LAPORAN Enzim
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena
dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
laporan ini yaitu “Enzim“.
Dalam penyusunan
dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan
senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen mata kuliah Kimia Analitik II yang
telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.
Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan
doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan
disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah
wawasan bagi para pembaca. Walaupun laporan ini masih banyak memiliki
kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata
dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan
saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………….. i
DAFTAR ISI
……...……………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL
……………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………... 1
1.1. Latar
Belakang ……………………………………………………... 1
1.2. Tujuan
Praktikum ………………………………………………….. 2
1.3. Manfaat
Praktikum ………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 3
2.1. Enzim
……………….…...…………………………….…………... 3
2.2. Komponen
Enzim …..….…………………………….…………..... 3
2.2.1. Komponen
Protein (Apoenzim) …………………………….. 3
2.2.2. Komponen
Non-protein (Kofaktor) …..……………………. 3
2.3. Sifat
Enzim ………….....………………………………………….. 4
2.3.1. Sifat
Umum ……………………….……….………………. 4
2.3.2. Sifat
Khas ………………..………..……………………….. 4
2.4. Penggolongan Enzim ..……………………………………….…… 6
2.4.1. Berdasarkan Tempat Bekerjanya
………………………….. 6
2.4.2. Berdasarkan
Tipe Reaksi Kimia yang Dikatalisis …………. 6
2.5. Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Enzim ………………………… 9
2.5.1. Temperatur
…….....…………………………….…………. 9
2.5.2. Derajat
Keasaman (pH) ……………………………………. 10
2.5.3. Konsentrasi
Enzim …….....………………………………… 10
2.5.4. Konsentrasi
Substrat ……….………………………………. 11
2.5.5. Aktivator
(Kofaktor) ..……………………………………… 11
2.5.6. Inhibitor …………………………………………………….. 12
2.5.7. Air ……………………..……………………………………. 13
2.6. Cara
Kerja Enzim …………………………………………………. 13
2.6.1. Lock and Key Theory (Teori
Gembok dan Kunci) …………. 13
2.6.2. Induced Fit Theory (Teori
Ketepatan Induksi) …………….. 14
2.7. Uraian
Bahan ……………………………………………………… 14
2.7.1. Asam
Klorida (HCl) ………………………………………... 14
2.7.2. Larutan Iodium
……………………………………………… 15
2.7.3. Amilum (Pati) ………………………………………………. 15
2.7.4. Natrium Karbonat (Na2CO3)
……………………………….. 15
2.7.5. Aquades (Air) ………………………………………………. 15
BAB III METODE
KERJA …………………………………………….. 16
3.1. Alat
………………………………………………………………… 16
3.2. Bahan
………………………………………………………………. 16
3.3. Prosedur
Kerja ……………………………………………………... 16
3.3.1. Pengaruh
temperatur terhadap aktivitas enzim amilase liur … 16
3.3.2. Pengaruh
pH terhadap aktivitas enzim amilase liur ………… 17
3.3.3. Pengaruh
jumlah enzim terhadap aktivitas kerja enzim
amilase liur …………………………………………………. 17
amilase liur …………………………………………………. 17
3.3.4. Pengaruh
jumlah substrat terhadap aktivitas kerja enzim
amilase liur …………………………………………………. 18
amilase liur …………………………………………………. 18
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN ……..………………………… 19
4.1. Hasil
…….………………………………………………………….. 19
4.2. Pembahasan
………………………………………………………… 20
BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 24
5.1. Kesimpulan
……………………………………………………….. 24
5.2. Saran
………………………………………………………………. 24
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………….. 25
LAMPIRAN I ………………………………………………………….. 27
LAMPIRAN II …………………………………………………………. 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.I. Temperatur
Memengaruhi Kerja Enzim ……..………… 9
Gambar
II.II. pH
Memengaruhi Kerja Enzim ……………………….. 10
Gambar
II.III. Konsentrasi Enzim Memengaruhi
Kecepatan Reaksi ….. 10
Gambar
II.IV. Konsentrasi Substrat Memengaruhi
Kecepatan Reaksi ... 11
Gambar
II.V. Inhibitor
Kompetitif dan Inhibitor Nonkompetitif …….. 12
Gambar
II.VI. Lock
and Key Theory …………………………………... 13
Gambar
II.VII. Induced Fit Theory …………………………………….. 14
DAFTAR TABEL
Tabel IV.I. Hasil
Pengamatan Pengaruh Suhu Terhadap Kerja Enzim ... 19
Tabel IV.II. Hasil
Pengamatan Pengaruh pH Terhadap Kerja Enzim ...… 19
Tabel
IV.III. Hasil Pengamatan Pengaruh
Jumlah Enzim Terhadap Kerja
Enzim ……………………………………………………... 19
Enzim ……………………………………………………... 19
Tabel
IV.IV Hasil Pengamatan Pengaruh Jumlah Substrat Terhadap Kerja
Enzim ……………………………………………………... 19
Enzim ……………………………………………………... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Metabolisme
merupakan serangkaian reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup.
Perubahan kimia yang terdiri dari saluran-saluran untuk degradasi molekul
makanan dan biosintesa secara kolektif memberi batasan suatu dari metabolisme.
Semua proses metabolisme bersifat intermediate,
yaitu pengubahan suatu zat menjadi zat yang lain biasanya menyangkut
tahap-tahap berurutan yang zat-zat kimianya adalah jealas dan dapat dikenali
atau Intermediate adalah pereaksi dan
zat hasil.
Metabolisme terbagi atas anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme merupakan jumlah dari semua biosintesa yang
menghasilkan biomolekul struktural dan fungsional dan molekul makro dari
pelopor menjadi molekul yang lebih besar. Reaksi anabolik (biosintesa)
memerlukan energi. Katabolisme adalah jumlah semua proses yang menyangkut
degradasi molekul-molekul organik yang kompleks menjadi molekul-molekul organi
dan anorganik yang lebih sederhana. Reaksi katabolik (degradatif) menghasilkan
energi. Proses anabolisme meliputi reaksi reduksi. Proses katabolisme meliputi
reaksi oksidasi, seringkali hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula
untuk proses katabolisme.
Molekul-molekul
organik dan anorganik yang terlibat dalam reaksi metabolisme disebut metabolit.
Proses metabolisme,anabolisme,katabolisme harus selalu berjalan bersesuaian dan
bersama-sama karena setiap pasangan proses menyediakan energi yang diperlukan
oleh pasangan yang lain. Proses metabolisme dikatalisis dan dikendalikan oleh
enzim,yang merupakan protein katalitik. Enzim dapat mempercepat reaksi - reaksi
metabolisme.
Salah
satu reaksi katabolik yaitu oksidasi biologi dimana oksidasi biologi selalu
diiringi oleh oksidasi dan reduksi. Oksidasi merupakan pengurangan elektron
dari satu reduktor, sedangkan reduksi merupakan penambahan eletron dari suatu reduktor.
Senyawa yang melepaskan atau memberaikan elektron disebut oksidator ( donor )
dan senyawa yang meneriman elektron disebut reduktor.
1.2. Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dalam praktikum kali ini adalah sebagai beikut :
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui reaksi oksidasi anaerob yang berlangsung dalam sel
ragi.
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui adanya enzim dehidrogenase aerob dalam susu.
3. Agar
mahasiswa dapat mengetahui adanya enzim oksidase dalam kentang.
1.3. Manfaat
Praktikum
Adapun
manfaat dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai reaksi oksidasi anaerob yang
berlangsung dalam sel ragi.
2. Memberi
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai adanya enzim dehidrogenase
aerob dalam susu.
3. Memberi
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai adanya enzim oksidase dalam
kentang.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Oksidasi
Biologi
Dalam
rangka memenuhi kebutuhan makhluk hidup terutama untuk aktifitas, tumbuh
kembang, dan proses-proses kehidupan lainnya, maka dibutuhkan energi. Selain
energi, makhluk hidup juga membutuhkan karbohidrat, lipid dan asam amino. Proses
metabolisme akan menghasilkan molekul pembawa energi yang selanjutkan akan melalui
proses oksidasi biologis (Putri, 2015).
Prinsip reaksi oksidasi reduksi yaitu
reaksi pengeluaran dan perolehan elektron berlaku pada berbagai sistem biokimia
dan merupakan konsep penting yang melandasi pemahaman tentang sifat oksidasi
biologi (Syahrir, 2012). Reaksi oksidasi dapat
didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hidrogen,
sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka
harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau
memperoleh hidrogen (Putri, 2015). Proses reaksi oksidasi reduksi dapat berlangsung secara aerob dan
anaerob. Reaksi aerob adalah reaksi yang berlangsung dengan menggunakan oksigen
sebagai penerima akhir elektron atau hidrogen. Sedangkan anaerob adalah reaksi
yang tanpa menggunakan oksigen (Syahrir, 2012).
Proses
oksidasi biologis merupakan proses dimana makanan bergabung dengan O2
sehingga menghasilkan CO2, H2O dan energi. Reaksi
oksidasi biologi selalu diikuti pengeluaran elektron dan reduksi. Oksidasi pada
makhluk hidup tingkat tinggi mutlak memerlukan adanya oksigen. Namun pada
makhluk hidup tertentu (bakteri anaerob) Oksidasi tidak selalu menggunakan oksigen,
contohnya dehidrogenasi. Dehidrogenasi adalah reaksi kimia yang dihasilkan dari
penambahan hidrogen (H2) dengan memanfaatkan senyawa organik yang
tereduksi atau dalam keadaan jenuh (Putri, 2015).
2.2. Metabolisme
Metabolisme
berasal dari kata metabole yang
artinya perubahan. Berubah di sini memiliki dua pengertian. Pertama, berubah
menjadi lebih kompleks disebut anabolisme, asimilasi, atau sintesis. Kedua, berubah
menjadi lebih sederhana disebut katabolisme atau disimilasi. Dengan demikian
metabolisme meliputi dua macam reaksi, yaitu anabolisme dan katabolisme (Sembiring
dan Sudjino, 2009).
Anabolisme
(biosintesis) merupakan proses pembentukan makromolekul (lebih kompleks) dari
molekul yang lebih sederhana. Makromolekul yang dimaksud misalnya komponen sel
(protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat). Oleh karena proses
pembentukannya memerlukan energi bebas maka disebut reaksi endergonik. Katabolisme
merupakan proses pemecahan makromolekul kompleks menjadi molekul yang lebih
sederhana. Misalnya pengubahan karbohidrat menjadi CO2 dan H2O
dalam proses respirasi. Proses ini menghasilkan energi bebas sehingga disebut reaksi
eksergonik. Energi tersebut tersimpan dalam bentuk molekul pembawa energi
tinggi antara lain adenosin triphosphat
(ATP) dan nikotinamida adenin
dinukleotida phosphat (NADPH). Semua proses metabolisme (anabolisme dan
katabolisme) merupakan reaksi enzimatis. Artinya, reaksi itu terjadi melalui
keterlibatan enzim (Sembiring dan Sudjino, 2009).
2.3. Enzim
Enzim
merupakan protein pengkatalis. Katalis adalah agen kimiawi yang mempercepat
laju reaksi tanpa mengubah struktur enzim itu sendiri. Tanpa adanya enzim,
reaksi kimia pada jalur metabolisme akan terhenti (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Oleh karena merupakan katalisator dalam sistem biologi, enzim sering disebut
biokatalisator. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat reaksi kimia,
tetapi tidak mengubah kesetimbangan reaksi atau tidak mempengaruhi hasil akhir
reaksi. Zat itu sendiri (enzim) tidak ikut dalam reaksi sehingga bentuknya tetap
atau tidak berubah (Sembiring dan Sudjino, 2009).
Enzim memiliki peranan yang penting
dalam proses oksidasi biologis. Enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dinamakan
enzim oksidoreduktase. Terdapat 4 kelompok enzim oksidoreduktase yaitu
(Syahrir, 2012) :
1.
Oksidase
Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen
dari substrat dengan menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim
tersebut membentuk air atau hidrogen peroksida. Termasuk sebagai oksidase
antara lain sitokrom oksidase, oksidase asam L-amino, xantin oksidase, glukosa
oksidase.
2. Dehidrogenase
Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen
sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim ini memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Berperan dalam pemindahan hidrogen dari substrat
yang satu ke substrat yang lain dalam reaksi reduksi-oksidasi berpasangan.
b. Sebagai komponen dalam rantai respirasi
pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen.
3. Hidroperoksidase
Enzim hidroperoksidase menggunakan hidrogen
peroksida atau peroksida organik sebagai substrat. Ada 2 tipe enzim yang masuk
ke dalam kategori ini yaitu peroksidase dan katalase. Enzim hidroperoksidase
melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan
peroksida menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak membran sel dan
menimbulkan kanker serta aterosklerosise.
4. Oksigenase
Oksigenase mengkatalisis pemindahan langsung dan
inkorporasi oksigen ke dalam molekul substrat. Enzim ini dikelompokkan menjadi
2 yaitu monooksigenase dan dioksigenase.
2.4. Respirasi
Respirasi
adalah proses reduksi, oksidasi, dan dekomposisi, baik menggunakan oksigen
maupun tidak dari senyawa organic kompleks menjadi senyawa lebih sederhana dan
dalam proses tersebut dibebaskan sejumlah energi (Sembiring dan Sudjino, 2009).
2.4.1. Respirasi
Aerob
Respirasi
aerob adalah peristiwa pembakaran zat makanan menggunakan oksigen dari
pernapasan untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Selanjutnya, ATP
digunakan untuk memenuhi proses hidup yang selalu memerlukan energi. Secara
sederhana, reaksi respirasi adalah sebagai berikut (Rachmawati, dkk, 2009).

Respirasi
aerob dapat dibedakan menjadi empat tahap, yaitu glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
1. Glikolisis
Glikolisis
merupakan serangkaian reaksi yang terjadi di sitosol pada hampir semua sel
hidup. Pada tahap ini, terjadi pengubahan senyawa glukosa dengan 6 atom C,
menjadi dua senyawa asam piruvat dengan 3 atom C, serta NADH dan ATP. Tahap
glikolisis belum membutuhkan oksigen. Glikolisis yang terdiri atas sepuluh reaksi,
dapat disimpulkan dalam dua tahap (Firmansyah,
dkk, 2009) :
a) Reaksi
penambahan gugus fosfat. Pada tahap ini digunakan dua molekul ATP.
b) Gliseraldehid-3-fosfat
diubah menjadi asam piruvat. Selain itu, dihasilkan 4 molekul ATP dan 2 molekul
NADH. Pada tahap glikolisis dihasilkan energi dalam bentuk ATP sebanyak 4 ATP.
Namun karena 2 ATP digunakan pada awal glikolisis maka hasil akhir energi yang
didapat adalah 2 ATP.


2. Dekarboksilasi
Oksidatif
Dekarboksilasi
oksidatif atau reaksi antara adalah reaksi pengurangan gugus karbon dari asam
piruvat membentuk asetil koenzim A (Ko-A), terjadi pada bagian matriks
mitokondria. Hasil dekarboksilasi oksidatif dari 2 molekul asam piruvat adalah
2 asetil koenzim A, 2 CO2, dan 2 NADH.


3. Siklus
Krebs
Siklus
Krebs berasal dari nama penemuannya yaitu Sir Hans Krebs (1980-1981), seorang
ahli biokimia Jerman yang mengemukakan bahwa glukosa secara perlahan dipecah di
dalam mitokondria sel dengan suatu siklus dinamakan siklus Krebs (Kistinnah dan
Endang, 2009).
Daur
Krebs terjadi di dalam matriks mitokondria. Daur Krebs menghasilkan senyawa
antara yang berfungsi sebagai penyedia kerangka karbon untuk sintesis senyawa
lain. Selain sebagai penyedia kerangka karbon, daur Krebs juga menghasilkan 3
NADH2, 1 FADH2, dan 1 ATP untuk setiap satu asam piruvat. Senyawa
NADH dan FADH2 selanjutnya akan dioksidasi dalam sistem transpor
elektron untuk menghasilkan ATP. Oksidasi 1 NADH menghasilkan 3 ATP, sedangkan
oksidasi 1 FADH2 menghasilkan 2 ATP. Berbeda dengan glikolisis,
pembentukan ATP pada daur Krebs terjadi melalui reaksi fosforilasi oksidatif (Sembiring
dan Sudjino, 2009). Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 
NADH,
2 FADH2, dan 2 ATP (Rachmawati, dkk, 2009).


4. Sitem
Transpor Elektron
Sistem
transpor elektron merupakan suatu rantai pembawa elektron yang terdiri atas
NAD, FAD, koenzim Q, dan sitokrom. Sistem transpor elektron terjadi dalam
membran mitokondria. Sistem transpor elektron ini berfungsi untuk mengoksidasi
senyawa NADH atau NADPH2 dan FADH2 untuk menghasilkan ATP
(Sembiring dan Sudjino, 2009).
Transfer
elektron merupakan proses kompleks yang melibatkan NADH (Nicotinamide Adenine Dinucleotide), FAD (Flavin Adenine Dinucleotide), dan molekul-molekul lainnya. Dalam
pembentukan ATP ini, ada akseptor elektron yang akan memfasilitasi pertukaran
elektron dari satu sistem ke sistem lainnya (Ariebowo dan Fictor, 2009).
1. Enzim
dehidrogenase mengambil hidrogen dari zat yang akan diubah oleh enzim
(substrat). Hidrogen mengalami ionisasi sebagai berikut.

Proton hidrogen
mereduksi koenzim NAD melalui reaksi NAD + H+ → NADH + H+.
NADH dari matriks mitokondria masuk ke ruang intermembran melewati membran
dalam, kemudian memasuki sistem rantai pernapasan.
2. NADH
dioksidasi menjadi NAD+ dengan memindahkan ion hidrogen kepada flavoprotein (FP), flavin mononukleotida (FMN), atau FAD yang bertindak sebagai
pembawa ion hidrogen. Dari flavoprotein
atau FAD, setiap proton atau hidrogen dikeluarkan ke matriks sitoplasma untuk membentuk
molekul H2O.
3. 
Elektron
akan berpindah dari ubiquinon ke protein yang mengandung besi dan sulfur (FeSa dan
FeSb) → sitokrom b → koenzim quinon → sitokrom b2 sitokrom o →
sitokrom c → sitokrom a → sitokrom a3, dan terakhir diterima oleh
molekul oksigen sehingga terbentuk H2O.


Walaupun
ATP total adalah 38 ATP, jumlah total yang dihasilkan pada proses respirasi
adalah 36 ATP. Hal tersebut disebabkan 2 ATP digunakan oleh elektron untuk
masuk ke mitokondria (Ariebowo dan Fictor, 2009).
2.4.2. Respirasi
Anaerob
Respirasi
anaerob merupakan respirasi yang tidak menggunakan oksigen sebagai penerima
akhir pada saat pembentukan ATP. Respirasi anaerob juga menggunakan glukosa
sebagai substrat. Respirasi anaerob sering disebut juga fermentasi. Organisme
yang melakukan fermentasi di antaranya adalah bakteri dan protista yang hidup
di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan, atau tempat-tempat lain yang tidak mengandung
oksigen (Firmansyah, dkk, 2009).
1. Fermentasi
Alkohol


s
2. Fermentasi
Asam Laktat
Fermentasi
asam laktat adalah fermentasi glukosa yang menghasilkan asam laktat. Fermentasi
asam laktat dimulai dengan glikolisis yang menghasilkan asam piruvat, kemudian
berlanjut dengan perubahan asam piruvat menjadi asam laktat. Pada fermentasi
asam laktat, asam piruvat bereaksi secara langsung dengan NADH membentuk asam
laktat. Fermentasi asam laktat dapat berlangsung ketika pembentukan keju dan
yoghurt (Ariebowo dan Fictor, 2009).


Fermentasi
asam laktat merupakan respirasi anaerob, hasil akhir fermentasi ini ialah asam laktat yang disebut juga asam susu.
Sebagian masyarakat menyebut asam laktat sebagai asam kelelahan, karena erat
kaitannya dengan rasa lelah. Hal ini terjadi pada manusia, karena bergerak
melebihi batas sehingga terjadi penimbunan asam laktat yang merupakan hasil
akhir fermentasi pada otot tubuh (Rachmawati, dkk, 2009).
2.5. Schardinger
Enzim
schardinger merupakan enzim yang termasuk golongan enzim oksidase, terdapat
diantara lain di dalam susu sapi dan dikenal pula sebagai enzim xanthine oksidase karena dapat
mengoksidase xanthine. Enzim ini juga dapat mengoksidasi aldehid. Gugus aldehid
bertindak sebagai donor hidrogen. Reaksinya berlangsung secara anaerob dan
dapat ditunjukkan bila ada akseptor hidrogen yang sesuai seperti metilen biru.
Jalannya reaksi dapat dilihat dengan perubahan warna biru (bentuk oksidasi)
menjadi tidak berwarna (bentuk reduksi) (Rizki, dkk, 2014).
Dengan
adanya enzim Schardinger, dapat juga digunakan untuk mengetahui kesegaran suatu
susu. Susu yang basi mengandung banyak bakteri yang bekerja secara aerob dengan
kata lain membutuhkan banyak oksigen. Hal ini mengakibatkan kadar oksigen dalam
susu menurun. Oleh karena itu, ketika methylene
blue ditambahkan, warna biru langsung berubah menjadi putih karena enzim
Schardinger langsung bekerja disebabkan kadar oksigen yang minimal (kondisi
anaerob) sehingga sesuai dengan sifat kerja enzim Schardinger yang bersifat
anaerob (Rizki, dkk, 2014).
2.6. Antioksidan
Antioksidan
merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini
secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah
teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Anti oksidan juga sesuai
didefinisikan sebgaai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya
radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini
dapat berasal dari metabolism tubuh maupun faktor eksternal lainnya (Syahri,
2015).
Antioksidan
merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain vitamin,
polipenol, karotin dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya
pada manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua
itu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi
radikal bebas. Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi 2 yaitu
antioksidan enzimatis dan antioksidan non enzimatis yang berupa mikronitrien.
Antioksidan enzimais dapat dibentuk dalam tubuh, seperti super
oksida dismutase (SOD), glutation
peroksida, katalase, dan glutation
reduktase. Sedangkan antioksidan non enzimatis yang berupa mikronutrien
masih dibagi dalam 2 kelompok lagi yaitu antioksidan larut lemak, seperti tokoferol,
karetenoid, flavonoid, quinon, dan bilirium. Sedangkan antioksidan larut air,
seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme (Maylina, dkk, 2012).
2.7. Uraian
Bahan
2.7.1. Formaldehid
(CH2O)
Formaldehid berwujud cair,
berbau tajam, tidak berasa, berat molekul 30,02 g/mol, berwarna jernih, titik
didih 98ºC, titik lebur -15ºC, sangat larut
dalam air, dietil eter, aseton dan alkohol (anonim, 2005).
2.7.2. Fenol (C6H5OH)
Fenol berwujud padat, berbau berbeda,
aromatik, agak memuakkan manis dan tajam, rasa membakar, berat molekul 94,11 g/mol, tidak berwarna
sampai merah muda terang, titik didih 182ºC,
titik lebur 42ºC, mudah larut dalam methanol, dietil eter, larut dalam air dan
aseton, sangat larut dalam alkohol, kloroform, gliserol, petroleum dan lain
sebagainya (anonim, 2005).
2.7.3. Asam
Askorbat/Vitamin C (C6H8O6)
Asam askorbat berwujud padat
(Kristal padat, bubuk padat), tidak berbau, berasa masam dan tajam, berat
molekul 176,13 g/mol, berwarna putih sampai sedikit kekuningan, larut dalam air
panas, sebagian larut dalam air dingin, tidak larut dalam dietil eter (anonim,
2005).
2.7.4. Methylen Blue
Methylen
blue berwujud padat (Kristal padat,
bubuk padat), sedikit berbau, tidak berasa, berat molekul 319,85 g/mol,
berwarna hijau (gelap), titik lebur 105ºC,
larut dalam air, kloroform, etanol dan gliserol, tidak larut dalam xylene, oleic acid, sedikit larut dalam
pirimidin (anonim, 2005).
2.7.5. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu
ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan
karenanya disebut juga levulosa (gula buah). Memiliki tingkat kemanisan gula
yang paling manis. Gula ini terutama terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam
buah, nektar bunga, dan juga dalam sayur. Fruktosa dapat diolah dari pati dan
digunakan secara komersial sebagai pemanis. Minuman ringan banyak menggunakan
sirup jagung-tinggi-fruktosa sebagai pemanis. Didalam tubuh, fruktosa merupakan
hasil pencernaan sakrosa (Amin, dkk, 2014).
2.7.6. Laktosa
Laktosa adalah atau gula susu merupakan bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat
dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa
ada di dalam kandungan susu, dan
merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan (Amin, dkk, 2014).
2.7.7. Glukosa
Glukosa
adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut
dekstrosa (gula anggur) karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi kearah kanan. Terdapat didalam sayur, buah, sirup jagung dan
bersamaan dengan fruktosa terdapat dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan
glukosa dalam bentuk D. Glukosa murni yang ada di pasaran biasanya diperoleh
dari hasil olah pati (Amin, dkk, 2014).
2.7.8. Amilum (Pati)
Pati
dibentuk oleh rantai a-glikosidat.
Senyawa tersebut yang pada hidrolisis hanya menghasilkan glukosa, merupakan
homopolimer yang dinamankan glukosan atau glukan. Dua unusr utama pati adalah
amilosa (15-20%), yang mempunyai struktur heliks tanpa cabang dan amilopektin
(80-85%), yang terdiri atas rantai bercabang dan tersusun atas 24-30 residu
glukosa yang disatukan oleh ikatan 1-4 di dalam rantai tersebut serta oleh
ikatan 1-6 pada titik percabangan (Husnaeni, 2012)
2.7.9. Aquades (Air)
Aquades
berbentuk cair, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, titik didih 100ºC,
berat molekul 18 gram/mol, pH 7 (netral) dan merupakan pelarut murni (Anonim, 2005).
BAB
III
METODE KERJA
METODE KERJA
3.1. Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum oksidasi biologi ialah rak tabung, tabung
reaksi, gelas kimia, gelas ukur, thermometer, pipet tetes, dan hot plate,
tabung durham, cawan petri, lumpang dan alu, pisau dan saringan.
3.2. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum oksidasi biologi ialah fenol, methylen blue, formaldehid, asam askorbat
(vitamin C), susu, amilum, fruktosa, glukosa dan laktosa.
3.3. Prosedur
Kerja
3.3.1. Peragian
Siapkan
4 buah tabung reaksi. Gerus 1 gram ragi dan 14 ml larutan karbohidrat sampai
menjadi suspensi yang rata. Tuang suspensi tersebut ke dalam tabung peragian
dan balikkan tabung peragian sehingga terisi penuh. Balikkan tabung kembali dan
tabung peragian harus tetap terisi. Diamkan 1,5 jam, amati adanya bau tape dan
terbentuknya gas pada tabung peragian menunjukkan adanya oksidasi.
3.3.2. Uji
Schardinger
Siapkan
2 tabung reaksi. Masukkan 5 ml susu segar pada tabung pertama. Masukkan 5 ml
susu pasteurisasi pada tabung ke dua. Tambahkan 5 tetes larutan metilen biru
dan 5 tetes larutan formaldehid ke dalam masing-masing tabung. Campurkan dengan
baik dan amati warna yang tampak. Masukkan ke dlaam penangas air 60-65ºC dan
amati warna yang tampak.
3.3.3. Kentang
Sediakan
3 tabung reaksi dan label 1, 2 dan 3. Kupas dan parut kentang, kemudian saring
mpas dan ambil airnya. Masukkan ekstrak kentang ke dalam tabung 1 dan 2. Tabung
3 di isikan aquadest. Masing-masing 5 ml. tabung 1 yang ekstrak kentang
ditambahkan fenol, tabung 2 yang berisi ekstrak kentang ditambahkan aquadest
dan tabung 3 yang ebrisi aquadest ditambahkan fenol. Kemudian kocok ke tiga
tabung. Diamkan dan amati perubahan yang terjadi.
3.3.4. Efek
Antioksidan Vitamin C
Sediakan
4 buah cawan petri. Masing-masing di isi vitamin C, aquadest, perasan jeruk dan
satu gelas dikosongkan. Iris apel kecil-kecil, taruh di masing-masing cawan
petri. Amati perubahan yang terjadi pada apel dari ke empat cawan tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap praktikum oksidasi
biologi, hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
Tabel IV.I.
Hasil Pengamatan Peragian
Sampel
|
Pereaksi
|
Waktu
|
Hasil
|
1 gram ragi
|
Fruktosa
|
1,5 jam
|
Cepat terjadi gelembung gas
|
Glukosa
|
Cepat terjadi gelembung gas
|
||
Laktosa
|
Kurang cepat terjadi gelembung gas
|
||
Amilum
|
Lambat menghasilkan gelembung gas
|
Tabel IV.II. Hasil Pengamatan Uji Schardinger
Sampel
|
Pereaksi
|
Suhu
|
Hasil
|
Susu murni
|
Formalin + metilen blue
|
60-650C
|
Biru keputihan
|
Susu sachet
|
Putih kebiruan lebih pudar
|
Tabel IV.III. Hasil Pengamatan Kentang
Sampel
|
Pereaksi
|
Hasil
|
5 ml ekstrak kentang
|
Fenol
|
Coklat kemerahan
|
Aquadest
|
Coklat muda
|
|
Fenol + aquadest
|
Coklat kemerahan
|
Tabel IV.IV. Hasil Pengamatan Efek Antioksidan Vitamin C
Sampel
|
Pereaksi
|
Hasil
|
Irisan apel
|
Aquadest
|
Agak cepat teroksidsi
|
Perasan jeruk
|
Lambat teroksidasi
|
|
Vitamin C
|
Sangat lambat teroksidasi
|
|
Kosong
|
Sangat cepat teroksidasi
|
4.2.
Pembahasan
Oksidasi biologi merupakan pembakaran zat makanan dalam tubuh dengan menggunakan
oksigen. Oksidasi biologi berperan dalam menghasilkan energi bagi makhluk
hidup. Oksidasi biologi selalu diiringi oleh reaksi oksidasi dan reduksi. Menurut Kistinnah dan Endang (2009) reaksi oksidasi
adalah suatu reaksi yang melibatkan oksigen dengan pelepasan elektron dari satu
atom atau senyawa, sebaliknya reaksi
reduksi adalah suatureaksi yang melibatkan oksigen dengan penambahan elektron
dari satu atom atau senyawa.
Di dalam sel, kedua reaksi tersebut terjadi secara
bersamaan (simultan), artinya jika elektron dipindahkan dari molekul
sebagai pemberi (donor) elektron maka ada molekul lain yang bertindak
sebagai penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, donor elektron
menjadi molekul yang teroksidasi sedangkan akseptor menjadi molekul yang
tereduksi. Reaksi simultan antara oksidasi dan reduksi disebut dengan reaksi
redoks. Pada kali ini dilakukan praktikum mengenai oksidasi biologi yang
terjadi pada proses peragian, uji schardinger, kentang dan efek antioksidan
vitamin C.
Peragian merupakan suatu proses fermentasi dimana
terjadi peristiwa oksidasi yang berjalan dengan suasana anaerob. Percobaan
peragian menggunakan sampel ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan empat
macam karbohidrat yaitu amilum, fruktosa, glukosa dan laktosa. Pada percobaan
peragian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa di dalam sel ragi terjadi
reaksi oksidasi karbohidrat menjadi CO2 dan etanol dalam keadaan
anaerob.
Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini
ialah dengan menyiapkan 4 buah tabung reaksi.
Digerus 1 gram ragi dan dilarutkan dalam 14 ml larutan karbohidrat (amilum,
glukosa, fruktosa dan laktosa) dimasing-masing tabung reaksi sampai menjadi
suspensi yang rata. Kemudian diamkan 1,5 jam. Hasil yang didapatkan ialah
keempat jenis karbohidrat tersebut mengalami gelembung gas dan berbau seperti
tape namun keempat jenis karbohidrat tersebut memiliki kecepatan yang
berbeda-beda dalam menghasilkan gelembung gas.
Adanya
gelembung gas dan berbau tape mengindikasikan bahwa terjadi proses peragian
(fermentasi) yang menghasilkan alkohol. Menurut Subardi, dkk (2009) fermentasi
atau peragian adalah proses penguraian senyawa kimia yang menghasilkan gas.
Dalam hal ini adalah penguraian karbohidrat, etanol, dan CO2. Fermentasi
alkohol adalah proses oksidasi glukosa yang menghasilkan etanol dan CO2.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipastikan bahwa ragi dapat melakukan
proses oksidasi pada karbohidrat. Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut :

Berikutnya adalah percobaan uji Schardinger.
Menurut Rizki, dkk (2014) Schardinger merupakan suatu enzim
yang termasuk golongan enzim oksidase, terdapat diantara lain di dalam susu
sapi dan dikenal pula sebagai enzim xanthine
oksidase.
Dengan adanya enzim Schardinger, dapat juga digunakan untuk mengetahui
kesegaran suatu susu. Untuk melakukan uji schardinger untuk menentukan
kesegaran susu, sampel yang digunakan ialah susu murni dan susu kental manis
dengan reagennya adalah methylen blue dan
formaldehid.
Langkah-langkah yang dilakukan
ialah menyiapkan 2 tabung reaksi. Masukkan 5
ml susu segar (murni) pada tabung pertama. Masukkan 5 ml susu pasteurisasi
(kental manis) pada tabung ke dua. Tambahkan 5 tetes larutan methylen blue dan 5 tetes larutan
formaldehid ke dalam masing-masing tabung. Campurkan dengan baik dan amati warna
yang tampak. Masukkan ke dalam penangas air 60-65ºC dan amati warna yang
tampak. Hasil yang diperoleh ialah pada tabung yang berisi susu murni warna
yang terbentuk ialah kebiruan keputihan sedangkan pada tabung yang berisi susu
kental manis warna yang terbentuk ialah putih kebiruan tetapi lebih pudar.
Methylene blue bekerja
dengan jalannya reaksi dapat dilihat dengan perubahan warna biru (bentuk
oksidasi) menjadi tidak berwarna (bentuk reduksi). Menurut Rizki, dkk (2014) susu
yang basi mengandung banyak bakteri yang bekerja secara aerob dengan kata lain
membutuhkan banyak oksigen. Hal ini mengakibatkan kadar oksigen dalam susu menurun. Oleh karena itu, ketika methylene blue ditambahkan, warna biru
langsung berubah menjadi putih. selain karena kadar oksigen dalam susu menurun
dan mengakibatkan methylene blue berubah
menjadi putih terdapat juga enzim yang berperan di dalamnya. Hal ini sesuai
dengan Syahrir (2012) bahwa perubahan warna terbentuk warna biru pucat hampir
putih, ini disebabkan karena adanya enzime dehidrogenase yang masih aktif pada
susu murni (belum di pasteurisasi) sehingga pada saat pemanasan dapat mereduksi
methylene blue (warna biru berubah
menjadi putih). Berdasarkan teori-teori pendukung tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada tabung susu murni tingkat kesegarannya tinggi sedangkan
pada tabung susu kental manis tingkat kesegarannya rendah.
Selanjutnya
dilakukan percobaan pada kentang. Praktikum pada kentang ini dimaksudkan untuk
menguji adanya enzim oksidase dalam kentang. Sampel yang digunakan adalah
ekstrak kentang. Reagen yang digunakan ialah fenol dan aquadest.
Langkah-langkah
yang dilakukan ialah menyediakan 3 tabung reaksi dan label 1, 2 dan 3. Kupas
dan parut kentang, kemudian saring ampas dan ambil ekstraknya. Masukkan ekstrak
kentang ke dalam tabung 1,2 dan 3. Masing-masing tabung diisi 5 ml ekstrak
kentang. Tabung 1 ditambahkan fenol. Tabung 2 ditambahkan aquadest dan tabung 3
ditambahkan fenol dan aquadest. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap
perubahan warnanya. Hasil yang diperoleh ialah tabung 1 berubah menjadi coklat
kemerahan menyerupai warna coklat bata. Tabung 2 berubah menjadi coklat muda.
Dan tabung 3 berubah menjadi coklat kemerahan.
Perubahan
warna ektrak kentang yang semula kuning menjadi coklat merupakan peristiwa yang
disebut browning. Menurut Murniati
(2014) browning atau yang dikenal dengan reaksi
pencoklatan merupakan reaksi
enzimatis yang terjadi pada
buah-buahan seperti pir, pisang, anggur, dan apel serta pada
sayur-sayuran seperti terong, jamur, dan
kentang. Fenomena yang terjadi pada sayuran dan buah-buahan tersebut mengalami kerusakan secara mekanik
sehingga menghasilkan pigmen berwarna coklat. Berdasarkan teori pendukung
tersebut, peristiwa perubahan warna menjadi coklat diakibatkan oleh reaksi
enzimatis yang terdapat dalam buah atau sayur itu sendiri. Enzim yang berperan
dalam proses ini ialah polifenol oksidase.
Menurut
Abuzar, dkk (2009) polifenol oksidase adalah enzim yang umumnya ditemukan pada
buah-buahan (dan pada beberapa sayur). Cirinya yang paling kasar adalah enzim
ini akan rusak ketika terlalu lama kontak dengan udara dan akan menyebabkan
buah yang terdedah terhadap udara akan menjadi warna kecoklatan. Enzim
polifenol oksidase pada ekstrak kentang menyebabkan perbedaan warna yang
mencolok pada tabung 1 dan 2. Tabung 1 menjadi coklat kemerahan sedangkan
tabung 2 menjadi coklat muda. Selain itu, penambahan fenol pada tabung 1 juga
berpengaruh. Menurut Syahrir (2012) fungsi penambahan larutan fenol 1% untuk
mempercepat terjadinya oksidasi fenol oleh enzim PPO (polifenol oksidase) kentang.
Mekanisme enzim PPO dijelaskan oleh Alwiyawti (2011) polifenol pada kentang
akan mengoksidasi fenol menjadi katekol yang kemudian menjadi kinon dan
selanjutnya melalui kondensasi membentuk senyawa berwarna coklat.
Percobaan
terakhir ialah efek antioksidan vitamin C. Antioksidan merupakan zat yang dapat
menangkal radikal bebas. Menurut Syahrir (2012) Antioksidan merupakan zat yang
mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu
memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam
konsentrasi rendah. Percobaan kali ini dilakukan untuk melihat efek dari
antioksidan vitamin C. Bahan-bahan yang digunakan ialah apel, jeruk, vitamin C
dan aquadest.
Langkah-langkah
yang dilakukan ialah dengan menyediakan 4 buah cawan petri. Masing-masing diisi
vitamin C, aquadest, perasan jeruk dan satu gelas dikosongkan. Iris apel
kecil-kecil, taruh di masing-masing cawan petri. Kemudian dilakukan pengamatan
terhadap perubahan warnanya. Hasil yang diperoleh cawan 1 (aquadest) ialah apel
agak cepat teroksidasi. Cawan 2 (perasan jeruk) ialah apel lambat teroksidasi.
Cawan 3 (vitamin C) ialah apel sangat lambat teroksidasi. Cawan 4 (kosong)
ialah apel cepat teroksidasi.
Berdasarkan
hasil tersebut, cawan yang berisi perasan jeruk dan vitamin C mengalami
perlambatan dalam teroksidasi. Cawan isi perasan jeruk dan cawan dnegan vitamin
C dapat mengalami perlambatan teroksidasi karena mengandung asam askorbat. Menurut
Maylina, dkk (2012) asam askorbat merupakan reduktor yang kuat dan mampu
bertindak sebagai oksigen scavenger,
sehingga akan mencegah terjadinya oksidasi enzimatis. Apel yang teroksidasi ditandai
dengan perubahan warna pada apel menjadi coklat. Hal ini dikarenakan pada apel
juga mengandung enzim polifenol oksidasi. Mekanisme vitamin C sebagai
antioksidan dijelaskan oleh Maylina (2012) ialah penggunaan vitamin C dapat
mereduksi kembali quinon berwarna hasil oksidasi (o-quinon) menjadi senyawa
fenolat (o-difenol) tak berwarna.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali
ini ialah sebagai berikut :
1.
Reaksi oksidasi anaerob
yang berlangsung dalam sel ragi ialah berupa fermentasi alkohol dimana proses
oksidasi glukosa yang terjadi menghasilkan etanol dan CO2.
2.
Enzim Dehidrogenase terdapat dalam susu yang ditandai dengan perubahan
warna methylene blue yang semula biru
keputihan menjadi biru pucat hampir
putih.
3.
Enzim oksidase dalam
kentang ialah polifenol oksidase yang berperan dalam proses browning pada sayur ataupun buah.
5.2.
Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu adanya
praktikum kembali karena praktikum sebelumnya masih belum terlalu maksimal. Dengan
dilakukannya praktikum kembali diharapkan agar mahasiswa dapat memaksimalkan
kegiatan praktikum serta dapat meninjau faktor-faktor kesalahan pada praktikum
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abuzar., Bayu., Ludi.,
Zumrotun., Rizky., Ayu., dan Irmayanti. 2009. Oksidasi Biologi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Anonim.
2005. Material Safety Data Sheet. Texas.
Diakses pada : https://www.sciencelab.com/ (29 April 2017, 20.30 WITA)
Ariebowo, Moekti dan Fictor Ferdinand P.
2009. Praktis Belajar Biologi : Untuk
Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Awliyawti, Fakhira Dwi. 2011. Oksidasi Biologi. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar. Sulawesi Selatan
Firmansyah, Rikky., Agus M.H., Muhammad
U.R., 2009. Mudah dan Aktif Belajar
Biologi : Untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Kistinnah, Idun., dan Endang Sri
Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan
Lingkungannya. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Maylina, Ika., Mutia R.,
Wijaya K., Patricia V. S., Fanny A. K., Ivonne N. T. 2012. Percobaan
Metabolisme & Oksidasi Biologis. Universitas Surabaya. Jawa Timur
Murniati, Anceu., Buchari.,
Suryo Gandasasmita., Zeily Nurachman., dan
Ockky Muhammad Ikbal. 2014. Aktivitas Polifenol Oksidase Yang
Terkandung Dalam Terong (Solanum
Melongena). Univesitas Jenderal Ahmad Yani. Jawa Barat
Putri, Galuh Laelani
Suryo. 2015. Oksidasi Biologis. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Jawa
Timur
Rachmawati, Faidah., Nurul U., dan Ari
W. 2009. Biologi : Untuk SMA/MA Kelas XII
Program IPA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Rachmawati, Faidah., Nurul Urifah., dan
Ari Wijaya. 2009. Biologi : Untuk SMA/MA
Kelas XII Program IPA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional :
Jakarta
Rizki, Lisa Dewi
Purnama., Aditya P. P., Irsan F., Rosida F., dan NuruL H. 2014. Enzim Urease
Dan Schardinger. Universitas Muhammadiyah Malang. Jawa Timur
Sembiring,
Langkah dan Sudjino. 2009. Biologi Kelas
XII : Untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional : Jakarta
Subardi., Nuryani., dan Shidiq P. 2009. Biologi : Untuk Kelas XII SMA dan MA. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Syahrir, Akifah. 2012. Percobaan Oksidasi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Sulawesi Selatan
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI HASIL ANALISA








LAMPIRAN II
SKEMA KERJA SECARA UMUM
PERAGIAN
SKEMA KERJA SECARA UMUM
PERAGIAN
![]() |






|
UJI SCHARDINGER
![]() |




|
KENTANG
![]() |



|
EFEK ANTIOKSIDAN
VITAMIN C
![]() |



|
0 Response to "LAPORAN Enzim"
Post a Comment