Lettori fissi

LAPORAN Pengambilan Darah Vena

Related



DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yaitu Pengambilan Darah Vena. 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Rijal, AMAK., S.ST dan Bapak Asmal Ardianto, Amd.AK., S.ST selaku dosen mata kuliah Phlebotomy yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan makalah ini.
2.      Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2017

 Penyusun




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ..……...……………………………………………………    ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………....    iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ………….…………………………………..   1
A.       Latar Belakang ………………………………………………...…....    1
B.        Tujuan ………………………………………………………………     2
C.        Manfaat ……………………………………………………………..    2
BAB II  PEMBAHASAN  ……...……………………………………….   3
A.       Parasit ………….……………………………..……….……………     3
B.        Nemathelminthes…………………………………………………....     3
C.        Macam-Macam Nematoda ..………………………....……………..     4
a.       Nematoda Usus (Intestinal nematodes) ………………………..      4
b.      Nematoda Somatik (Somatic Nematodes) …………………….       4
D.       Nematoda Usus ……………………………………………………      4
a.       Ascaris lumbricoides ………...………………………………..       4
b.      Enterobius vermicularis ………………………………………        5
c.       Trichuris trichiura .…………………………………………....       7
d.      Strongyloides stercoralis ……………...………………………        8
e.       Ancylostoma duodenala dan Necator americanus ....................       10       
E.     Metode Pemeriksaan ……………………...………………………       12
a.       Pemeriksaan Dengan Metode Apung (floatation method) ….....       12
BAB III METODE KERJA ……………………………………………      13       
A.    Pra Analitik ………………………………………………………..      13
B.     Analitik ……………………….…………………………………...       13
C.     Pasca Analitik ……….…………………………………………….       14



BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ………………………………...     15
A.    Hasil ………..………………………………………………………       15
B.     Pembahasan …….………………………………………………….       16
BAB V PENUTUP ………………………………….………………….     18
A.       Kesimpulan ………………………………………………………...      18
B.        Saran ……………………………………………………………….      18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR

Gambar II.I (Kiri) Telur Ascaris Lumbricoides fertil,
 (Kanan) Telur Ascaris Lumbricoides inferti.……………….     5
Gamabr II.II Ascaris Lumbricoides dewasa…………………...…………    6
Gambar II.III  Telur Enterobius vermicularis ………………………...…    6
Gambar II.IV  Enterobius vermicularis dewasa ..……………………….     7
Gambar II.V Telur Trichuris trichiura …………………………….……      8
Gambar II.VI Trichuris trichiura dewasa ……………………………....     8
Gambar II.VII (Kiri) Larva rhabditiform,
(Kanan) Larva filariform
………….……………………..    9
Gambar II.VIII Strongyloides stercoralis dewasa ……………………….    10
Gambar II.IX Telur cacing tambang …….……………………………….   10
Gambar II.X (Kiri) Ancylostoma duodenale,
 
(Kanan) Necator americanus
..…………………………..     11



DAFTAR TABEL

Tabel IV.I  Hasil Pemeriksaan ………………………………………….      15


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Praktik pengambilan darah sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Pengambilan darah pada zaman dahulu ada yang dilakukan dengan menggunakan mangkok “cupping” dan juga menggunakan hewan seperti lintah. Pengambilan darah zaman dulu dilakukan dengan tujuan untuk penyembuhan penyakit atau terapi.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, perkembangan alat pengambilan darah mengalami perubahan menjadi lebih modern dengan tidak meninggalkan fungsi utamanya yaitu digunakan untuk pengambilan darah. Alat ini masih berprinsip sebagaimana mirip dengan lintah, disebut dengan spuit atau suntik.
Dewasa kini, praktik pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium. Pengambilan spesimen darah membutuhkan teknik khusus dan disarankan dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman, biasanya dilakukan oleh seorang analis kesehatan.
Dalam melakukan pengambilan darah terdapat hal-hal yang harus diperhatikan serta teknik-teknik yang harus dikuasai oleh seorang praktikan (analis). Oleh sebeb itu, mempelajari phlebotomy merupakan hal yang wajib dilakukan oleh praktikan karena untuk dapat melakukan pengambilan spesimen darah juga untuk dapat menjamin mutu kualitas spesimen darah yang diambil untuk pemeriksaan labortaorium.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan phlebotomy?
2.      Apa yang dimaksud dengan darah?
3.      Apa saja komposisi dalam darah?
4.      Bagaimana pengambilan darah vena?
5.      Apa saja faktor penyulit dalam pengambilan spesimen darah vena?
6.      Apa saja komplikasi dalam phlebotomy?
7.      Bagaimana hasil dari pengambilan darah vena pada partisipan?
C.     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan phlebotomy.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan darah.
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komposisi dalam darah.
4.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pengambilan darah vena.
5.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami faktor penyulit dalam pengambilan spesimen darah vena.
6.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komplikasi dalam phlebotomy.
7.      Agar mahasiswa dapat melakukan pengambilan darah vena pada partisipan.
D.    Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai phlebotomy.
2.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai darah.
3.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai komposisi darah.
4.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai cara pengambilan darah vena.
5.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai faktor penyulit dalam pengambilan spesimen darah vena.
6.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai faktor penyulit dalam pengambilan spesimen darah vena.
7.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa agar dapat melakukan pengambilan darah vena pada partisipan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Phlebotomy
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari kata  Yunani  phleb  dan  tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia  berarti mengiris/memotong (“cutting”). Dahulu dikenal  istilah  venasectie  (Belanda),  venesection  atau  venisection  (Inggris) (Ulya, 2016). Flebotomis adalah seorang tenaga medis yang telah mendapatkan latihan untuk mengeluarkan dan menampung specimen darah dari pembuluh darah pena, arteri atau kapiler (Ferliem, 2011).
Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture), dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture (Poetri, 2014).
B.     Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup yang berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian  (Syuhada, 2014).
Darah vena adalah darah yang berasal dari pembuluh darah vena, membawa darah kaya akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. Pada umumnya semua pembuluh vena cukup besar dan letaknya superficial dapat dipergunakan pengambilan darah (Nursasi, 2016).
C.     Komposisi Darah
Darah memiliki komposisi yang terdiri dari sekitar 55% cairan darah (plasma) dan 45% sel-sel darah (korpuskuler). Sel- sel darah ada tiga macam, yaitu sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan keping darah atau trombosit (Fitriani, 2012).





Text Box: Gambar II.I Komposisi Darah Dalam Tubuh
a.       Plasma Darah
Plasma darah terdiri atas sekitar 91 % air. Selebihnya adalah zat terlarut yang terdiri dari protein plasma (albumin, protrombin, fibrinogen, dan antibodi), garam mineral, dan zat-zat yang diangkut darah (zat makanan, sisa metabolisme gas-gas, dan hormon). Fibrinogen yang ada dalam  plasma darah merupakan bahan penting untuk pembekuan darah jika terjadi luka (Fitriani, 2012).
b.      Sel-sel darah (Korpuskuler)
1.      Text Box: Gambar II.II Eritrosit (Sel Darah Merah)darah2.jpgSel darah merah (Eritrosit)




Sel darah merah berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Sel darah merah tidak memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan protein yang mengandung zat besi. Fungsi hemoglobin adalah untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Hemoglobin berwarna merah, karena itu sel darah merah berwarna merah (Fitriani, 2012).
Jumlah sel darah merah yang normal kurang lebih adalah 5 juta sel/mm3 darah. Sel darah merah dibentuk pada tulang pipih di sumsum tulang dan dapat hidup hingga 120 hari. Jika sel darah merah rusak atau sudah tua maka sel ini akan dirombak dalam limfa. Hemoglobin dari sel darah merah yang dirombak akan terlepas dan dibawa ke dalam hati untuk dijadikan zat warna empedu. Sel darah merah baru akan dibentuk kembali dengan bahan zat besi yang berasal dari hemoglobin yang terlepas (Fitriani, 2012).
2.      Sel darah putih (Leukosit)
Text Box: Gambar II.III Leukosit (Sel Darah Putih)leukosit.jpg




Sel darah putih sesungguhnya tidaklah berwarna putih, tetapi jernih. Disebut sel darah putih untuk membedakannya dari sel darah merah  yang berwarna merah. Sel darah putih bentuknya tidak teratur atau tidak tetap. Tidak seperti sel darah merah yang selalu berada di dalam pembuluh darah, sel darah putih dapat keluar dari pembuluh darah. Kemampuan untuk bergerak bebas diperlukan sel darah putih agar dapat menjalankan fungsinya untuk menjaga tubuh. Sel darah putih memiliki inti sel tetapi tidak berwarna atau tidak memiliki pigmen. Berdasarkan zat warna yang diserapnya dan bentuk intinya sel darah putih dibagi menjadi lima jenis, yaitu basofil, neutrofil, monosit, eosinofil, dan limfosit (Fitriani, 2012).
Secara normal jumlah sel darah putih pada tubuh kita adalah kurang lebih 8.000 pada tiap 1 mm3 darah. Sel darah putih hanya hidup sekitar 12 – 13 hari. Fungsi sel darah putih sebagai pertahanan tubuh dari serangan penyakit. Jika tubuhmu terluka dan ada kuman yang masuk, sel- sel darah putih akan menyerang atau memakan kuman- kuman tersebut (Fitriani, 2012).
3.      Keping darah (Trombosit)
Keping-Darah.png




Text Box: Gambar II.IV Trombosit (Keping Darah)

Keping darah berbentuk bulat atau lonjong. Ukuran keping darah lebih kecil daripada sel darah merah. Jumlahnya kurang lebih 300.000 pada tiap 1 mm3 darah. Keping darah hidupnya singkat, hanya 8 hari. Keping darah berfungsi pada proses pembekuan darah. Saat terjadi luka, darah keluar melalui luka tersebut. Keping darah menyentuh permukaan luka, lalu pecah dan mengeluarkan trombokinase. Trombokinase dibantu dengan ion kalsium akan mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Luka akan ditutup oleh benang fibrin yang berupa benang-benang halus, sehingga darah berhenti keluar (Fitriani, 2012).


D.    Pengambilan Darah Vena
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median (Poetri, 2014).
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil (Poetri, 2014).












Text Box: Gambar II.V Letak Vena

Pemilihan vena berdasarkan beberapa alasan, yaitu (Ferliem, 2011) :
1)      Dekat, vena mediana paling dekat dengan permukaan kulit, sehingga mudah diakses.
2)      Tidak bergerak, vena mediana merupakan vena yang paling tidak bergerak ketika jarum menusuk sehingga tusukan dapat berhasil dengan sukses.
3)      Aman, tusukan pada vena mediana kurang beresiko.
4)      Nyaman, vena mediana tidak terlalu membuat rasa tidak nyaman saat ditusuk.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer) (Poetri, 2014) :
a.       Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
b.      Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Tabung vakum merupakan tabung yang telah  hampa udara yang diproduksi oleh perusahaan, sehingga saat pengambilan darah maka akan tersedot sendiri dengan gaya vakum tabung ini. Tabung vakum rata-rata terbuat dari kaca antipecah atau plastik bening dengan berbagai ukuran volume yang berisi zat additif didalamnya. Tabung vakum dibedakan jenisnya berdasarkan warna tutup dan etiketnya, berikut kode warna untuk tiap tabung vakum (Ulya, 2016) :
1.      Tutup dan Etiket Merah (Red Top)
Tabung jenis ini telah berisi reagen Clot Activator yang akan mempercepat pembekuan  darah. Umumnya digunakan untuk Kimia darah, Serologi dan Bank Darah. Waktu pembekuan ideal 60 menit (sesuai standart NCCLS/National Committee Clinical Laboratory System) tetapi bisa di sentrifuge dibawah 60 menit asalkan sampel sudah mengental. Sample harus segera di sentrifuge dalam waktu maksimal 2 jam (dari pengambilan sampel). Di sentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit. Penyimpanan sampel : 22°C (dapat digunakan sampai 8 jam), 4°C (dapat digunakan 8-48 jam), -20°C (dapat digunakan diatas 48 jam).  Ukuran tersedia 4 ml, 6 ml dan 10 ml.
2.      Tutup dan Etiket Ungu muda (Lavender)
Berisi antikoagulan K3EDTA, sehingga darah diperoleh tidak beku. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan Hematologi. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml.
3.      Tutup dan Etiket Ungu (Violet)
Berisi antikoagulan K2EDTA, untuk mencegah pembekuan darah. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan Hematologi. Yang membedakan hanyalah isi dari antikoagulannya saja dibandingkan dengan K3EDTA lavender. Dinding tabung bagian dalam dilapisi pengawet sehingga dapat memperpanjang waktu hidup dan metabolisme Sel darah Merah setelah proses pengambilan darah. Berisi antikoagulan K2EDTA (Ethylene Tetra Acetic Acid) yang berbentuk Spray dry. Setelah darah masuk penuh ke tabung ‘segera mungkin’ lakukan homogenisasi sebanyak 6x untuk menghindari penggumpalan thrombosit karena pada situasi thrombosit sangat bagus darah cepat sekali menggumpal. Agar mesin dapat membaca leukositenya disarankan sample darah yang masuk ketabung minimal 75% dari ml tabung yang dipakai. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml.
4.      Tutup dan Etiket Biru (Blue)
Berisi Trisodium sitrat 3,2% sesuai standart NCCLS dengan rasio sample darah : citrate = 9 : 1 (rasio yang selalu konstan akurasinya). Didesign khusus untuk tes koagulasi dan agregasi thrombosit. Dilapisi oleh double cover, yaitu : Poly Propylene (bagian dalam) agar tidak ada penguapan aditive, terjaga kevakuman. Poly Ethyline (bagian luar) mampu mengurangi insiden aktivasi platelet. Tersedia  ukuran 1,8 ml, 2,7 ml dan 4,5 ml (Full Draw).
5.      Tutup dan Etiket Hijau (Green)
Berisi Lithium Heparin dengan gel (PGS), baik digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion yang ada dalam darah. Direkomendasikan untuk  pemeriksaan Kimia Darah, Kreatinin dan BUN, elektrolit dan enzim. Dihomogenisasi 6x dan di sentrifuge pada 1300 - 2000 rpm selama 10 menit dan kemudian plasma siap untuk dianalisa. Tersedia ukuran 1 ml, 2 ml, 3,5 ml, 5 ml dan 8 ml. 
6.      Tutup dan Etiket Abu-abu (Grey)
Berisi Kalium Oxalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF yang berfungsi sebagai pengawet sehingga dapat menstabilkan kadar gula darah selama 24 jam pada suhu ruangan dan selama 48 jam jika disimpan pada suhu 4°C. NaF menghambat enzim Phosphoenol Pyruvate dan kerja urease (mencegah Glycolysis). Ukuran tersedia 2 ml, dan 3 ml.
7.      Tutup dan Etiket Kuning (Yellow)
Disebut juga SST II/Serum Separator Tube. Berisi Silica sebagai Clot Activator dan Polymer Gel Innert sebagai pemisah serum  sehingga diperoleh kualitas serum yang  bagus dan mengurangi resiko timbulnya fibrin yang bisa menyumbat instrumen. Waktu mendapatkan serum hanya separuh dari Clot Activator/Red Top maka lebih menghemat waktu dan biaya. SST II / Serum Separator Tube. Sebagai pilihan terbaik untuk pemeriksaan kimia darah cito. Serum yang diperoleh lebih banyak jika dibanding dengan Clot Activator/Red Top sehingga efisien dalam pengambilan darah. Memungkinkan untuk penundaan analisa specimen (diambil malam hari dan diproses /dianalisa esok hari). Satu tabung berfungsi sebagai penyimpan sekaligus analisa tube sehingga mengurangi kesalahan identifikasi. Setelah specimen masuk tabung dihomogenisasi 6x kemudian diamkan 15-30 menit (mengurangi resiko fibrin). Dicentrifuge pada 4000 rpm selama 10 menit (swing head) atau 15 menit (fixed angle). Ukuran tersedia 3,5 ml, 5 ml dan 8,5 ml.
8.      Tutup dan Etiket Hijau muda (Citrus)
Berisi Lithium Heparin sangat banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion yang ada dalam darah. Direkomendasikan untuk pemeriksaan Kimia Darah, Kreatinin dan BUN, elektrolit dan enzim.
9.      Tutup dan Etiket Jingga (Orange)
Tabung tidak hampa/vakum, berisi Clot Activator yang berisi gel.
Digunakan untuk laboratorium yang tidak memerlukan tabung vakum untuk mengumpulkan darah. Dapat digunakan pemeriksaan kimia darah dan serologi. Ukuran tabung 5 ml.
10.  Tutup dan Etiket Hitam (Black)
Berisi Trisodium sitrat 3,8% untuk pemeriksaan LED/ESR metode
Westergren. Ukuran tabung dengan isi 2,4 ml volume cairan.
E.     Faktor Penyulit dalam Pengambilan Spesimen Darah Vena
Adapun kesulitan dalam pengambilan spesimen darah vena dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut (Poetri, 2014) :
a.       Faktor Fisik Pasien
1.      Kegemukan
Pada pasien yang gemuk terkadang phlebotomis sulit untuk menemukan pembuluh darah vena yang akan ditusuk karena terhalang oleh jaringan lemak. Orang yang gemuk memiliki vena yang lebih dalam dan tidak terlihat sehingga sulit untuk dipalpasi.


2.      Oedema
Oedema merupakan penimbunan cairan tubuh. Phlebotomis menjadi sulit untuk menemukan letak vena. Jika darah yang diambil pada tempat yang oedema, maka darah akan tercampur dengan cairan oedema sehingga akan terjadi pengenceran. Phlebotomis dapat mencari pembuluh darah lain yang tidak oedema.
3.      Luka bakar
Pasien yang mengalami luka bakar, jaringan pada tubuhnya rusak dan mudah mengalami infeksi. Jangan melakukan pengambilan di daerah ini. Pasien sangat rentan terhadap infeksi.
b.      Faktor Psikologis Pasien
Faktor penderita yang kurang kooperatif disebabkan penderita merasa ketakutan sehingga penderita menolak untuk dilakukan pengambilan darah. Cara mengatasinya dengan mencari bantuan petugas lain dan menenangkan pasien agar pasien mengerti perlunya untuk dilakukan pengambilan darah. Bila tidak berhasil, jelaskan secara tertulis pada lembar permintaan laboratorium.
c.       Faktor Teknik
Gagal memperoleh darah. Gagal pengambilan darah disebabkan:
1.Cara pengambilan darah vena yang salah oleh phlebotomis
2.Tusukan sudah tepat tetapi darah tidak cukup terhisap, kemungkinan:
a)      Kesalahan teknik
1)      Arah tusukan tidak tepat
2)      Sudut tusukan terlalu kecil atau terlalu besar
3)      Salah menentukan vena yang dipilih
4)      Tusukan terlalu dalam atau kurang dalam
5)       Pembuluh bergeser karena tidak terfiksasi
b)      Kesalahan non teknik
Pembuluh darah menyempit (kolaps) karena rasa takut yang berlebihan dan menyebabkan volume darah berkurang. Volume darah berkurang karena pendarahan berat, kekurangan cairan tubuh, dan tekanan darah turun.
Text Box: Gambar II.VI Kesalahan-kesalahan Penusukan Jarum












F.      Komplikasi Phlebotomy
Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan Flebotomi meliputi (Ardiningsih, 2016) :
1.      Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejalanya dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur, bahkan bisa sampai muntah.
1.      Cara mengatasi
a)      Hentikan pengambilan darah.
b)      Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satusisi.
c)      Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala).
d)     Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang.
e)      Minta pasien menarik nafas panjang.
f)       Pasien yang tidak sempat dibaringkan ,diminta menundukan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang.
2.      Cara Pencegahan
Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan, Pasien dianjurkan berbaringpada waktu pengambilan darah, kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan
b.      Rasa Nyeri
Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum keringatau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.
1.      Cara pencegahan
a.       Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongeringsebelum pengambilan darah dilakukan.
b.      Penarikan jarum tidak terlalu kuat.
c.       Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya.
c.       Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi : jaringan dibawah kulit) sebagai akibat robeknya pembuluh darah.
1.      Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :
a.       Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
b.      Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena
c.       Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.
d.      Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkane. Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.
2.      Cara mengatasi
Lepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (± 15 menit), Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri.


d.      Pendarahan
Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya system kouglasi darah Perdarahan terjadi karena pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan, pasien menderita gangguan pembekuan darah (trombositopenia, defisiensi faktor pembeku darah misalnya hemofilia), Pasien mengidap penyakit hati yang berat (pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu).
1.      Cara mengatasi
Melepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (± 15 menit), kompres untuk mengurangi rasa nyeri.
e.       Alergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat antiseptik/desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, shock. Cara pencegahan dengan memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex.
f.       Trombosis
Trombosis terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama sehingga menimbulkan kerusakan dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan (occlusion) pembuluh darah. Pencegahan  dengan menghindari pengambilan berulang ditempat yang sama.
g.      Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang. Cara mengatasi  dengan menggunakan lanset yang ukurannya sesuai.
h.      Anemia
Pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodul klasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan.
i.        Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist bersifat lokal karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskansebelumnya. serangan kejang (seizures) dapat Terjadi. Pencegahan dengan menghentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.
j.        Kegagalan pengambilan darah
Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurang dalam. Jarum terlalu dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh darah, vena kolap atau tabung tidak vakum. Vena kolaps dapat terjadi bila menarik penghisap dengan cepat, menggunakan tabung yang terlalu besar atau jarum terlalu kecil.
k.      Hemokonsentrasi
Hemoknsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasangan turniket yang ketat dan lama ( > 1 menit), atau mengepal telapak tangan dengan pemijatan (massage). Hal ini akan menyebabkan peningkatan kadar hematokrit dan elemen seluler lainnya, protein total, GTO, lipid total, kolestrol dan besi (Fe).
l.        Hemodilusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian cairan intra vena (infus). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari sebisanya, jika tidak memungkinkan, hentikan infus 3-5 menit, ambil darah dibagian distal tempat infus dan buang 3-5 cc darah yang pertama diambil.


BAB III
METODE KERJA
A.    Pra Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap pra analitik ialah sebagai berikut :
1.      Gunakan alat pelindung diri (APD).
2.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.      Alat-alat yang akan digunakan ialah sebagai berikut :
a.       Spuit
b.      Tourniquet
4.      Bahan-bahan yang digunakan ialah sebagai berikut :
a.       Alkohol 70%
b.      Kapas
B.     Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap analitik ialah sebagai berikut :
1.      Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
2.      Lakukan palpasi untuk mencari vena mediana cubiti.
3.      Jika telah ditemukan, longgarkan pembendungan.
4.      Lakukan proses desinfeksi pada vena mediana cubiti.
5.      Kencangkan kembali pembendungan.
6.      Lakukan insisi vena (penusukan vena) dengan menggunakan spuit.
7.      Jika darah telah keluar, lepaskan pembendungan.
8.      Jika spuit telah terisi sesuai kebutuhkan, hentikan insisi vena dengan cara menaruh kapas kering diatas jarum spuit dan cabut spuit.
C.     Pasca Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap pasca analitik ialah sebagai berikut :
1.      Amati sampel darah yang telah didapat.
2.      Pastikan banyaknya sampel sesuai dengan kebutuhan (volumenya sesuai kebutuhan).
3.      Sampel dapat disimpan untuk menunggu pemeriksaan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
      Berdasarkan praktikum pengambilan darah vena, hasil yang dapat diperoleh  ialah sebagai berikut :
Letak Pengambilan Darah
Hasil
Vena Mediana Cubiti
IMG_20170324_095603_HDR.jpg
Text Box: Tabel IV.I Hasil Pengambilan Darah
B.     Pembahasan
Phlebotomy merupakan suatu teknik pengambilan darah yang sering dilakukan oleh para praktisi labortaorium. Orang yang melakukan tindakan phlebotomy disebut phlebotomiest (flebotomis). Menurut bahasa, phlebotomy lebih merujuk pada pengambilan darah vena (venipuncture), hal ini mengandung artian sempit karena hanya terbatas pada pembuluh vena. Tetapi pada praktiknya phlebotomy dilakukan pada pengambilan darah vena, arteri maupun kapiler.
Pada praktikum kali ini, dilakukan praktik phlebotomy oleh praktikan kepada seorang partisipan (sesama praktikan) untuk pengambilan darah vena. Darah vena didapatkan dari pembuluh vena. Dalam hal ini, vena yang akan dilakukan pengambilan darah ialah vena yang berada pada pergelangan siku bagian depan. Terdapat 3 macam vena pada daerah tersebut, yaitu vena mediana cubiti, vena cephalica dan vena basilica.
Dalam melakukan pegambilan darah vena, terdapat 3 macam tahapan yang disebut tahap pra-anaitik, tahan analitik dan tahap pasca analitik. Menurut Thoyib (2015) kesalahan  tahap  pra-analitik  memberikan  kontribusi paling  besar  pada  kesalahan  laboratorium  (46-77,1%). Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra-analitik antara lain  hemolisis  (53,2%),  volume  spesimen  yang  kurang (7,5%), tulisan tangan yang tidak bisa dibaca (7,2%), salah spesimen,  spesimen  ada  bekuan,  kesalahan  vacuum container atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen dan  antikoagulan  yang  tidak  sesuai,  spesimen  darah diambi l   dari   jalur  infus  (1,3-6%).  Oleh karena itu, praktikan diharapkan dapat melakukan tahap pra-analitik dengan sebaik mungkin. Tahap pra-analitik yang dilakukan dalam praktikum kali ini ialah dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan meliputi menyiapkan kapas alkohol, kapas kering, spuit dan tourniquet.
Selanjutnya pada tahap analitik. Pada tahap ini dilakukan proses pengambilan darah yang diawali dengan pencarian vena. Vena yang dapat digunakan ialah vena mediana cubiti, vena cephalica dan vena basilica. Vena yang menjadi tujuan utama ialah vena mediana cubiti. Jika tidak bisa, digunakan vena cephalica. Jika tetap tidak bisa, maka digunakan vena basilica. Pada vena basilica, pengambilan darah harus dilakukan secara hati-hati karena pada vena tersebut sangat dekat dengan sistem saraf. Pencarian vena dilakukan dengan perabaan yang disebut dengan palpasi.
Setelah didapatkan vena, selanjutnya dilakukan pembendungan pada area sekitar vena. Pembendungan dilakukan maksimal 1 menit. Jika dilakukan lebih dari waktu yang telah ditentukan, hal yang akan terjadi ialah hemolisis dan hemokonsentasi. Hemolisis ialah pecahnya sel-sel darah merah sedangkan hemokonsentrasi ialah peningkatan kadar hematokrit.
Setelah dibendung, dilakukan proses desinfeksi yaitu proses membunuh bakteri pada area sekitar vena. Desinfektan yang digunakan ialah alkohol 70%. Cara melakukan desinfeksi ialah terbagi menjadi 2 cara. Cara pertama ialah mendesinfeksi dengan cara membuat putaran dari dalam keluar. Cara kedua ialah mendesinfeksi dengan sekali sentuh. Hal-hal yang tidak dapat dilakukan pada saat desinfeksi ialah meniup bekas desinfeksi dan melakukan insisi vena pada saat desinfektan belum kering. Meniup bekas desinfeksi akan menyebabkan area sekitar terkontaminasi dengan bakteri yang berasal dari dalam mulut. Sedangkan melakukan insisi vena ketika desinfektan belum kering akan mempengaruhi kualitas darah karena dapat terjadi hemolisis.
Setelah melakukan desinfeksi, selanjutnya melakukan proses insisi vena. Pada insisi vena, lubang jarum harus menghadap keatas dan harus dilakukan mengikuti arah vena agar tepat pada vena yang akan diambil darahnya. Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada kondisi ini ialah jarum yang menembus vena, jarum yang tidak tepat menusuk pada vena. Oleh karena itu, untuk meminimalisir kesalahan maka dilakukan penahanan dan penarikan kulit pada vena sehingga bisa tepat dilakukan pengambilan darah.
Pada saat pengambilan darah, jika darah telah terlihat memasuki spuit maka segera dilakukan pelonggaran atau pencabutan pembendungan. Hal ini mencegah akan terjadinya hemolisis, hemokonsentrasi bahkan pecahnya pembuluh darah. Jika darah telah terisi seusia kebutuhan maka insisi vena dihentikan. Cara menghentikannya ialah dengan menempelkan kapas kering pada permukaan penusukan kemudian ditarik spuitnya keluar. Pada saat itu, praktikan harus menyarankan partisipan untuk tidak menekuk siku atau jika memungkinkan untuk mengangkat tangannya menjauhi jantung. Hal ini dilakukan agar partisipan tidak mengalami hemotoma.
Hasil yang diperoleh dari pratikum kali ini ialah praktikan dapat melakukan pengambilan darah sesuai prosedur serta mendapatkan darah vena terhadap partisipan melalui vena mediana cubiti dengan jumlah volume sesuai dengan kebutuhan.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari laporan kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Phlebotomy menurut bahasa merupakan teknik atau proses pengambilan darah melalui pembuluh vena, namun menurut istilah merupakan teknik atau proses pengambilan darah melalui pembuluh vena, arteri maupun kapiler.
2.      Darah merupakan cairan yang dimiliki oleh makhluk hidup tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transportasi dalam tubuh. Darah yang kaya akan oksigen dan menuju ke jantung disebut darah vena.
3.      Komposisi darah yaitu 55% plasma darah dan 45% sel-sel darah (korpuskuler) yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit.
4.      Pengambilan darah vena dapat dilakukan dengan cara manual (menggunakan syring) dan cara vakum (menggunakan vacutainer).
5.      Faktor penyulit dalam pengambilan darah vena ialah faktor fisik pasien, faktor psikologis pasien dan faktor teknik.
6.      Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan phlebotomy ialah meliputi syncope, hematoma, rasa nyeri dan lain sebagainya.
7.      Hasil dari pengambilan darah vena oleh praktikan kepada partisipan ialah sesuai dengan prosedur pengambilan darah melalui vena mediana cubiti  dengan volume darah sesuai kebutuhan.
B.     Saran
      Saran yang dapat disampaikan oleh praktikan kepada asisten untuk praktikum selanjutnya ialah selain dilakukannya praktikum dalam pengambilan darah vena perlu juga diselarasi dengan praktikum berkomunikasi dengan pasien. Hal ini diutarakan karena pada saat praktikum sebelumnya, ada beberapa partisipan yang sulit diajak bekerja sama dan sulit untuk diyakinkan untuk dapat diambil darah venanya.  Oleh karena itu, dengan mempelajari cara berkomunikasi dengan pasien diharapkan dapat membantu praktikan dalam dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiningsih, Rochmi. 2016. Phlebotomy. Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. Jawa Tengah
Ferliem. 2011. Flebotomi. Universitas Hasanuddin. Makassar
Fitriani, 2012. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Darah. Univeritas Islam Negeri Alauddin. Makassar
Nursasi, Suci. 2016. Pengambilan Darah Vena dan Darah Kapiler. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky. Makassar
Poetri, Ririn A.S. 2014. Pengambilan Spesimen Darah Vena Pada Nn. BW Di Ruang Kasuari I RSUD Kabupaten Sorong. Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong. Papua Barat
Syuhada, Ayu. 2014. Analisa Darah Lengkap. Institut Sains dan Teknologi Nasional. Jakarta
Thoyib, Armanu. 2015. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Perawat tentang Flebotomi terhadap Kualitas Spesimen Laboratoriu. Universitas Brawijaya. Jawa Timur
Ulya, Faizatul. 2016. Flebotomi Sederhana. Universitas Muhammadiyah Semarang. Jawa Tengah













Text Box: Proses Insisi Vena20161007_150619.jpgText Box: Proses Palpasi20161007_150619.jpgLAMPIRAN
Text Box: Hasil Insisi Vena20161007_150619.jpg









                                                  




Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN Pengambilan Darah Vena"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel