Lettori fissi

LAPORAN Identifikasi Kutu Busuk (Cimex lectularius)

Related


DOWNLOAD FILE DISINI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu Identifikasi Kutu Busuk (Cimex lectularius). 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Rijal, AMAK., S.ST dan Bapak Haeril, Amd.AK., S.Si selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Parasitologi II yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Oktober 2017

  Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ..……...……………………………………………………    ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………....    iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ………….…………………………………..   1
A.       Latar Belakang ………………………………………………...…....    1
B.        Rumusan Masalah ………………………………………………….     2
C.        Tujuan ………………………………………………………………     2
D.       Manfaat ……………………………………………………………..    2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ……..……………………………….     3
A.       Kutu Busuk (Cimex lectularius) …………………..….……………      3
B.        Klasifikasi Kutu Busuk (Cimex lectularius) ……………....…….....      4
C.        Morfologi Kutu Busuk (Cimex lectularius) ………….…………….      4
D.       Siklus Hidup Kutu Busuk (Cimex lectularius) .…………….……...      7
E.        Perilaku Kutu Busuk (Cimex lectularius) ………………………….      9
a.       Perilaku Makan ………………………………………………..       9
b.      Perilaku Kawin ………………………………………………...      10
BAB III METODE KERJA ………………………………………….…     12       
A.    Waktu dan Tempat ………….……………………………………..      12
B.     Alat dan Bahan ..……………….…………………………………...    12
a.       Alat …………………………………………………………….      12
b.      Bahan ………………………………………………………….      12
C.     Prosedur Kerja ……….…………………………………………….      12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ………………………………...     13
A.    Hasil ………..………………………………………………………       13
B.     Pembahasan …….………………………………………………….       13
BAB V PENUTUP ………………………………….………………….     17
A.       Kesimpulan ………………………………………………………...      17
B.        Saran ……………………………………………………………….      17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR

Gambar II.I         Kutu Busuk/Bed Bug (Cimex lectularius) ..……………     3
Gambar II.II       Siklus Hidup Kutu Busuk (Cimex lectularius) ……...       7
Gambar II.III      Kutu Busuk Sedang Makan ………………….……...       9
Gambar II.IV      Perkawinan Kutu Busuk ………………………….....       11





DAFTAR TABEL

Tabel IV.I Hasil Pengamatan Kutu Busuk Betina ……………         13

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Artropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu athros, sendi dan podos, kaki. Oleh karena itu ciri utama hewan dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Dalam kajian parasitologi, sebagian besar artropoda merupakan vektor penyakit serta dapat bersifat sebagai parasit itu sendiri. Parasit pada umumnya mempunyai sifat yang merugikan bagi manusia. Hidupnya menumpang dan bertempat tinggal di tempat yang ditumpanginya dan merugikan bagi host yang ditumpanginya (Qiptiyah, 2014).
Parasit digolongan artropoda dapat berasal dari ordo Hemiptera. Anggota ordo Hemiptera yang paling dikenal oleh masyarakat ialah kutu busuk. Mendengar kata kutu busuk sudah tidak asing lagi ditelinga setiap kalangan masyarakat. Makhluk hidup berukuran kecil tersebut tidak disenangi oleh sebagian besar kalangan manusia. Hal ini dikarenakan kutu busuk merupakan parasit yang dapat mengganggu kehidupan manusia serta dapat menyebabkan penyakit yang cukup serius.
Menurut Wardani (2014) di Indonesia, sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu busuk banyak ditemukan di rumah, gedung pertunjukan, hotel atau tempat lainnya dimana manusia tidur atau duduk. Tetapi karena keberhasilan pengendalian dengan insektisida berbasis organoklorin, kutu busuk praktis hampir dapat dikendalikan secara penuh, dan hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun waktu 1980-2000. Tetapi akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir, kutu busuk mulai menjadi masalah, banyak ditemukan di hotel berbintang, losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal. Berdasarkan teori penunjang tersebut dapat diketahui bahwa infestasi kutu busuk merupakan hal perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini dikarenakan kutu busuk yang dulunya dapat dikendalikan kini mulai menyerang kembali dan membuat masalah kesehatan. Oleh karenanya, dalam kajian penelitian dan kesehatan, kutu ini sering dijadikan bahan percobaan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kutu serta peranan dan dampaknya bagi manusia.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Bagaimana struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) jantan?
2.      Bagaimana struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) betina?
3.      Bagaimana perbedaan struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) jantan dan betina?
C.     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) jantan.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) betina.
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perbedaan struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) jantan dan betina.
D.    Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) jantan.
2.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) betina.
3.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai perbedaan struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) jantan dan betina.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kutu Busuk (Cimex lectularius)









Gambar II.I Kutu Busuk/Bed Bug (Cimex lectularius)
Sumber : Miller (2013)

Kutu busuk (Bed bugs) dulunya merupakan hama kesehatan masyarakat umum di seluruh dunia, namun mengalami penurunan dalam kejadian sampai pertengahan abad ke-20. Baru-baru ini, kutu busuk telah mengalami kebangkitan yang dramatis dan di seluruh dunia ada laporan peningkatan jumlah infestasi Ada beberapa anekdotal referensi bahwa masalah kutu busuk sedang meningkat karena peningkatan pariwisata dan perubahan manajemen kecoa yang beralih ke penekanan pada penggunaan umpan dan mengurangi penggunaan insektisida cair yang mungkin kutu busuk dikontrol secara kebetulan dalam prosesnya (Georgia, 2012).
Spesies kutu busuk yang menjangkiti rumah saat ini adalah keturunan gua yang ditinggal kutu yang awalnya diberi makan darah kelelawar. Saat manusia mulai tinggal di gua (100.000 sampai 35.000 tahun yang lalu, tergantung pada sumber), serangga mulai memakan pada manusia. Kemudian, saat manusia keluar dari gua dan memulai perjalanan mereka peradaban pertanian, serangga-serangga itu bergerak bersama mereka. Sejak saat itu, manusia telah membawa banyak bed bug di dunia (Miller, 2013).
Kutu busuk (Bed bugs) milik keluarga serangga yang disebut Cimicidae. Semua anggota keluarga ini makan secara eksklusif dengan darah. Kutu busuk (Cimex lectularius), memiliki lima tahap perkembangan kehidupan. Setiap tahap kehidupan yang immature (disebut nimfa atau instar) harus makan darah agar bisa berkembang ke tahap kehidupan selanjutnya. Karena kutu busuk, seperti semua serangga, memiliki kerangka di bagian luar tubuh mereka (exoskeleton) mereka harus melepaskan exoskeleton mereka agar tumbuh lebih besar. Penumpahan exoskeleton ini disebut molting. Seekor nimfa kutu busuk harus makan darah agar pergantian kulit berhasil. Setelah tumbuh melalui lima pergantian kulit instar, kutu busuk menjadi dewasa. Kutu busuk dewasa, baik jantan maupun betina, juga harus makan makanan secara teratur untuk bereproduksi. Proses pengembangan total dari telur ke dewasa dapat berlangsung dalam 37 hari pada suhu optimal (>72⁰F). Kutu busuk dewasa memiliki masa hidup hampir satu tahun tergantung pada akses reguler ke makanan darah dan suhu yang baik (Miller, 2013).
B.     Klasifikasi Kutu Busuk (Cimex lectularius)
Menurut Rizkha (2016), klasifikasi Kutu busuk (Cimex lectularius) ialah sebagai berikut:
Kingdom               : Animala
Filum                     : Artropoda
Kelas                     : Insekta
Ordo                      : Hemiptera
Famili                    : Cimicidae
Genus                    : Cimex
Species                  : Cimex lectularius
C.     Morfologi Kutu Busuk (Cimex lectularius)
Menurut Rizkha (2016), ciri-ciri umum (Cimex lectularius) ialah sebagai berikut:
1.      Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, gepeng dorsoventral, berukuran 4-6 mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap.
2.      Kepalanya mempunyai sepasang antena yang panjang, mata majemuk yang menonjol di lateral, dan alat mulut yang khas sebagai probosis yang dapat dilipat ke belakang di bawah kepala dan toraks bila tidak digunakan. Bila menghisap darah bagian mulut ini menjulur ke depan. Protoraks membesar dengan lekukan yang dalam di bagian depan tempat kepala menempel.
3.      Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas 9 ruas yang jelas.
4.      Seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut kasar (seta) dan beberapa rambut halus.
5.      Tibia kaki panjang dan tarsinya mempunyai tiga ruas. Yang dewasa mempunyai sepasang kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda mempunyai kelenjar serupa di dorsal abdomen.
6.      Bagian mulut digunakan untuk menusuk dan menghisap. Labrumnya kecil dan tidak dapat digerakkan. Labium membentuk suatu tabung yang terdiri atas 4 ruas, dan mengandung stilet maksila dan mandibula yang berguna untuk menusuk dan mengisap.
Kutu busuk dewasa mudah dikenali dengan warna merah kecoklatan dan kurangnya sayapnya. Tubuh secara luas gemuk dan ovoid, biasanya berukuran 5-8 mm dan lebar sekitar 4 mm. Morfologi kepala kutu busuk sangat mirip dengan tipikal cimicids lainnya. Mata multifaset (Majemuk) dari kutu busuk terlihat seperti kenop kecil yang menonjol dari sisi kepala. Antena kutu busuk tersamar 4 segmen dan diproyeksikan dari tonjolan kecil antara mata dan clypeus. Bagian ketiga dan seterusnya dari antena lebih tipis dari pada segmen basal atau kedua (Capinera, 2008).
Fitur yang paling menonjol di kepala adalah labrum. Labrum meluas keluar dari clypeus di ujung kepala yang ekstrem dan ditandai dengan jahitan labral. Labium muncul tepat di bawah labrum, di anterior kepala, dan memiliki tiga segmen. Saat labium ditahan saat istirahat (di bawah kepala kutu busuk), sisi ventral labium berisi alur longitudinal yang memegang figur dari serviks mandibula dan maksilaris. Antara stylet maksilari adalah kanal makanan yang besar dan kanal saliva yang lebih kecil. Kanal makanan dan faset stylet dihubungkan dengan pompa cibarial di dalam kepala kutu busuk. Labium tersegmentasi 3, termasuk stylet maksila dan mandibula dan kanal makanan dan air liur, secara kolektif disebut sebagai Rostrum. Rostrum menembus kulit inang dan pompa cibarial digunakan untuk memompa darah dari inang ke kepala kutu busuk (Capinera, 2008).
Pronotum kutu busuk sangat berbeda dan bentuk atau bulu dari sisi dorsal sering digunakan untuk identifikasi spesies. Secara umum, pronotum luas, mengelilingi pangkal kepala di dalam batas anterior. Sisi-sisi pronotum memanjang di sekitar pangkal kepala dengan gaya seperti sayap (Capinera, 2008).
Perut kutu busuk dewasa terdiri dari 11 segmen dan benar-benar sklerotized. Namun, perut sklerotized mampu melakukan ekspansi yang sangat besar karena membran intersegmental yang lebar dan "lipatan kelaparan" (bagian membrane ventral) yang terletak di dalam segmen perut kedua dan kelima. Organ reproduksi betina (gonapophyses) homolog ke ovipositor yang ditemukan pada spesies lain dan terletak di sisi ventral segmen perut ke 8 dan 9. Spermalege betina atau sinus paragenital muncul sebagai takik yang terletak di sisi ventral perut antara segmen ke-5 dan ke-6. Alat kelamin dari kutu busuk laki-laki juga berasal dari sisi ventral perut dekat puncaknya. Perut laki-laki lebih sempit di puncak daripada segmen kutu busuk betina dan segmen ke 9 lebih panjang dan asimetris. Parameter laki-laki sangat melengkung ke kiri dan terletak pada alur di segmen ke-9 (Capinera, 2008).
Kutu busuk immature (nimfa) berbeda dari yang dewasa dalam morfologi mereka dalam beberapa cara. Pertama, mereka tidak memiliki karakteristik warna kemerahan dari kutu dewasa. Nimfa khasnya putih tembus pandang, membuat struktur internal mereka terlihat setelah memakan darah. Nimfa juga dibedakan dari kutu dewasa karena tidak semua segmen perut mereka sclerotized, terutama pada permukaan perut abdomen. Nimfa juga memiliki tarsus tersegmentasi 2 sedangkan tarsus dewasa tersegmentasi 3. Pada akhirnya, kutu busuk immature tidak memiliki struktur yang terkait dengan reproduksi (Capinera, 2008).
D.    Siklus Hidup Kutu Busuk (Cimex lectularius)






  

Gambar II.II Siklus Hidup Kutu Busuk (Cimex lectularius)
Sumber : WHO (2003)


Siklus hidup kutu busuk itu unik karena dimulai dengan bentuk kopulasi yang tidak biasa yang dikenal sebagai inseminasi traumatis. Tidak seperti hemipteran lainnya, jantan Cimex tidak pernah memasukkan organ kopulatori mereka ke dalam tubuh betina. Sebaliknya, jantan itu dengan canggung mengayunkan punggung betina itu dan membungkus perutnya di sekitar sisi kanan tubuhnya (Cimex betina). Dia kemudian menusuk dinding tubuhnya, melukai betina saat memasukkan organ kopulatorinya ke sinus paragenitalnya atau "Organ Berlese" untuk menyuntikkan spermanya. Kawin biasanya berlangsung selama beberapa menit tapi bisa bertahan hingga setengah jam dalam beberapa kasus. Dalam 2 jam kawin spermatozoa jantan lolos dari  Organ Bersele bentina ke dalam rongga perutnya. Sekali di hemocoel (rongga tubuh), spermatozoa terakumulasi di dasar saluran telur, bergerak ke dalam konsepsi seminal dalam waktu 12 jam (Capinera, 2008).
Setelah kawin, betina yang bertahan pada suhu 23°C akan mulai menghasilkan telur dalam waktu 3 hari. Beberapa sumber telah mengindikasikan bahwa kutu busuk betina, saat diberi makan secara teratur, mampu menghasilkan telur yang layak selama 5-7 minggu dengan satu perkawinan tunggal. Namun, betina yang telah kawin biasanya akan berhenti oviposisi setelah sekitar 11 hari tanpa makan darah tambahan. Dalam kondisi laboratorium (23°C dan 75% RH), betina biasaanya yang telah diberi makan dan dikawinkan secara teratur dapat menghasilkan 3-4 butir telur setiap hari dengan rata-rata lebih dari 200 total telur selama seluruh umurnya. Di bawah kondisi alam fekunditas bisa sangat bervariasi, tidak hanya tergantung pada ketersediaan pasangan tapi juga suhu dan gizi. Produksi telur berkorelasi erat dengan suhu sekitar, berat betina yang tidak makan, dan ukuran makanan darah betina. Peningkatan suhu dari 17 sampai 23°C telah terbukti menghasilkan peningkatan produksi telur mingguan sebanyak sepuluh kali lipat di antara pakan ternak yang dikawinkan dengan baik. Berat rata-rata badan betina yang tidak makan juga mempengaruhi produksi telur. Seperti yang diharapkan, betina yang lebih besar menghasilkan lebih banyak telur. Selain itu, karena betina yang lebih besar cenderung memakan makanan darah yang lebih besar, ukuran makanan darah juga terbukti menghasilkan peningkatan produksi telur (Capinera, 2008).
Oviposisi terjadi 3-6 hari setelah kawin. Telur kutu busuk berukuran sekitar 1 mm, putih, memanjang, dan sedikit berbentuk busur. Setelah oviposisi, telur dilapisi dengan semen lengket yang cepat kering sehingga menyebabkan mereka menempel pada substrat tempat penyimpanannya. Telur biasanya diletakkan di celah-celah dan celah-celah di dekat tempat penyimpanan dan memakan waktu 6-10 hari untuk menetas, meskipun variasi suhu bisa berubah waktu penetasan. Sebagai kutu busuk instar pertama muncul dari telur, gerakan anti-peristaltik dari dorongan usus masuk ke dalam kepala, menggelar duri untuk menangkal tutup telur. Setelah menetas, kebanyakan instar pertama akan tinggal di dekat kapsul telur sampai mereka pergi untuk mencari makan darah pertama mereka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kutu busuk yang selamat terkait erat dengan jumlah energi yang harus dikeluarkan untuk mencari pejamu. Hal ini terutama berlaku untuk instar pertama. Meskipun cukup ambulatory (dapat berjalan) untuk ukurannya, instar pertama berisiko besar mengalami dehidrasi dibandingkan dengan tahap kehidupan yang lebih tua. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa banyak instar pertama hilang sebelum mereka mengkonsumsi makanan kecil mereka hanya karena mereka menetas terlalu jauh dari pejamu (Capinera, 2008).
Kutu busuk (Bed bug) memiliki lima instar nimfa, masing-masing membutuhkan makanan darah untuk menyelesaikan perkembangan. Setiap tahap nimfa dapat makan dalam waktu 24 jam setelah molting dan semua kutu busuk biasanya distimulasi untuk makan sedikit kurang dari interval mingguan. Pada suhu yang lebih tinggi (27°C), interval pemberian makan dapat dikurangi sampai setiap 3 hari, dan semua instar nimfa molting lebih cepat saat terkena suhu yang lebih hangat. Dalam studi yang dilakukan pada tahap nimfa 1-5, ditemukan bahwa jumlah hari rata-rata antara makan darah dan molting berkisar antara 21 hari pada suhu 35°C dan 26 hari pada suhu 15°C. Biasanya, nimfa kutu busuk akan makan satu kali per instar, masing-masing instar berlangsung 3-5 hari pada suhu optimal (23°C). Jika makanan darah tidak cukup dikonsumsi, makanan darah sekunder akan diperlukan sebelum molting dapat terjadi. Jadi walaupun waktu rata-rata dari telur sampai dewasa sering dilaporkan sekitar 1 bulan, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang hingga 4 bulan atau lebih tergantung pada suhu sekitar dan ketersediaan makanan biasa (Capinera, 2008).
E.     Perilaku Kutu Busuk (Cimex lectularius)
a.       Perilaku Makan






Gambar II.III Kutu Busuk Sedang Makan
Sumber : Miller (2013)

Kutu busuk (Bed bug) memiliki gaya hidup samar, yang berarti mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bersembunyi di celah dan celah di mana mereka tidak akan terlihat atau terganggu. Namun, mereka menjadi aktif di malam hari, biasanya antara tengah malam dan 5 pagi (tergantung jadwal pejamu). Pada saat inilah, ketika pejamu manusia biasanya tidur nyenyak, kutu busuk itu suka makan (Miller, 2013).
Kutu busuk (Bed bug) diketahui menempuh jarak beberapa yard untuk mencapai pejamu manusianya. Kutu busuk tertarik pada CO2 yang dihasilkan oleh hembusan host. Kenaikan CO2 di ruangan merangsang kutu busuk lapar untuk mulai mencari. Mereka tidak bisa mengatakan di mana pejamu berada tetapi mereka tahu ada yang hadir. Kutu busuk juga tertarik pada panas tubuh, bagaimanapun, mereka hanya mampu mendeteksi panas dari jarak kurang dari 3 kaki. Hal ini tidak dipahami dengan baik bagaimana kutu busuk yang bersembunyi di dalam lemari dapat menemukan pejamu yang terletak di tempat tidur di seberang ruangan. Namun, kutu busuk bisa bergerak sangat cepat, dan diperkirakan mereka banyak berkeliaran sebelum bisa menemukan makanan mereka. Idealnya, paling banyak kutu busuk ingin berkumpul di dekat tempat tidur pejamu, di atas kasur atau di kotak, saat mereka tidak makan. Namun, hal ini tidak selalu mungkin terjadi pada infestasi berat dimana kutu busuk penuh sesak dan banyak kutu busuk harus mencari tempat berlindung pada jarak beberapa meter dari pejamu (Miller, 2013).
Begitu kutu busuk menemukan inangnya (pejamu), mereka menyelidiki kulit dengan mulut mereka untuk menemukan ruang kapiler yang memungkinkan darah cepat masuk ke tubuh mereka. Kutu busuk bisa memeriksa kulit beberapa kali sebelum mulai makan. Pemeriksaan ini akan mengakibatkan pejamu menerima beberapa "gigitan" dari kutu yang sama. Setelah kutu busuk mengendap di suatu lokasi, akan memakan waktu 5-10 menit. Setelah kutu busuk penuh, ia akan meninggalkan pejamu dan kembali ke retakan atau celah, biasanya dimana tempat kutu busuk lainnya berkumpul. Kutu busuk kemudian akan mulai mencerna dan mengeluarkan makanan mereka. Kutu busuk biasanya makan setiap 3-7 hari (walaupun beberapa mungkin makan lebih sering). Jadi pada hari tertentu, mayoritas populasi tidak makan tapi dalam telah mencerna (Miller, 2013).
b.      Perilaku Kawin
Setelah diberi makan, kutu busuk dewasa, terutama jantan, sangat tertarik dengan kawin. Kutu cimicidae memiliki metode perkawinan unik yang disebut "inseminasi traumatis". Perilaku kawin ini dianggap "traumatis" karena jantan, alih-alih memasukkan organ reproduksinya (paramere) ke alat kelamin betina, secara harfiah menusuknya melalui dinding tubuhnya ke organ khusus di sisi kanannya, yang disebut Organ Berlese. Sperma jantan dilepaskan ke rongga tubuh betina, dimana dalam beberapa jam ke depan ia akan berpindah ke ovariumnya untuk menyuburkan telurnya (Miller, 2013).






Gambar II.IV Perkawinan Kutu Busuk
Sumber : Miller (2013)



Tusukan inseminasi traumatis menciptakan luka di tubuh betina yang meninggalkan bekas luka. Tubuh betina harus sembuh dari luka ini dan akibatnya, betina diketahui meninggalkan agregasi (perkumpulan) setelah dikawinkan beberapa kali untuk menghindari pelecehan lebih lanjut. Studi telah menunjukkan bahwa proses penyembuhan dari inseminasi traumatik memiliki dampak signifikan pada kemampuan betina menghasilkan telur. Faktanya, betina yang kawin satu kali saja, dan tidak mengalami ulangan berulang kali oleh jantan akan menghasilkan telur 25% lebih banyak daripada betina yang dikawinkan berulang kali (Miller, 2013).
Dalam istilah praktis, ini berarti bahwa satu betina perkawinan tunggal yang dibawa ke rumah dapat menyebabkan infestasi tanpa kehadiran pejantan, selama dia memiliki akses terhadap makanan biasa. Betina akhirnya akan kehabisan sperma, dan harus kawin lagi untuk menyuburkan telurnya. Namun, dia bisa dengan mudah kawin dengan keturunannya sendiri setelah mereka menjadi orang dewasa untuk melanjutkan infestasi (Miller, 2013).



BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum mengenai “Identifikasi Kutu Busuk (Cimex lectularius)” dilakukan pada :
Hari/Tanggal   : Kamis, 26 Oktober 2017
Pukul               : 10.00 – 12.00 WITA
Tempat            : Ruang Laboratorium Mikrobiologi STIKes Bina Mandiri
 Gorontalo
B.     Alat dan Bahan
a.       Alat
Adapun alat-alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini ialah sebagai beirkut :
1.      Mikroskop
2.      Object glass
3.      Wadah plastik
b.      Bahan
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan pada praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Kloroform
2.      Kapas
3.      Kutu Busuk (Cimex lectularius)
C.     Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan ialah sebagai berikut :
1.      Digunakan Alat Pelindung Diri (APD).
2.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.      Dimasukan kapas yang telah dicampur dengan kloroform ke dalam toples berisi kutu untuk dibius. Ditunggu hingga kutu selesai dibius.
4.      Diambil kutu dan diamati pada mikroskop dengan pembesaran 4-10x pembesaran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
      Berdasarkan identifikasi Kutu Busuk (Cimex lectularius), hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut :
Gambar Manual
Gambar

Keterangan :
1.      Kepala
7.      Trochanter
2.      Antenna
8.      Femur
3.      Mata
9.      Tibia
4.      Mulut
10.  Tarsus
5.      Toraks
11.  Abdomen
6.      Coxa

Tabel IV.I Hasil Pengamatan Kutu Busuk Betina
B.     Pembahasan
 Kutu busuk disebut juga kepinding atau terkenal dengan sebutan kutu tempat tidur (Bed bug) merupakan hewan invertebrata yang tergolong dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, dan ordo Hemiptera. Dikarenakan kutu kepala termasuk ke dalam filum Arthropoda secara morfologis bentuknya tubuh menurut Irianto (2013) yaitu ditandai oleh bangunan yang simestris bilateral. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh bersegmen yang terbungkus dalam suatu rangka (eksoskeleton) dari bahan kitin. Rangka luar ini bersendi dan berfungsi menutupi dan dan melindungi alat-alat dalam serta memberi bentuk pada tubuh. Rangka luar diekskresikan oleh epidermis dan mengalami pergantian kulit (eksdisis). Hewan ini mempunyai mata majemuk (faset) atau mata tunggal (oselus). Tubuh arthropoda dibagi atas tiga bagian utama yaitu, kepala (kaput/Sefalo), dada (toraks), dan perut (abdomen). Kutu busuk termasuk dalam golongan Insecta karena memiliki 3 pasang kaki atau 6 buah kaki. Hal ini sesuai dengan namanya, menurut Irianto (2013) insect disebut juga Hexapoda (Yunani, Hexa adalah enam dan Podos adalah kaki). Kutu busuk termasuk ordo Hemiptera. Menurut Irianto (2013) Hemi adalah setengah, Ptera adalah sayap. Tubuhnya berbentuk pipih, ukuran sangat kecil sampai besar. Yang bersayap pada bagian pangkal sayap menebal sedangkan ujungnya menipis.
Struktur morfologi kutu busuk terdiri atas kepala (sefalo), dada (toraks) dan perut (abdomen). Menurut Irianto (2013) bagian kepala dilengkapi dengan alat indra seperti antenna yang beruas-ruas, sepasang alat peraba yang disebut palpa dan sepasang mata sederhana yang terdiri atas susunan lensa yang majemuk. Mulut sesuai dengan kebutuhan dari jenisnya dapat terdiri dari sepasang geraham pengunyah, alat penghisap cairan makanan, alat penusuk dan penghisap darah.  Mengacu pada teori penunjang dan hasil pengamatan, kutu busuk berwarna coklat kemerahan berbentuk oval pipih dengan bagian kepala terdapat antenna, mata dan mulut. Kutu kepala memiliki sepasang antenna yang beruas-ruas. Memiliki sepasang mata yang merupakan mata faset (majemuk) dan mulutnya ialah mulut penusuk dan pengisap. Hal ini dijelaskan oleh Wardani (2014) bahwa pada bagian kepala kutu busuk terdapat sepasang antena yang bertipe filiformis. Antena mempunyai 4 segmen, pada bagian distal terdapat 2 segmen. Terdapat sepasang mata majemuk. Pada bagian mulut juga dijelaskan oleh Irianto (2013) bahwa tipe mulut untuk menusuk dan mengisap yang muncul dari depan kepala.
Pada bagian dada (Toraks) menurut Irianto (2013) terdiri dari tiga segmen (ruas), yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks yang pada setiap ruasnya terletak sepasang kaki yang beruas-ruas. Mengacu pada teori penunjang tersebut toraks merupakan tempat perlekatan kaki pada kutu busuk. Kutu busuk memiliki dada yang bersegmen. Menurut Rizkha (2016) protoraks membesar dengan lekukan yang dalam di bagian depan tempat kepala menempel. Ditiap segmen dada terdapat tiga pasang kaki. Dari hasil pengamatan, kutu kepala memiliki 6 buah kaki yang terdiri atas segmen-segmen coxa, trochanter, femur, tibia dan tarsus. Seperti halnya namanya, kutu busuk dapat mengeluarkan bau busuk. Hal ini dikarenakan pada kutu busuk terdapat Stink glands (Kelenjar bau) yang bermuara pada coxa. Hal ini dijelaskan oleh Rizkha (2016) bahwa yang dewasa mempunyai sepasang kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda mempunyai kelenjar serupa di dorsal abdomen.
Pada bagian perut (abdomen) kutu busuk terdapat segmen (ruas). Dari hasil pengamatan, kutu busuk memiliki 9 segmen abdomen. Pada abdomen terdapat trakea yang digunakan sebagai alat pernapasan kutu kepala. Disetiap segmen abdomen terdapat spirakel sebagai jalur keluar masuknya udara. Hal ini dijelaskan oleh Irianto (2013) bahwa sistem pernapasan berupa tabung hawa (trakea) dengan lubang-lubang hawa (spirakel) permukaan tubuh atau melalui kulit.
Kutu busuk jantan dan betina memiliki perbedaan. Ukuran tubuh kutu busuk mulai dari 4 mm hingga 7 mm. Menurut Pratama (2015) kutu busuk betina ukurannya lebih besar daripada kutu jantan, tetapi keduanya dapat jalan dengan cepat. Kutu busuk yang jantan, ujung posteriornya berbentuk asimetris sedangkan pada kutu busuk betina, ujung posteriornya berbentuk simetris. Yang dimaksud dengan asimetris pada segmen terakhir abdomen ialah tidak memiliki kesamaan apabila dilakukan pembagian bentuk tubuh antara bentuk tubuh kiri dan kanan. Sedangkan simetris ialah apabila dilakukan pembagian bentuk tubuh terdapat kesamaan antara bentuk tubuh bagian kiri dan kanan. Pada kutu busuk jantan terdapat alat kelamin yang disebut phallus. phallus ini yang bertanggung jawab atas bentuk asimetris pada segmen terakhir abdomen. Menurut Grimaldi dan Michael (2005) bahwa dalam superfamili Cimicoidea menusuk selaput di perut betina dengan phallus, bukan berkopulasi secara vaginal. Secara primitif, phallus bisa menusuk dinding vagina, tetapi sperma bermigrasi melalui hemolymph ke ovarium, bukan melalui saluran telur. Dalam situasi yang lebih berasal, phallus benar-benar dimasukkan ke dalam selaput intersegmental, atau ke dalam membran "tabung kopulatori" di atas perut betina. Kutu busuk betina memiliki Organ Berlese yaitu organ yang digunakan sebagai alat kelamin betina sebagai tempat masuknya phallus. Alat ini terletak pada abdomen betina. Pada saat terjadi kopulasi antara kutu busuk betina dan jantan, abdomen betina akan mengalami luka. Hal ini disebut juga “inseminasi traumatis” karena meninggalkan bekas traumatis (luka) pada abdomen betina, tepatnya pada Organ Berlese.
Kutu busuk (Cimex lectularius) merupakan parasit bagi manusia. Gigitan kutu busuk dapat menyebakan reaksi pada tubuh. Menurut Irianto (2013) gigitan kutu busuk menyebabkan benjolan merah yang gatal. Segolongan manusia tidak menunjukkan reaksi atau reaksi ringan, sedangkan orang lain, khususnya anak-anak menunjukkan urtikaria setempat dan pada orang lain mungkin tampak sebagai gejala alergi dengan disertai urtikaria umum juga sama. Selain itu, kutu busuk juga ditakutkan karena terdapat isu yang menyatakan bahwa kutu busuk dapat mentransmisikan penyakit, misalnya HIV, Hepatitis B, tifus, cacar dan sebagainya. Hal ini dijelaskan oleh Capinera (2008) bahwa karena kutu busuk (bed bug) adalah pemakan darah dan biasanya dikaitkan dengan kondisi kehidupan yang buruk, mereka telah lama dicurigai sebagai vektor potensial penyakit manusia. Faktanya, penelitian sebelum tahun 1960-an mengidentifikasikan banyak organisme penyakit beragam yang dikumpulkan dari usus, tubuh dan tinja. Patogen ini termasuk yang bertanggung jawab atas wabah, tipus murine, cacar, poliomielitis, demam kuning dan setidaknya 20 penyakit lainnya. Namun, belum ada bukti yang meyakinkan bahwa kutu busuk menularkan salah satu penyakit ini ke manusia. Baru-baru ini, kutu busuk telah dievaluasi karena kemampuan mereka untuk menjadi terinfeksi dan mentransmisikan Human Immunodefciency Virus (HIV) dan Hepatitis B. HIV telah ditemukan bertahan pada kutu busuk selama beberapa hari setelah dikonsumsi, namun belum ada bukti epidemiologi yang menunjukkan bahwa HIV dapat ditularkan dari kutu busuk yang terinfeksi ke pejamu selama proses pemberian makan. Sementara Hepatitis B tidak dapat ditularkan dari kutu busuk ke manusia melalui pengambilan makanan darah, ada bukti yang menunjukkan bahwa virus Hepatitis B dapat ditransmisikan secara mekanis ke manusia pada kotoran kutu atau jika kutu busuk hancur selama proses makan. Namun, sampai saat ini tidak ada catatan medis tentang transmisi semacam itu yang pernah terjadi.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh dari laporan kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) jantan ialah terdiri dari kepala (sefalo), dada (toraks) dan perut (abdomen). Bagian kepala terdiri atas mata faset (majemuk), sepasang antenna, dan mulut. Bagian dada terdapat tiga pasang kaki yang tiap kakinya terdiri dari segmen coxa, trochanter, femur, tibia dan tarsus. Bagian perut bersegmen (beruas) terdiri dari 9 segmen, pada segmen  posterior terakhirnya asimetris dan terdapat Phallus.
2.      Struktur morfologi kutu busuk (Cimex lectularius) betina ialah terdiri dari kepala (sefalo), dada (toraks) dan perut (abdomen). Bagian kepala terdiri atas mata faset (majemuk), sepasang  antenna, dan mulut. Bagian dada terdapat tiga pasang kaki yang tiap kakinya terdiri dari segmen coxa, trochanter, femur, tibia dan tarsus. Bagian perut bersegmen (beruas) terdiri dari 9 segmen, pada segmen  posterior terakhirnya simetris dan terdapat Organ Berlese.
3.      Perbedaan kutu busuk (Cimex lectularius) ialah ditinjau dari bentuknya, kutu kutu jantan lebih kecil daripada betina. Ditinjau dari abdomen posteriornya, segmen terkahir kutu busuk jantan asimetris sedangkan betina simetris. Ditinjau dari alat kelaminya, kutu busuk jantan memiliki Phallus sedangkan betina memiliki Organ Berlese.
B.     Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh praktikan ialah perlu untuk melakukan praktikum kembali. Hal ini diutarakan karena diantara terdapat dua jenis kutu busuk yang sering menjadi parasit manusia yaitu Cimex lactularius dan Cimex Hemipterus  tetapi sulit untuk membedakan morfologinya. Dengan dilakukannya praktikum kembali praktikan dapat melakukan perbandingan terhadap morfologi antara kedua jenis kutu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Capinera, John L. 2008. Encyclopedia of Entomology 2nd Edition. Springer : United State of America
Georgia. 2012. Bed Bug Handbook. Atlanta
Grimaldi, David dan Michael S. E. 2005. Evolution of the Insects. Cambrige University Press : New York
Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis (Medical Parasitology). Alfabeta : Bandung
Miller, Dini M. 2013. Bed Bug Biology and Behavior. Virginia State University. United State of America
Pratama, Lucky Aditya. 2015. Whoule Mounts Preparation Of Hydroxide Macerated Objects. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung
Qiptiyah, M. 2014. Arthropoda. Universitas Islam Negeri Malang. Jawa Timur
Rizkha, Uray. 2016. Cimex lectularius. Politeknik Kesehatan Pontianak. Kalimantan Barat
Wardani, Aulia Fitri. 2014. Ordo Hemiptera. Universitas Negeri Malang. Jawa Timur
World Health Organization. 2003. Chapter 4 : Bedbugs, Fleas, Lice, Ticks and Mites, Ectoparasites That Live On The Body, In Clothing And In Beds. Switzerland

 



Abdomen (Perut)
Toraks (Dada)
LAMPIRAN




Sefalo (Kepala)

Hasil Pengamatan
Labium (Bibir)





Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN Identifikasi Kutu Busuk (Cimex lectularius) "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel