologi …………….……………………………... 6
2.4.2. Kualitas Fisik ……………………………………………… 7
2.4.3. Kualitas Kimia …..…………………………………………. 7
2.5. Total
Suspended Solid (TSS) …………..…………………………… 7
2.6. Prinsip Penentuan Total Suspended Solid (TSS) …….…………….. 8
2.6.1. Pengambilan
dan Pengawetan Sampel ....………………….. 8
2.6.2. Persiapan
Kertas Saring ……………..…………………….. 9
2.6.3. Penentuan
Zat Padat Tersuspensi ………………………….. 9
2.7. Gravimetri ………………………..………………………………… 9
BAB
III METODE KERJA …………………..………………………… 12
3.1. Alat
..…….………………………………………………………….. 12
3.2. Bahan
…….………………………………………………………… 12
3.3. Prosedur
Kerja ……………………………………………………… 12
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..……………………………… 13
4.1. Hasil
……………………………………………………………….. 13
4.2. Pembahasan
.……………………………………………………….. 13
BAB V
PENUTUP …………………………………………………….. 17
5.1. Kesimpulan
………………………………………………………... 17
5.2. Saran
………………………………………………………………. 17
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………… 19
LAMPIRAN
I
LAMPIRAN
II
LAMPIRAN
III
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1.1. Hasil Uji Organoleptik
……………………………..…….. 13
Tabel
4.1.2. Hasil Penentuan TSS
………………………….………….. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Air
sebagai sumber daya alam yang sangat melimpah dimuka bumi memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup. Kebutuhkan akan air
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat tetap bertahan dan melangsungkan
kehidupannya. Air memiliki berbagai macam jenis dan kriteria yang berbeda
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Namun, kualias air dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan perubahan kandungan di dalamnya
sehingga dapat menyebabkan pencemaran terhadap air itu sendiri.
Di
Indonesia, kriteria mutu air termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,
yaitu kriteria mutu air digolongkan berdasarkan peruntukannya. Air kelas I
diperuntukan untuk air baku air minum.
Air kelas II diperuntukan untuk air prasarana/sarana rekreasi. Air kelas III
diperuntukan untuk pembudidayaan ikan air tawar dan pertenakan. Dan air kelas
IV diperuntukan untuk air yang dapat mengairi pertanaman. Setiap golongan air
ini tidak akan terlepas dari upaya penentuan kualitas air. Hal ini dikarenakan
setiap air memiliki tingkat kualitas yang berbeda-beda sesuai dengan
peranannya.
Dalam
hal menentukan kualitas air terdapat pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian tersebut dilakukan berdasarkan parameter-parameter yang telah
ditetapkan. Parameter ini diperlukan untuk upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi
air tetap sesuai dengan kondisinya. Salah satu parameter yang digunakan sebagai
indikator dari pencemaran oleh zat-zat residu dari suspensi ialah parameter
Total Suspensi Solid (TSS). Total Suspensi Solid (TSS) menurut Agustira, dkk
(2013) yaitu padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik
dan anorganik dimana materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap
kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan
air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.
Di
Gorontalo, seiring meningkatnya jumlah penduduk, terjadi pula peningkatan
kebutuhan air yang layak untuk dikonsumsi atau dapat digunakan oleh masyarakat Gorontalo.
Oleh sebab itu, sumber air seperti sungai, danau atau pun sumur banyak
digunakan masyarakat sekitar untuk kepeluan kegiatan sehari-sehari seperti
mencuci, memasak, buang air dan sebagainya. Tanpa disadari oleh masyarakat,
kegiatan yang dilakukan tersebut memiliki dampak terhadap kualitas air.
Kualitas air dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat sekitarnya. Salah satu
dampak yang mempengaruhi kualitas air ialah terjadinya kekeruhan pada sumber
air. Kekeruhan menandakan bahwa terdapat zat-zat yang tersuspensi dalam sumber
air tersebut. Oleh karenanya, analisis Total Suspensi Solid (TSS) perlu
dilakukan untuk mengetahui kualitas sumber air tersebut apakah layak untuk
dapat digunakan/konsumsi ataukah tidak.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kali ini ialah agar
mahasiswa dapat menentukan jumlah TSS pada sampel dengan metode Gravimetri.
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat dari laporan kali ini ialah memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa dalam menentukan jumlah TSS pada sampel dengan
metode Gravimetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian
Air
Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya
kehidupan seperti yang ada di bumi. Seluruh organisme sebagian besar tersusun
dari air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air. Air adalah medium yang biologis di bumi ini.
Air adalah satu-satunya substansi umum yang ditemukan di alam dalam tiga wujud
fisik materi yaitu padat, cair dan gas.Air merupakan suatu sarana utama untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu
media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah
satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai pada
manusia (Jeprianto, 2014).
2.2.
Karakteristik
Air
Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah
sekitar 1.368 juta km3 air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya
uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau,
air tanah, (ground water), dan gunung
es (glacier). Semua badan air di
daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologiyang
berlangsung secara kontinu. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak
dimiliki oleh senyawa kimia yang lain yakni, memiliki kisaran suhu yang sesuai
bagi kehidupan, yaitu 0° (32°F) - 100°C, air berwujud
cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing
point) dan suhu 100°C merupakan
titik didih (boiling point) air. Tanpa
sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup maupun
air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada
dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan ada kehidupan di muka bumi
ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel mahluk hidup adalah air (Jeprianto,
2014).
Perubahan suhu air yang berlangsung lambat memiliki
sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Air memerlukan panas yang
tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan
air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah besar.
Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan
energi panas yang besar. Proses inilah
yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada saat berkeringat tubuh terasa
sejuk dan merupakan penyebab terjadinya penyebaran panas yang baik di bumi.
Selain itu air juga merupakan suatu pelarut yang baik, air mampu melarutkan
berbagai jenis senyawa kimia. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi,
suatu cairan dikatakan memiliki permukaan tegangan yang tinggi jika
tekananantar-molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi
menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability) (Jeprianto,
2014).
Kepadatan
(density) air, seperti halnya
wujud juga tergantung dari temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya
densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada
40°C. Sekalipun demikian, temperatur ini akan mudah
berubah, hal ini tampak pada specific heat air, yakni angka yang
menunjukan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air satu
derajat celsius. Specific heat bagian
air adalah 1/gram/°C, suatu angka yang sangat tinggi
dibandingkan dengan spescific heat lain-lain elemen di alam. Dengan demikian, transfer
panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas
panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air terhadap keadaan udara sekitarnya, hal ini
sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap
gejolak suhu (Jeprianto, 2014).
2.3.
Sumber
Air
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan
mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi (Limbong, 2008). Dalam
siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat
diperkirakan kualitas dan kuantitasnya, diantaranya adalah Air permukaan, Air
tanah, Air angkasa (Jeprianto, 2014).
2.3.1.
Air
Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir
dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran
industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni (Limbong, 2008):
1.
Air
Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah
mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada
umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
2.
Air
Rawa/ Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan
oleh zat-zat organik yang membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air
yang menyebabkan warna kuning coklat. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada
kedalaman tertentu dan sulit untuk dilakukan.
2.3.2.
Air
Tanah
Air tanah adalah air yang meresap kedalam tanah
sehingga telah mengalami penyaringan oleh tanah maupun oleh batu-batuan. Jika
dibandingkan dengan sumber air yang lain, air tanah lebih baik sehingga air
tanah banyak dimanfaatkan sebagai keperluan rumah tangga. Air tanah terbagi
dalam beberapa golongan yaitu :
1.
Air
Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses penyerapan air pada
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri,
sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia
(garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai
unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal
ini terdapat dalam kedalaman 15 m. Sebagai sumber air minum, air tanah dangkal
ini ditinjau dari segi kualitas adalah baik tetapi tergantung pada musim.
2.
Air
Tanah Dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air pertama.
Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Kualitas dari air tanah dalam lebih baik
daripada air tanah dangkal, karena pada air tanah dalam penyaringannya lebih
sempurna dan bebas bakteri.
3.
Mata
air
Merupakan air yang mengalami penyaringan menembus
kedalaman lapisan mineral, dan muncul kepermukaan setelah melewati penyaringan
tersebut. Air mengandung logam-logam yang terlarut dan pada umumnya adalah
logam mangan yang akan membentuk endapan kuning kecoklatan pada saat air muncul
dari permukaan. Sejumlah mata air mengandung pasir-pasir yang menyebabkan
kehidupan organisme menjadi sangat rendah. Sebaliknya karbon dioksida menjadi
tinggi dan menghasilkan nilai pH yang rendah.
2.3.3.
Air
Angkasa
Air angksa merupakan air yang berasal dari atmosfir,
seperti hujan dan salju (Jeprianto, 2014).
2.4.
Kualitas
Air
Penentuan kualitas air dapat dilakukan dengan
melihat beberapa aspek berikut (Jeprianto, 2014) :
2.4.1.
Kualitas
Biologi
Menurut ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI),
kualitas air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme dalam air. Jasad-jasad
hidup yang mungkin ditemukan dalam sumber-sumber air antara lain golongan
bakteri, ganggang, cacing serta plankton. Kehadiran bentuk-bentuk tidak
diharapkan dalam air, hal ini dikarenakan berbagai mikroorganisme dapat
menyebabkan penyakit di samping pengaruh lain seperti timbulnya rasa dan bau.
2.4.2.
Kualitas
Fisik
Karakteristik fisik yang umum dianalisis dalam
penentuan kualitas air meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik
yang terkandung dalam air seperti lumpur, dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.
2.4.3.
Kualitas
Kimia
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia
yang beracun, perubahan rupa, warna dan rasa, serta reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas kimia air minum. Standar
kualitas kimia air dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena
pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut di dalam air
akan memberikan pengaruh-pengaruh negatif, baik dari segi kesehatan maupun dari
segi pemakaian lain.
2.5. Total
Suspended Solid (TSS)
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat atau
partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup
(biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen
mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat
tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya
matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif
akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak
berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain
dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun
dari udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan (Haryaningsih,
2015).
Total
Suspended Solid (TSS) mempunyai
efek yang kurang baik terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan
mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam air. Oleh karenanya, manfaat air
dapat berkurang, dan organisme yang butuh cahaya akan mati. Kematian organisme ini akan mengganggu
ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini akan mengendap, maka
pembentukan lumpur dapat sangat mengganggu aliran dalam saluran, pendangkalan
cepat terjadi, sehingga diperlukan pengerukan lumpur yang lebih sering. Dapat
dimengerti bahwa pengaruhnya terhadap kesehatan pun menjadi tidak langsung
(Haryaningsih, 2015).
TSS (Total
Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang
tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat
disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 μm. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi
matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan bagi organisme produser (Agustira, dkk, 2013).
2.6. Prinsip Penentuan Total Suspended Solid (TSS)
Contoh uji yang telah homogen
disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang.Residu yang tertahan pada
saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai
dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS).
Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan,
diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji.
Untuk cara kerjanya adalah sebagai berikut (Handayani, dkk 2014):
2.6.1.
Pengambilan dan
pengawetan sampel
Sampel
harus representatif dengan cara pengambilannya yang benar. Botol sampel
yang digunakan sebelumnya harus dicuci hingga bersih dari sisa sampel kemudian
dibilas dengan air suling. Sampel dapat diawetkan beberapa hari
tanpa mempengaruhi hasil analisa, dan sebaiknya sampel tersebut disimpan dalam
kulkas pada suhu sekitar 2-4oC. Perlu diperhatikan bahwa
setelah beberapa hari zat padat organis dapat terlarut sedangkan zat padat
koloidal dapat membentuk partikel-partikel yang lebih besar. Oleh karena
itu sampel air yang telah disimpan harus dianalisis sebelum 7 hari setelah
pengambilan sampel dilakukan. Sebelum dianalisa, sampel dikocok terlebih dahulu
sehingga zat-zat yang terkandung di dalamnya tersebar merata dan homogen.
2.6.2. Persiapan
Kertas Saring
Kertas saring dipanaskan di dalam oven
pada suhu ± 105⁰C
selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang segera dengan neraca analitik hingga didapatkan berat
konstan (kehilangan berat sesudah pemanasan ulang kurang dari 0,5 mg).
2.6.3. Penentuan
Zat Padat Tersuspensi
Sampel dihomogenkan kemudian dipipet
sebanyak 100 mL dan dilakukan penyaringan menggunakan corong gelas dan kertas
saring. Kemudian kertas saring diambil dengan hati-hati dan diletakkan diatas
cawan untuk dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105⁰C selama 1 jam.
Selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang dengan neraca
analitik hingga diperoleh berat konstan. Untuk memperoleh estimasi TSS,
dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
Analisis
sampel TSS (Total Suspended Solid)
menggunakan metode Gravimetri (SNI, 2004), dimana untuk mengetahui sebaran
nilai TSS di perairan, maka sampel yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis,
kemudian hasil analisis dilakukan perhitungan dengan rumus :
Keterangan :
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (mL)
2.7. Gravimetri
Gravimetri
adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya yang
diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan
dan diakhiri dengan penimbangan (Adam, 2007).
Untuk
memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus
memperhatikan tiga hal berikut (Adam, 2007):
1. Unsur
atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.
2. Bentuk
endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya.
3. Endapan
yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan analisis gravimetri adalah (Aji, dkk, 2013):
1. Endapan
harus begitu tak larut sehingga tidak ada kehilangan yang cukup besar ketika
dalam tahap penyaringan. Dalam praktiknya jumlah sisa dalam larutan tidak
melebihi 0,1 mg.
2. Sifat
fisik endapan harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dipisahkan dari
larutan dengan filtrasi, dan dapat dicuci bebas dari pengotor yang larut.
Kondisi tersebut mengharuskan ukuran partikel sedemikian rupa sehingga tidak
lolos melalui media penyaring, dan bahwa ukuran partikel tidak terpengaruh
(atau setidaknya tidak berkurang) oleh proses pencucian.
3. Endapan
harus bisa diubah menjadi bahan murni, hal ini dapat dilakukan dengan cara
pengapian atau operasi kimia sederhana, seperti penguapan.
Dalam
analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut (Adam, 2007):
1. Pelarutan
sample (untuk sample padat).
2. Pembentukan
endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua
unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi.
Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan
kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap ini merupakan tahap paling penting.
3. Penyaringan
endapan.
4. Pencucian
endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan
tertentu.
5. Pengeringan
endapan sampai mencapai berat konstan.
6. Penimbangan
endapan.
7. Perhitungan.
a. Kadar
Unsur/Senyawa
b. Faktor
Gravimetri
Keterangan :
% A : Kadar analit(Unsur/Senyawa)
GrE : Massa endapan
GrS : Massa Sampel
FG :
Faktor Gravimetri
Ar/Mr A : Berat Atom/Berat Molekul
Mr E : Berat Molekul Endapan
|
|
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis
Total Suspensi Solid (TSS) ialah erlemeyer, gelas ukur, corong, neraca
analitik, oven dan cawan petri.
3.2.
Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Total
Suspensi Solid (TSS) ialah sampel air sungai bypass (I), sampel air sumur suntik (II), dan kertas saring.
3.3.
Prosedur
Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Langkah
awal, ukur sebanyak 100 ml sampel air. Timbang dan catat berat kertas
saring sebelum digunakan penyaringan. masukkan kertas saring pada corong yang
telah diletakkan pada Erlenmeyer. Saring sampel yang telah ukur
sebelumnya.kertar saring yang telah berisi residu kemudian dikeringkan pada
oven pada suhu 150⁰C selama 5
menit. Setelah kering lakukan penimbangan kembali dan lakukan perhitungan TSS. Lakukan
interpretasi hasil.
Keterangan :
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (mL)
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum analisis
Total Suspensi Solid (TSS) metode Gravimetri ialah sebagai berikut :
Tabel
4.1.1. Hasil Uji Organoleptik
Parameter Organoleptik
|
Hasil Pengujian
|
|
Sampel I
|
Sampel II
|
|
Warna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Kejernihan
|
Keruh
|
Keruh
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Berbau
|
Rasa
|
Tidak berasa
|
Tidak berasa
|
Tabel
4.1.2. Hasil Penentuan TSS
Sampel
|
Pengukuran Berat (Massa)
|
Volume Sampel
(mL)
|
Total Suspensi Solid
(mg/L)
|
|
Berat A (mg)
|
Berat B (mg)
|
|||
I
|
830
|
810
|
100
|
200
|
II
|
840
|
810
|
100
|
300
|
4.2.
Pembahasan
Air
adalah suatu zat yang menjadi sumber daya alam yang tidak akan pernah habis
dimuka bumi. Kelimpahan air merupakan suatu hal yang selalu diidamkan oleh
setiap makhluk hidup, khususnya manusia. Air merupakan senyawa yang dibutuhkan
untuk menunjang kehidupan, misalnya digunakan untuk minum, memasak ataupun
menyuci pakaian. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang berlimpah, namun
ketersediaan air bersih pada tiap wilayah ialah berbeda ataupun jarang
terpenuhi. Mengingat pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka sangatlah wajar
apabila sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena
menyangkut kehidupan orang banyak.
Kebersihan
dan kualitas air dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (wilayah) sekitarnya
dimana lingkungan sekitar dipengaruhi oleh kegiatan (aktivitas) masyarakat
setempat. Air yang terlihat bersih pun belum tentu dapat dikatakan sebagai air
yang berkualitas bagus. Hal ini menjadi masalah pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya untuk
menyediakan pelayanan air bersih terhadap masyarakat. Air bersih yang tersedia
digunakan oleh masyarakat untuk dikonsumsi atau digunakan untuk kegiatan
sehari-hari, mislanya mencuci, mandi, buang air dan sebagainya. Namun,
keterbatasan air yang tersedia membuat masyarakat menggunakan air pada sungai,
danau serta mata air lainnya untuk digunakan pada kegiatan sehari-hari.
Seperti halnya di Gorontalo, terdapat beberapa
sumber air baik itu sumber air permukaan maupun sumber air tanah. Sumber
tersebut sering digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan
lain sebagainya. Kegiatan masyarakat sekitar tersebut mempengaruhi kualitas air
tersebut dimana menimbulkan kekeruhan pada sumber air yang dikarenakan
tercemarnya sumber air oleh zat-zat organik maupun anorganik dari kegiatan
tersebut. Dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud
dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang mneyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dnegan peruntukkanya.
Maka dari itu perlu untuk melakukan pengelolaan
sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan menguji atau
mengukur kualitas air tersebut terhadap parameter-parameter kualitas air karena
menurut Gusmewati (2015) parameter kualitas air dipengaruhi oleh tata guna
lahan dan intensitas kegiatan manusia di sekitarnya. Salah satu parameter yang
sering digunakan dalam pengujian ialah Total Suspensi Solid (TSS). Oleh karena
itu, dilakukan praktikum terhadap kualitas air mengenai analisis terhadap Total
Suspensi Solid (TSS) dengan metode Gravimetri yang dilakukan pada sumber air
yang berada di Gorontalo. Sampel yang digunakan ialah sampel air Sumur Suntik
(I) dan sampel air Sungai Bypass (II).
Menurut Siswanto (2010) konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) merupakan
satu parameter yang mengindikasikan laju sedimentasi. Analisa Total Suspended Solid (TSS) sebagai
metode untuk mengetahui jumlah dan sebaran material tersuspensi pada suatu
daerah perairan. Berdasarkan teori penunjang tersebut dapat diketahui bahwa Total Suspended Solid atau Total
Suspensi Solid (TSS) merupakan indikator atau parameter yang digunakan untuk
mengetahui jumlah zat yang tersuspensi dalam suatu perairan. Material atau zat
yang tersuspensi dalam perairan tersebut memiliki dampak yang signifikan
terhadap kualitas air tersebut.
Tahap awal sebelum melakukan pengujian TSS secara
Gravimetri dilakukan terlebih dahulu uji organoleptis. Uji organoleptis
bertujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap sampel secara langsung dengan
menggunakan sensor indera. Uji yang dilakukan ialah warna, kejernihan, bau dan
rasa. Sampel I tidak berwarna, keruh, tidak berbau dan tidak berasa. Sedangkan
sampel II tidak berwarna, keruh, berbau dan tidak berasa. Dari hasil uji
organoleptik tersebut, menandakan bahwa kedua sampel ialah hampir tidak layak
digunakan. Hal ini dikarenakan, syarat air yang dapat digunakan untuk keperluan
sehari-hari ialah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Pada kedua
sampel walaupun tidak berwarna tetapi memiliki tingkat kejernihan yang rendah
sehingga air tersebut tidak dapat dikonsumsi. Pada sampel II memiliki bau yang
mengisyaratkan bahwa air tesebut bermasalah misalnya dikarenakan pencemaran
air.
Pengujian nilai TSS dilakukan secara Gravimetri.
Prinsip kerja gravimetri yang dilakukan ialah sampel yang akan dianalisa disaring
untuk mendapatan endapan (residu) yang
kemudian ditimbang kemudian dinyatakan sebagai berat zat tersuspensi (TSS) yang
terkandung dalam sampel tersebut. Langkah awal yang dilakukan dalam pengujian
ini ialah menimbang kertas saring sebagai berat awal kertas saring (Berat B).
Kemudian, sebanyak 100 ml air yang akan dianalisa disaring menggunakan kertas
tersebut hingga menyisakan residu (endapan). Selanjutnya dikeringkan dalam oven
pada 150⁰C selama 5 menit. Kertas saring yang telah kering kemudian di timbang
kembali sebagai berat kertas saring akhir atau berta kertas saring dan residu
(Berat A). Setelah itu dilakukan perhitungan untuk menetapkan kadar TSS. Dari
hasil yang diperoleh tersbeut, sampel I nilai TSS ialah 200 mg/L dan sampel II
nilai TSS ialah 300 mg/L.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, nilai
batas ambang Total Suspensi Solid (TSS) dibagi berdasarkan empat kategori
dimana masing-masing kategori mewakili keempat kritaria mutu air. Keempat
kriteria mutu air tersebut didasarkan pada peruntukkanya yaitu air
kelas I diperuntukan untuk air baku air
minum. Air kelas II diperuntukan untuk air prasarana/sarana rekreasi. Air kelas
III diperuntukan untuk pembudidayaan ikan air tawar dan pertenakan. Dan air
kelas IV diperuntukan untuk air yang dapat mengairi pertanaman. Pada kategori I untuk air baku air
minum, batas ambang TSS ialah 50 mg/L. Kategori II untuk air
prasarana/sarana rekreasi, batas ambang TSS ialah 50 mg/L. Kategori III untuk
air pembudidayaan ikan air tawar dan pertenakan, batas ambang TSS ialah 400 mg/L.
Dan kategori IV untuk air yang mengairi pertanaman, batas ambang ialah 400
mg/L. Mengacu pada nilai rujukan tersebut, sampel air I dan II tidak memenuhi
standar batas ambang pada kategori I dan II. Hal ini dikarena kadar TSS dalam
sampel cukup tinggi hingga melebihi batas ambang dua kategori. Oleh karena itu,
dapat diketahui bahwa sampel air IA dan IB tidak layak
untuk dikonsumsi atau digunakan pada prasarana/sarana rekreasi. Pengaruh dari
peningkatan TSS menurut Winnarsih, dkk (2016) ialah akan meningkatkan tingkat
kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom
perairan. Jika suatu perairan memiliki nilai kekeruhan atau total suspended solid yang tinggi maka
semakin rendah nilai produktivitas suatu perairan tersebut. Hal ini berkaitan
erat dengan proses fotosintesis dan respirasi organisme perairan.
Selain
itu, sampel air I dan II ternyata masih memenuhi standar ambang
batas pada kategori III dan IV. Hal ini dikarenakan nilai TSS kedua sampel
ialah dibawah 400 mg/L. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sampel air I dan
II layak untuk digunakan dalam pembudidayaan ikan air tawar dan
peternakan serta layak digunakan dalam mengairi pertanaman.
Dari
hasil yang diperoleh mengenai nilai TSS terhadap kedua sampel tersebut. Hal
yang dapat dihimbau kepada masyarakat setempat yang menggunakan air pada sumber
air tersebut untuk kegiatan sehari-hari ialah agar untuk tidak menggunakan air
dari sumber air tersebut untuk dikonsumsi ataupun digunakan dalam
prasaran/sarana yang berhubungan dengan air. Karena kualitas airnya yang rendah
akibat nilai TSS yang tinggi. Selain itu untuk mencegah agar tidak terjadi
peningkatan nilai TSS pada sumber air tersebut perlu dihimbau supaya masyarakat
tidak melakukan kegiatan yang dapat mencemari sumber air tersebut dengan polutan
yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat tersebut. Jika masyarakat ingin
memanfaatkan air dari sumber air tersebut maka air tersebut dapat digunakan
untuk pembudidayaan ikan air tawar dan peternakan serta dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman. Hal ini dikarenakan kadar TSS sampel untuk peruntakkan
tersebut masih tergolong rendah sehingga air masih dapat dimanfaatkan.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai analisis
Total Suspensi Solid (TSS), kesimpulan yang diperoleh ialah penentuan nilai Total
Suspensi Solid (TSS) sampel air dengan menggunakan metode Gravimetri ialah
berprinsip pada berat (massa) zat residu tersuspensi dari sampel yang dianalisa
dimana hasil yang diperoleh dari sumber air sumur suntik dan sumber air sungai bypass
masing-masing 200 mg/L dan 300 mg/L ialah melebihi batas ambang dari kriteria
mutu air kelas I dan II tetapi tidak melebihi batas ambang kriteria mutu air
kelas III dan IV merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, dengan
batas ambang kelas I dan II ialah 50 mg/L dan batas ambang kelas III dan IV
ialah 400 mg/L.
5.2.
Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu untuk melakukan
praktikum kembali. Hal ini diutarakan karena pada praktikum sebelumnya tidak
dilakukan penentuan zat kimia yang terkandung dalam sampel tersebut. Perlu juga
untuk melakukan pengukuran kadar zat kimia dalam sampel air dengan menggunakan
Gravimetri pengendapan sehingga dapat diketahui zat kimia apa yang mungkin
terdapat dalam sumber air tersebut. Sehingga, data yang diperoleh tidak hanya
data TSS sampel melaikan data zat-zat kimia yang terkandung juga di dalamnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Adam.
2007. Kimia Analitik. Departemen
Pendidikan Nasional : Jakarta
Agustira, Riyanda., Kemal S. L., dan
Jamilah. 2013. Kajian Karakteristik Kimia
Air, Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Kawasan Das Padang Akibat Pembuangan
Limbah Tapioka. Universitas Sumatera Utara. Medan
Gusmaweti. 2015. Analisis Parameter Fisika-Kimia sebagai Salah Satu Penentu Kualitas
Perairan Batang Palangki Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Universitas
Bung Hatta. Padang
Handayani, J. S., Anis M., Icha A., Ana
M., Diana N. A., Eka F., Putri P., Lathoiful I., dan Mentari R. D. 2014. Analisis Tts (Total Suspended Solid) Dan
Tds (Total Disolved Solid). Universitas Diponegoro. Semarang
Haryaningsih, Sri. 2015. Keefektifan
Em-4 (Effective Microorganism-4) Dalam Menurunkan Total
Suspended Solid (Tss) Pada Limbah Cair
Industri Tahu Eko Suparjo Wirogunan
Kartasura. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jawa tengah
Jeprianto. 2014. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Tanah Di Sekitar Lokasi Peternakan Babi
Desa Tumbang Tahai Dengan Metode MPN Coliform. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Palangkaraya. Kalimantan Tengah
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas : Analisa Dan Permasalahannya
Untuk Air Industri. Universitas Sumetera Utara. Medan
Republik Indonesia. 1997. Undang-undang
No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2001. Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air. Sekretariat Negara. Jakarta
Siswanto, Aries Dwi. 2010. Analisa Sebaran Total Suspended Solid (TSS)
Di Perairan Pantai Kabupaten Bangkalan Pasca Jembatan Suramadu. Universitas
Trunojoyo. Madura
Standard Nasional Indonesia 06-6989.03.
2004. Air Dan Air Limbah – Bagian 3: Cara Uji Padatan Tersuspensi Total
(Total Suspended Solid, TSS) Secara Gravimetri. Badan Standardisasi
Nasional (BSN)
Winnarsih., Emiyarti dan La Ode Aliman
Afu. 2016. Distribusi Total Suspended
Solid Permukaan Di Perairan Teluk Kendari. Universitas Halu Oleo. Kendari
LAMPIRAN I
Pengambilan
Sampel Sungai
|
Pengambilan
Sampel Sumur Suntik
|
Sumur Suntik
|
Alat dan
Bahan
|
Filtrasi
|
Proses
Filtrasi
|
Penimbangan
Residu
|
Pengeringan
dengan Oven
|
Residu
|
LAMPIRAN
II
SKEMA
KERJA
PENENTUAN
TSS
Sampel
Air
|
Residu
|
Hasil
|
LAMPIRAN
III
PERHITUNGAN
PENENTUAN
NILAI TSS
Rumus
:
Keterangan :
A = berat kertas saring +
residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (mL)
Sampel
I :
Sampel II :
0 Response to "LAPORAN ANALISIS TOTAL SUSPENSI SOLID (TSS)"
Post a Comment