LAPORAN JARINGAN IKAT
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan laporan ini yaitu “Jaringan
Ikat“.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas
dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih
kepada yang terhormat :
1.
Bapak Mulyadi Maruni, S.Pd dan Bapak
Rijal, AMAK., S.ST selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Sitohistoteknologi
yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.
ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan
doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga
dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih
memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan
rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat
untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, November
2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ..……...…………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL
……………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
………….………………………………….. 1
A. Latar
Belakang ………………………………………………...….... 1
B.
Tujuan
……………………………………………………………… 2
C.
Manfaat
…………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……..………………………………. 3
A. Jaringan ….…………………….……………..……….…………… 3
B.
Jaringan Ikat …………..………………………………………….... 3
a. Matriks
………………………………………………………… 4
b. Sel-sel
Jaringan Ikat …………………………………………… 5
C.
Macam-Macam Jaringan Ikat
….…………………….…………….. 8
a. Jaringan
Pengikat ……………………………………………… 8
b. Jaringan
Penghubung Khusus …………………………………. 10
c. Jaringan
Penguat ………….……………………………………. 12
d. Jaringan
Hematopoietik ……………………………..………… 16
BAB III METODE
KERJA …………………………………………… 21
A. Pra
Analitik ……………………………………………………….. 21
B. Analitik
……………………….…………………………………... 21
C. Pasca
Analitik ……….……………………………………………. 21
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHSAN ………………………………... 21
A. Hasil
………..……………………………………………………… 21
B. Pembahasan
…….…………………………………………………. 21
BAB V PENUTUP
………………………………….…………………. 26
A. Kesimpulan
………………………………………………………... 26
B.
Saran
………………………………………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.I
|
Jaringan Ikat Longgar …….…………………………………
|
8
|
Gambar II.II
|
Jaringan Ikat Beraturan ………………………..……….
|
9
|
Gambar II.III
|
Jaringan Ikat Padat Tak Beraturan …………………..…
|
10
|
Gambar II.IV
|
Jaringan Adiposa
………………………………..….…..
|
10
|
Gambar II.V
|
Jaringan Retikuler ………………………………………
|
11
|
Gambar II.VI
|
Jaringan
Mukosa ……………………………..…………
|
12
|
Gambar II.VII
|
Kartilago Hialin ……………….………………………..
|
13
|
Gambar II.VIII
|
Kartilago Fibrosa ……………………………………….
|
13
|
Gambar II.IX
|
Kartilago Elastis ………………………………………...
|
14
|
Gambar II.X
|
Tulang Kompak …………………………………………
|
15
|
Gambar II.XI
|
Tulang Spons ……………………………………………
|
16
|
Gambar II.XII
|
Kiri) Sel Darah Merah. Kanan) Rouleaux Eritrosit ……..
|
17
|
Gambar II.XIII
|
Leukosit Granulosit dan Agranulosit ……………………
|
18
|
Gambar II.XIV
|
Kiri)
Trombosit pada Apusan. Kanan) Ultrastruktural Trombosit ……………………………………………….
|
19 |
DAFTAR TABEL
Tabel IV.I
|
Hasil Pengamatan …………….…….……………...……
|
22
|
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
makhluk hidup tersusun atas sel-sel yang merupakan suatu unit struktural dan
fungsional terkecil makhluk hidup. Sel-sel tersebut kemudian berdiferensiasi
yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel yang didasarkan pada bentuknya. Setelah
berdiferensiasi kemudian berspesialisasi yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel
yang memiliki fungsi tertentu. Oleh sebab itu, dari proses diferensiasi dan
spesialisasi sel terbentuklah jaringan.
Tingkat
selanjutnya setelah sel adalah jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang
memiliki struktur dan fungsi yang sama. Menurut Hanum, dkk (2009) pada hewan
termasuk manusia terdapat dua kelompok jaringan, yaitu jaringan benih (germinal) dan jaringan tubuh (somatis). Jaringan benih (germinal), aktif membelah diri untuk
menghasilkan benih baru. Jaringan tubuh (somatis),
terdapat pada tubuh hewan atau manusia selama hidupnya. Jaringan somatis meliputi
jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan
otot, dan jaringan saraf.
Kulit manusia dan mamalia lainnya
memiliki lapisan-lapisan dimana tiap lapisannya memilki jenis jaringan yang
berbeda, misalnya pada jaringan dermis yang tersusun dari jaringan ikat.
Menurut Mescher (2011) berbagai jenis jaringan ikat membentuk dan
mempertahankan bentuk organ dalam tubuh. Fungsi mekanisnya adalah menyediakan
matriks yang menghubungkan dan mengikat jaringan dan sel-sel lain pada organ
dan memberikan penyangga metabolik bagi sel sebagai medium untuk difusi nutrien
dan produk limbah. Berbagai macam dan jenis
jaringan ikat di tubuh mencerminkan keragaman komposisi dan jumlah sel, serat,
dan substansi dasar, yang bersama-sama
menyebabkan adanya perbedaan struktur, fungsi, dan patologi di jaringan
ikat.
Jaringan
ikat bertindak sebagai pengikat, penghubung dan penyokong antar jaringan yang
ada dalam tubuh. Sehingga jaringan pengikat mempunyai kerapatan sel yang
longgar dan sel-selnya tersebar di antara matriks-matriks ekstraseluler.
Matriks tersusun dari serabut yang diselubungi oleh media dasar yang bisa
berupa cairan, gel, ataupun padat. Kebanyakan matriks-matriks tersebut
disekresikan oleh sel-sel pengikat itu sendiri. Oleh karena itu, keberadaan
jaringan ikat tersebar pada seluruh struktur dalam tubuh.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dalam praktikum kali ini ialah :
1. Agar
mahasiswa dapat memahami ciri-ciri jaringan pengikat melalui pengamatan
preparat histologi.
2. Agar
mahasiswa dapat mempelajari struktur histologi macam-macam jaringan pengikat.
C. Manfaat
Adapun
manfaat dalam praktikum kali ini ialah :
1. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai ciri-ciri jaringan pengikat
melalui pengamatan preparat histologi.
2. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai struktur histologi
macam-macam jaringan pengikat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaringan
Jaringan
terbentuk dari beberapa sel hasil proses diferensiasi, kemudian mengalami
proses spesialisasi. Proses diferensiasi, yaitu proses perbanyakan sel melalui
fungsi reproduksi sel, sedangkan proses spesialisasi merupakan proses lanjut
dari diferensiasi sebagai proses perubahan bentuk dan fungsi. Sel-sel yang
bentuk dan fungsinya sama selanjutnya akan berkelompok menjadi satu kesatuan
membentuk jaringan. Secara umum tubuh hewan maupun organism lainnya tersusun
atas empat macam jaringan dasar, antara lain (Bakhtiar, 2011):
1.
Jaringan epitelium terletak pada
permukaan tubuh, berfungsi sebagai penutup permukaan luar tubuh dan pembatas
organ tubuh yang berbentuk saluran atau rongga.
2.
Jaringan ikat, merupakan jaringan
yang memiliki fungsi untuk mengikat atau menyokong bagian-bagian tubuh.
3.
Jaringan otot, berfungsi untuk
menggerakkan seluruh bagian anggota tubuh.
4.
Jaringan saraf, berfungsi untuk
menerima dan merespons adanya rangsang serta menyampaikan rangsang (impuls) ke
pusat saraf serta ke bagian tubuh yang lain.
B. Jaringan
Ikat
Sesuai
dengan namanya, jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong, serta
penghubung satu jaringan dengan jaringan yang lainnya. Jaringan ikat tidak
terdapat pada permukaan luar tubuh. Jaringan ikat mengandung banyak pembuluh
darah, kecuali pada tulang rawan. Berbeda dengan sel epitel, populasi sel-sel
jaringan ikat lebih jarang dan menyebar di dalam matriks. Pada umumnya, matriks
terdiri atas jaringan-jaringan serabut yang melekat dalam bahan dasar berupa
cairan, gel, atau solid (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Jaringan
ikat memiliki variasi yang sangat luas berdasarkan bentuk, letak, dan strukturnya.
Fungsi utamanya sebagai penghubung antarjaringan, penunjang tubuh (tulang,
tulang rawan) berperan dalam proses pengaturan suhu tubuh, mekanisme pertahanan,
dan regenerasi. Pada awal perkembangan embrio, ektoderma, dan entoderma
dipisahkan oleh lapis benih ketiga, yaitu mesoderma. Jaringan yang dibentuk
oleh sel-sel lapisan ini dikenal sebagai mesenkim (mesos = tengah; encyma =
pemasukan atau penyusupan). Jaringan ikat embrionik disebut pula mesenkim.
Jadi, semua jaringan ikat pada hewan dewasa berkembang dari mesenkim.
Jaringan-jaringan penyokong tubuh, termasuk jaringan ikat sejati, tulang rawan,
tulang, dan darah juga berkembang dari mesenkim. Mesenkim berupa jaringan
spongiosa longgar yang khas pada awal kehidupan embrio dan banyak ditemukan
sebagai pembungkus di antara bagunan-bangunan yang berkembang dari lapisan
embrionik yang lain. Jaringan ini terdiri atas sel-sel berbentuk bintang dan
kumparan yang membentuk jala-jala serta bahan-bahan interseluler yang tidak
berbentuk (amorf) dan mengandung sedikit serat-serat yang bertebaran di
sana-sini (Bakhtiar, 2011).
Ciri
yang khas dari jaringan ikat, yaitu terdiri atas bahan interseluler (bahan di antara
sel) yang disebut matriks. Matriks ini terdiri atas serat-serat dan substansi (bahan)
dasar yang bentuknya tidak teratur. Pada jaringan ikat, matriks ini merupakan hasil
sekresi sel-sel jaringan ikat. Sel-sel pada jaringan ikat kebanyakan bentuknya tidak
teratur. Pada sitoplasmanya terdapat granula dan inti selnya menggelembung. Sel-sel
jaringan ikat yang terdapat pada tulang rawan disebut kondrosit, jika terdapat pada
tulang disebut osteosit, tetapi apabila terdapat pada jaringan konektif yang longgar
maka sel-selnya disebut fibroblast (Bakhtiar, 2011).
a. Matriks
Matriks tersusun oleh serabut-serabut dan bahan dasar
(Purnomo, dkk, 2009).
1. Serabut
Berdasarkan
bentuk dan reaksi kimianya, Serabut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu serabut
kolagen, serabut elastin, dan serabut retikular.
a) Serabut
Kolagen
Serabut
kolagen mempunyai daya elastisitas rendah, daya regang sangat tinggi, berwarna putih,
dan bentuknya berupa berkas-berkas beragam. Serabut kolagen terdapat pada
tendon (penghubung otot dengan tulang) dan jaringan pengikat longgar.
b) Serabut
Elastin
Serabut
elastin mempunyai elastisitas tinggi, berwarna kuning, lebih tipis dari serabut
kolagen, dan bentuknya seperti bangunan bercabang-cabang dan tebal. Serabut
elastin tersusun oleh protein dan mukopolisakarida. Serabut elastin antara lain
terdapat pada pembuluh darah dan ligamen. Elastisitas serabut elastin akan
semakin menurun dengan semakin bertambahnya usia seseorang.
c) Serabut
Retikular
Serabut
retikular mempunyai daya elastisitas rendah. Hampir sama dengan serabut kolagen,
tetapi ukurannya lebih kecil. Serabut ini berperan menghubungkan antara
jaringan pengikat dengan jaringan lainnya.
2. Bahan
Dasar
Bahan
dasar penyusun matriks berupa bahan homogen setengah cair yang terdiri dari
mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat. Matriks bersifat lentur jika asam
hialuronatnya tinggi dan akan bersifat kaku jika mukopolisakaridanya tinggi. Bahan
dasar yang terdapat dalam sendi bersifat kental, sedangkan yang terdapat dalam
tulang punggung bersifat padat (Purnomo, dkk, 2009).
b. Sel-sel
Jaringan Ikat
Sel-sel jaringan ikat banyak ditemukan pada jaringan
ikat longgar. Pada jaringan ikat longgar sel-sel jaringan ikat banyak jenisnya.
Oleh karena itu, jaringan ikat dibagi dalam dua kelompok, yaitu sel-sel tetap
dan sel kelana. Jaringan ikat sel-sel tetap, contohnya fibroblas, makrofag, sel
plasma, dan sel lemak. Jaringan ikat yang termasuk sel kelana, yaitu sel-sel
yang termasuk sel darah putih seperti limfosit dan leukosit. Berbagai jenis sel
yang terdapat pada jaringan ikat longgar melekat pada matriks dan setiap selnya
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Berikut akan diuraikan setiap jenis sel yang
terdapat pada jaringan ikat (Bakhtiar, 2011).
1. Sel
Tetap Jaringan Ikat
a) Sel
Fibroblast
Fibroblas
termasuk golongan sel tetap, dan paling banyak jumlahnya pada jaringan ikat
longgar. Fibroblas yang terdapat di antara serabut, bentuknya memanjang,
intinya berbentuk runcing dengan sitoplasmanya berwarna pucat. Fibroblas yang
aktif banyak terdapat pada hewan muda dan di dalam jaringan ikat yang
beregenerasi akibat luka. Pada hewan dewasa, sel pembentuk serabut ini kurang
aktif. Fibroblas yang kurang aktif dikenal dengan nama fibrosit. Fungsi fibroblas,
yaitu mensekresikan protein yang berbentuk serat.
b) Makrofag
Nama
lain dari makrofag adalah histiosit. Pada jaringan ikat longgar makrofag hampir
sama banyaknya dengan fibroblas. Pada umumnya makrofag merupakan sel yang
berbentuk tidak beraturan dengan cabang-cabang yang biasanya pendek.
Kadang-kadang ada pula yang mempunyai cabang yang langsing dan panjang. Jika dirangsang
akibat adanya peradangan di suatu bagian tubuh tertentu, makrofag dapat
bergerak aktif dan berpindah tempat. Hal ini dimungkinkan karena makrofag dapat
bergerak secara amueboid. Pada saat
bergerak secara amueboid, bentuk makrofag tidak teratur, dengan kaki-kaki palsu
yang terjulur ke segala arah. Membran plasmanya melipat-lipat dan memiliki
tonjolan kecil-kecil. Keadaan permukaan yang demikian itu membantu
perluasan, fagositosis, dan gerakan sel.
Intinya lonjong, terkadang berlekuk, dan lebih kecil dari inti fibroblas.
Makrofag
banyak ditemukan di dekat pembuluh-pembuluh darah, karena dapat melakukan
fagositosis (bergerak dan memakan). Dengan adanya kemampuan berfagositosis,
makrofag dapat bertindak sebagai pembersih dengan cara menelan sel darah, sel
mati, bakteri, dan benda asing lainnya yang keluar dari pembuluh darah. Fungsi
seperti itu erat sekali hubungannya dengan fungsi sistem pertahanan tubuh. Pada
saat fagositosis, makrofag dapat mengambil bahan-bahan atau senyawa kimia,
bakteri dengan cara invaginas.
c) Sel
Mastosit (Sel Tiang)
Sel
mastosit atau dikenal pula sebagai sel tiang, banyak ditemukan tersebar dalam jaringan
ikat longgar . Sering kali sel-sel ini berkelompok di sekitar pembuluh darah.
Hal ini erat kaitannya dengan fungsi sel mastosit untuk menghasilkan heparin
dan histamin. Heparin bermanfaat untuk mencegah terjadinya pembekuan darah,
sedangkan histamin untuk meningkatkan kemampuan permeabilitas kapiler darah.
Sel tiang banyak ditemukan pada jaringan ikat hewan rodentia. Sitoplasma sel tiang
berisi granula, bentuk oval tetapi tidak beraturan, kadang mempunyai
pseudopodia (kaki semu) yang pendek. Sel tiang juga dapat melakukan pergerakan,
tetapi gerakannya lambat.
d) Sel
Lemak
Sel
lemak banyak ditemukan dalam keadaan sendiri-sendiri atau berkelompok sepanjang
pembuluh darah kecil. Jika berkumpul dalam jumlah yang banyak akan berubah
menjadi jaringan lemak (jaringan adiposa). Pada jaringan hewan yang segar,
mereka tampak sebagai tetes-tetes minyak yang berkilauan dikelilingi
sitoplasma. Jika lemak akan dipakai, lemak itu akan meninggalkan sel sebagai
unsur-unsur terlarut dan sel itu akan tampak mengerut.
e) Sel
Plasma
Sel
plasma jarang terdapat pada jaringan ikat, tetapi sering terdapat pada membran
serosa dan jaringan limfoid. Fungsi utama sel plasma adalah untuk menghasilkan
antibodi yang dibuat di dalam retikulum endoplasma granular. Antibodi ini
mungkin dilepaskan secara lokal atau ke dalam aliran darah atau mungkin
ditampung untuk sementara waktu di dalam kantong-kantong sitoplasma.
2. Sel
Kelana Jaringan Ikat
Bagian
yang termasuk sel-sel kelana jaringan ikat, yaitu berbagai jenis sel darah
putih. Sel-sel darah putih disebut sebagai sel kelana jaringan ikat, karena
sel-sel ini dapat bergerak bebas secara diapedesis
di antara darah, limfa, atau jaringan ikat untuk membersihkan patogen yang
berupa bakteri, virus, atau protozoa yang menimbulkan penyakit. Sel-sel darah
putih terbagi menjadi dua, yaitu sel darah putih bergranula (granulosit) dan
yang tidak bergranula (agranulosit). Sel darah putih bergranula, misalnya
eosinofil, basofil, dan neutrofil, sedangkan yang tidak bergranula, misalnya
limfosit dan monosit (Bakhtiar, 2011).
C. Macam-Macam
Jaringan Ikat
a. Jaringan
Pengikat
1.
Jaringan Ikat Longgar
Gambar II.I
Jaringan Ikat Longgar
|
Jaringan
ikat longgar merupakan jaringan ikat yang paling banyak tersebar dalam tubuh
hewan vertebrata. Jaringan ini mengikat jaringan epitel dengan jaringan di
bawahnya dan menjaga organ-organ pada tempatnya. Selain itu, jaringan berfungsi
juga sebagai tempat penyimpanan air, glukosa, dan garam-garam untuk sementara
waktu (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Ciri-ciri
jaringan ikat longgar adalah sel-selnya jarang dan sebagian jaringannya
tersusun atas matriks yang mengandung serabut kolagen dan serabut elastis.
Jaringan ikat longgar terdapat di sekitar organ-organ, pembuluh darah, dan
saraf. Fungsi jaringan ikat longgar untuk membungkus organ-organ tubuh,
pembuluh darah, dan saraf (Diastuti, 2009).
2. Jaringan
Ikat Padat
Jaringan
ikat padat disebut juga sebagai jaringan serabut putih, karena terbuat dari
serabut kolagen yang putih. Serabut sel pada jaringan ikat padat tersusun rapat
dan kompak antara satu dengan yang lain. Jaringan ini tersusun atas
serabut-serabut kolagen yang tidak elastis. Contohnya terdapat pada tendon,
ujung otot yang melekat pada tulang, dermis kulit, ligamen (jaringan pengikat
yang menghubungkan tulang-tulang) (Kistinnah dan Endang, 2009).
Jaringan
ikat padat keadaan serat-serat yang menyusunnya berimpitan. Oleh karena itu,
jaringan ikat ini diberi nama jaringan ikat padat. Substansi dasar dan sel-sel
jaringan ikat yang terkandung pada jaringan ikat padat jika dibandingkan dengan
jaringan ikat longgar, hanya sedikit jumlahnya. Jaringan ikat padat berdasarkan
susunan serat-serat yang menyusunnya, dibagi menjadi dua macam, yaitu jaringan
ikat padat beraturan dan tidak beraturan (Bakhtiar, 2011).
a) Jaringan
Ikat Padat Beraturan
Gambar II.II
Jaringan Ikat Beraturan
|
Jaringan
ikat padat ini terdapat pada tempat-tempat yang mengalami tegangan dari satu
jurusan, serat-serat tersusun teratur secara paralel. Jaringan ini terdapat
pada ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang dan tendon yang
menghubungkan otot dengan tulang.
b)
Jaringan Ikat Padat Tak Beraturan
Gambar
II.III Jaringan Ikat Padat Tak Beraturan
|
b. Jaringan
Penghubung Khusus
1.
Jaringan Lemak (Adiposa)
Gambar II.IV
Jaringan Adiposa
|
Nama
lain jaringan lemak adalah jaringan adiposa.
Jaringan ini terdapat di seluruh tubuh. Fungsinya untuk menyimpan lemak, untuk cadangan makanan, dan mencegah hilangnya panas
secara berlebihan (Diastuti, 2009). Jaringan ini tersusun atas sel-sel lemak.
Setiap sel lemak berisi tetes lemak (fat
droplet). Jaringan lemak banyak ditemukan di bagian bawah lapisan kulit.
Jaringan ini berfungsi sebagai makanan cadangan dan mencegah kehilangan panas
berlebih dari tubuh (Ariebowo dan Fictor, 2009).
2.
Jaringan Retikular
Gambar II.V
Jaringan Retikuler
|
Setiap
jaringan retikular membentuk jejaring tiga-dimensi halus yang menopang sel di
jaringan retikular. Jaringan ikat khusus ini terdiri atas serat retikular dari
kolagen tipe III yang dihasilkan oleh
fibroblas khusus yang disebut sel retikular. Serat retikular yang
mengalami glikosilasi membentuk kerangka arsitektural yang menciptakan lingkungan mikro khusus bagi organ
hematopoietik dan organ limfoid (sumsum tulang, kelenjar getah bening, dan
limpa). Sel-sel retikulum tersebar di
sepanjang kerangka ini dan menutupi sebagian serat-serat retikular dan
substansi dasar dengan cabang sitoplasmanya. Sistem trabekular yang berlapiskan
sel membentuk struktur mirip spons, tempat
sel dan cairan bergerak bebas. Selain
sel retikular, sel-sel sistem
fagosit mononuklear tersebar secara strategis
di sepanjang trabekula.
Sel-sel tersebut memantau zat yang
mengalir lambat melalui celah-celah
mirip sinus dan menyingkirkan benda-benda asing melalui fagositosis (Mescher,
2011).
3. Jaringan
Mukosa
Jaringan
mukosa terutama ditemukan di tali pusat (korda
umbilikalis) dan jaringan janin. Jaringan mukosa memiliki banyak substansi
dasar yang terutama terdiri atas asam hialuronat, yang membuatnya menjadi
jaringan mirip jeli yang mengandung sangat sedikit serat kolagen dengan sebaran
fibroblas. Jaringan mukosa merupakan komponen utama tali pusat, yang disebut Wharton's jelly. Bentuk jaringan ikat
serupa juga ditemukan di dalam pulpa gigi yang masih muda (Mescher, 2011).
Gambar II.VI
Jaringan Mukosa
|
c. Jaringan
Penguat
1. Jaringan
Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang
rawan adalah bentuk jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai penunjang
(penyokong). Jaringannya terdiri dari sel-sel yang disebut kondrosit, serabut,
dan matriks yang memiliki daya regang. Di dalam bahan interselulernya terdapat
jalinan serabut kolagen dan elastik. Bahan dasarnya yang kuat dan kenyal mampu
menahan beban (Bakhtiar, 2011).
Jaringan
tulang rawan mempunyai banyak matriks dan bersifat lentur yang disebut kondrin.
Pada anak-anak, tulang rawan berasal dari jaringan mesenkim, tetapi pada orang
dewasa dibentuk oleh perikondrium yang banyak mengandung sel pembentuk
tulang rawan (kondrosit). Sel-sel
tulang rawan ini terletak di dalam suatu
rongga kecil yang disebut lakuna (Kistinnah dan Endang, 2009).
Matriks
jaringan tulang rawan terdiri atas kondrin, yaitu zat jernih seperti kanji yang
terbuat dari mukopolisakarida dan fosfat. Oleh karena itu, sel tulang rawan
disebut kondrosit. Kondrosit berfungsi
mensintesis dan mempertahankan matriks yang mengandung serabut kolagen, serabut
elastis, dan serabut fibrosa. Kondrin dihasilkan oleh sel kondroblast yang terletak
pada lakuna. Tulang rawan selalu terbungkus oleh membran perikondrium karena
masih bersifat lunak. Tulang rawan berfungsi sebagai rangka tubuh pada awal
embrio, menunjang jaringan lunak dan organ dalam, serta melicinkan permukaan
tulang dan sendi. Tulang rawan tidak mempunyai saraf dan pembuluh darah
(Purnomo, dkk, 2009).
Jaringan
tulang rawan (kartilago) terdiri atas kartilago hialin, kartilago fibrosa, dan
kartilago elastik (Purnomo, dkk, 2009).
a)
Kartilago Hialin
Gambar
II.VII Kartilago Hialin
|
b) Kartilago
Fibrosa
Gambar
II.VIII Kartilago Fibrosa
|
c)
Kartilago Elastis
Gambar II.IX
Kartilago Elastis
|
Kartilago
elastis mengandung serabut elastis dan serabut kolagen. Matriksnya berwarna
keruh kekuning-kuningan. Kartilago ini lebih elastis dari kartilago yang lain
sehingga mudah pulih posisinya. Kartilago ini terdapat di epiglotis, daun
telinga, dan bronkiolus. Kartilago elastis berfungsi untuk memberi
fleksibilitas dan sebagai penyokong.
2. Jaringan
Tulang Sejati (Osteon)
Jaringan
tulang sejati ini tersusun oleh sel-sel tulang yang disebut osteosit. Matriksnya
padat dan banyak terjadi pengapuran, antara lain kalsium karbonat dan kalsium
fosfat. Proses pengapuran ini disebut
kalsifikasi. Jaringan tulang ini banyak terdapat di dalam tubuh menyusun
rangka. Fungsinya adalah melindungi organ-organ tubuh dalam yang lemah dan mengikat
otot-otot (Kistinnah dan Endang, 2009).
Sel-sel
pembentuk tulang disebut osteosit. Osteosit
pada pertumbuhan awal tulang berasal dari osteoblas, osteosit terdapat di dalam
lakuna. Osteosit yang satu dengan
yang lain pada tulang dihubungkan oleh suatu saluran yang disebut kanalikuli. Matriks atau bahan pembentuk
tulang adalah serat kolagen dan garam-garam mineral yang terdiri dari kalsium
fosfat (85%), kalsium karbonat (10%), dan sejumlah kecil kalsium florida dan
magnesium florida. Serat-serat kolagen berfungsi untuk menambah kekuatan
terhadap tulang. Garam-garam mineral pembentuk tulang tersebut inilah yang
menyebabkan tulang bersifat keras sehingga lebih keras jika dibandingkan dengan
keadaan pada tulang rawan (Bakhtiar, 2011).
Endapan
garam mineral menyusun dan melingkari bagian
pusat tulang sehingga membentuk pita melingkar disebut lamela. Pada batas lamela terdapat
lakuna yang di dalamnya terdapat osteosit (sel tulang). Setiap tulang dibungkus
oleh periosteum, yaitu jaringan pengikat fibrosa yang berbentuk lembaran pipih
dan liat. Lapisan dalam dilapisi oleh endosteum. Berdasarkan susunan matriksnya,
jaringan tulang dibedakan menjadi tulang keras atau tulang kompak dan tulang berongga
atau tulang spons (Purnomo, dkk, 2009).
a)
Tulang Kompak
Gambar II.X
Tulang Kompak
|
Pada
tulang kompak terdapat matriks yang banyak, rapat, dan padat. Contoh dapat
dijumpai pada tulang-tulang pipa. Substansi mineral disimpan dalam lapisan
tipis yang disebut lamela. Struktur mikroskopis tulang panjang menunjukkan
adanya saluran-saluran memanjang yang saling berhubungan yang disebut Kanalis Havers. Havers terdiri atas
lamella-lamella yang tersusun melingkari suatu saluran, yang di tengahnya
terdapat pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah inilah yang menyuplai makanan
kepada sel-sel tulang (Kistinnah dan Endang, 2009).
b)
Tulang Spons (Bunga Karang)
Gambar II.XI
Tulang Spons
|
d. Jaringan
Hematopoietik
1. Plasma
Darah
Plasma
darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah
mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma
darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran
dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau zat
antibodi. Plasma darah terdiri atas air dan protein darah (4% albumin, 2,7%
globulin, dan 0,3% fibrinogen).
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein
dalam serum inilah yang bertindak sebagai antibodi terhadap adanya benda asing
(antigen). Zat antibodi adalah senyawa gama globulin yang terdapat dalam plasma
darah dan berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh (Diastuti, 2009).
2. Sel
Korpuskuler
a) Sel
Darah Merah (Eritrosit)
Eritosit
(erythro = merah, cyto = sel) tidak memiliki inti sel dan
berbentuk bikonkaf sehingga memiliki luas permukaan yang besar. Pria rata-rata
mempunyai eritrosit ± 5 juta per mm3 darahnya, sedangkan wanita mempunyai
eritrosit ± 4,5 juta per mm3 darahnya. Eritrosit berwarna merah
karena mengandung hemoglobin, yaitu sebuah molekul kompleks dari protein dan
molekul besi (Fe). Setiap molekul hemoglobin dapat berikatan dengan empat
molekul oksigen. Oksigen diperoleh ketika sel darah melewati kapiler-kapiler
alveolus di paru-paru. Hemoglobin kurang reaktif terhadap molekul karbon
dioksida. Oleh karena itu, karbon dioksida yang diperoleh dari sel lebih banyak
larut dalam plasma darah (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Gambar
II.XII Kiri) Sel Darah Merah. Kanan) Rouleaux
Eritrosit
|
b) Sel
Darah Putih (Leukosit)
Gambar
II.XIII Leukosit Granulosit dan Agranulosit
|
Leukosit
memiliki satu nukleus, bening (tidak berwarna), dan gerakannya mirip dengan
Amoeba disebut gerak amuboid. Jumlah leukosit di dalam darah
dapat berkurang atau bertambah. Berkurangnya jumlah leukosit sampai di bawah
6.000 sel/cc darah disebut leukopeni.
Sedangkan bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal di atas 9.000 sel/cc
darah disebut leukositosis (Diastuti,
2009).
Sel
darah putih berdasarkan karakteristik sitoplasmanya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan kelompok sel darah putih
yang sitoplasmanya bergranula. Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil,
dan basofil. Neutrofil adalah sel darah putih yang granulanya menyerap zat
warna yang bersifat netral. Sementara itu, eosinofil granulanya menyerap zat
warna yang bersifat asam, sedangkan basofil granulanya menyerap zat warna yang
bersifat basa. Sementara itu, agranulosit merupakan kelompok sel darah putih
yang sitoplasmanya tidak bergranula, terdiri atas limfosit dan monosit. Limfosit dinamai
demikian karena sel ini terdapat juga pada cairan limfa. Adapun monosit
merupakan sel darah putih yang berukuran besar (Ariebowo dan Fictor, 2009).
c)
Trombosit
Gambar
II.XIV Kiri) Trombosit pada Apusan. Kanan) Ultrastruktural Trombosit
|
Keping-keping
darah (trombosit) merupakan fragmen-fragmen besar sel yang disebut
megakariosit. Jadi, keping-keping darah bukan merupakan satu sel yang utuh.
Seperti sel darah merah, keping-keping darah tidak mempunyai inti sel dan masa
hidupnya pun pendek, yaitu sekitar 10–12 hari. Keping-keping darah berperan
dalam proses penghentian pendarahan. Penghentian pendarahan adalah proses yang
kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain
dalam plasma darah kontak dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh
darah yang rusak atau terluka. Ketika ada permukaan yang terbuka pada pembuluh
darah yang terluka, keping-keping darah segera menempel dan menutupi permukaan yang terbuka tersebut.
Keping-keping darah yang menempel, faktor lain, dan jaringan yang terluka
memicu pengaktifan trombin, sebuah
enzim, dari protrombin dalam plasma darah. Trombin yang terbentuk akan
mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin (Ariebowo dan
Fictor, 2009).
BAB III
METODE KERJA
METODE KERJA
A. Pra
Analitik
Adapun
langkah kerja pada tahap pra analitik ialah sebagai berikut :
1. Gunakan
alat pelindung diri (APD).
2. Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Alat-alat
yang akan digunakan ialah sebagai berikut :
a. Mikroskop
b. Proyektor
4. Bahan-bahan
yang digunakan ialah sebagai berikut :
a. Preparat
penampang melintang kulit mamalia
B. Analitik
Adapun
langkah kerja pada tahap analitik ialah sebagai berikut :
1. Letakkan
preparat pada mikroskop. Di amati dengan pembesaran 10-40x.
2. Pada
preparat penampang melintang kulit mamalia,
identifikasi tipe jaringan ikat yang ada pada kulit mamalia tersebut.
C. Pasca
Analitik
Adapun
langkah kerja pada tahap pasca analitik ialah sebagai berikut :
1. Baca
hasil pengamatan.
2. Interpretasikan
hasil yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan
pengamatan preparat penampang melintang kulit mamalia, hasil yang dapat
diperoleh ialah sebagai berikut :
Preparat
|
Pembesaran 10x
|
Pembesaran 40x
|
Penampang Melintang Kulit
Mamalia
|
|
|
Tabel IV.I
Hasil Pengamatan
|
B. Pembahasan
Jaringan ikat merupakan jaringan yang berperan
dalam menghubungkan, mengikat, dan menyokong antara satu jaringan dengan
jaringan lainnya. Selain berperan dalam menghubungan antarjaringan, jaringan
ikat juga berfungsi untuk membungkus organ-organ, mengisi rongga di antara
organ-organ, dan menghasilkan imunitas.
Berbeda
dengan jaringan epitel, jaringan ikat disusun atas sel, serabut dan substansi
dasar. Sel-sel yang menyusun jaringan ikat menurut Bakhtiar (2011) terdiri atas
sel plasma, sel fibroblast, sel lemak, sel mastosit dan makrofag.
Serabut-serabut yang menyusun jaringan ikat disebut matriks, menurut Bakhtiar
(2011) terdiri atas serabut kolagen, serabut elastis dan sebut retikular. Dan
substansi dasar atau bahan dasar yang membentuk matriks jaringan ikat menurut
Bakhtiar (2011) ialah bahan homogen setengah cair yang terdiri dari mukopolisakarida
sulfat dan asam hialuronat.
Pada
mamalia, terdapat beberapa macam jaringan ikat. Jaringan ikat yang berfungsi
sebagai pengikat atau perekat ialah jaringan ikat longgar dan jaringan ikat
padat. Jaringan ikat yang berfungsi sebagai penghubung dengan sifat khusus
ialah jaringan lemak (adiposa),
jaringan retikuler dan jaringan mukosa (mucous).
Jaringan ikan yang berfungsi sebagai penyokong dan penguat antarjaringan ialah
jaringan tulang rawan (kartilago) dan
jaringan tulang sejati (osteon). Dan
jaringan ikat yang berfungsi sebagai hemopoietik ialah jaringan darah yang
terdiri atas plasma darah dan sel korpuskuler. Sel korpuskuler juga terbagi
atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping-keping
darah (trombosit). Jaringan-jaringan ikat tersebut dapat ditemukan di bagian
tubuh mamalia, misalnya pada kulit.
Menurut
Mescher (2011) kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, memiliki luas permukaan sebesar 1,5-2 m2 yang terpapar
dengan dunia luar. Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang
berasal dari ektoderm, dan dermis, suatu lapisan jaringan ikat yang berasal
dari mesoderm. Taut dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis
yang disebut papila saling mengunci dengan evaginasi epidermis yang disebut eltidermal ridges (rigi epidermis). Di bawah dermis terdapat hipodermis
(Yun. hypo, di bawah + derma,
kulit), atau jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung
bantalan adiposit. Jaringan subkutan mengikat kulit secara longgar pada
jaringan di bawahnya. Berdasarkan teori penunjang tersebut, dapat diketahui
bahwa kulit bagian atas (epidermis) tersusun atas jaringan epitel, lapisan
kulit bagian tengah (dermis) tersusun atas jaringan ikat padat dan lapisan
kulit bagian bawah (subkutan) tersusun atas jaringan ikat longgar.
Menurut
Mescher (2011) dermis adalah jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan
(hipodermis). Ketebalan dermis
bervariasi, bergantung pada daerah tubuh, dan mencapai tebal maksimum 4 mm di daerah punggung. Permukaan dermis
sangat iregular dan memiliki
banyak tonjolan (papilla dermis) yang
saling mengunci dengan juluran-juluran
epidermis (rabung epidermis). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan
preparat melintang kulit mamalia, terdapat jaringan ikat padat dan jaringan
lemak (adiposa). Menurut Bakhtiar
(2011) jaringan ikat padat keadaan serat-serat yang menyusunnya berimpitan.
Oleh karena itu, jaringan ikat ini diberi nama jaringan ikat padat. Jaringan
ikat padat berdasarkan susunan serat-serat yang menyusunnya, dibagi menjadi dua
macam, yaitu jaringan ikat padat beraturan (regular)
dan tidak beraturan (irregular). Jaringan
ikat regular memiliki ciri-ciri yaitu
tersusun atas serat-serat secara rapi dan teratur, sedangkan jaringan ikat irregular memiliki ciri-ciri yaitu serat-seratnya
tersusun dari segala arah sehingga berupa berkas teranyam yang arahnya tidak
tentu. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dipastikan bahwa jaringan
ikat yang ada pada preparat melintang kulit mamalia ialah tergolong jaringan
ikat padat tidak beraturan (irregular).
Jaringan
ikat padat tidak beraturan menurut seratnya terbagi atas dua yaitu jaringan
ikat padat tidak beraturan serat elastis dan jaringan ikat padat tidak
beraturan serat kolagen. Menurut Chaeri (2008) jaringan ikat padat tidak
teratur dengan serabut utama kolagen berada pada sediaan kulit Homo/manusia, terutama di bagian retikulare dermis. Sedangkan, jaringan
ikat padat tidak teratur dengan serabut utama elastin dijumpai pada preparat
dinding pembuluh darah (arteri, vena) pada lapisan tunica media yang langsung berbatasan dengan lumen, yakni membrana elastica interna dan membrana elastica externa. Berdasarkan
teori penunjang tersebut, dapat diketahui bahwa serat penyusun jaringan ikat
padat yang diamati ialah tersusun atas serat kolagen.
Pada
preparat tersebut juga didapatkan jaringan lemak (adiposa). Menurut Mescher
(2011) jaringan adiposa (lemak) adalah jenis jaringan ikat khusus, yang
terutama terdiri atas sel-sel lemak atau adiposit. Sel-sel ini dapat tersebar
sendiri-sendiri atau berupa kelompok di dalam jaringan ikat iregular atau longgar, sering dalam kelompok besar tempat
sel-sel ini menjadi komponen utama jaringan
adiposa. Jaringan lemak banyak ditemukan pada daerah subkutan. Hal ini
dinyatakan oleh Mescher (2011) bahwa lapisan tersebut, yang juga disebut
hipodermis atau fascia superficialis,
sering mengandung sel-sel lemak yang jumlahnya bervariasi sesuai daerah fubuh
dan ukuran yang bervariasi. Berdasarkan teori penunjang tersebut, dapat
dikatakan bahwa praprata tersebut mencakup dua lapisan kulit yaitu kulit dermis
dan hipodermis (subkutan). Selain itu, dinyatakan juga oleh Chaeri (2008) bahwa
jaringan ikat khusus lemak dibangun oleh banyak sel lemak, di antara sel
tersebut masih terdapat sel fibroblast dan makrofag, serabut kolagen dan
elastin. Terdapat preparat kulit ketiak manusia/Homo sapiens, lapisan hipodermis
(subcutis). Terdapat juga di
sepanjang kapiler darah, Mesenterium
(jaringan penggantung organ jeroan/viscera), sumsum tulang.
Jaringan
adiposa terbagi menjadi dua jenis jaringan adiposa berdasarkan cirri warnanya,
yaitu warna jaringan adiposa yang berwarna putih dan jaringan adiposa yang
berwarna warna cokelat. Menurut Mescher (2011) jaringan adipose putih, jenis yang tersering, terdiri
atas sel-sel yang mengandung satu tetes
(droplet) lemak kuning-keputihan
berukuran besar di bagian tengah di
sitoplasmanya bila berkembang sempurna. Jaringan adiposa
cokelat, terdiri atas sel-sel
yang mengandung banyak tetes lipid di antara sejumlah besar mitokondria, yang
membuat sel ini tampak lebih gelap. Kedua jenis jaringan adiposa tersebut
mendapatkan suplai darah dalam jumlah yang besar. Mengacu pada teori penunjang
tersebut, dapat dipastikan bahwa jaringan adiposa yang terdapat dalam preparat
kulit mamalia tersebut ialah tergolong jaringan adiposa berwarna putih. Hal ini
juga didasarkan pada warna yang teramati pada pengamatan.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang
diperoleh dari laporan kali ini ialah :
1.
Pada
preparat kulit mamalia teridentifikasi jaringan ikat tak beraturan dan jaringan
adiposa putih. Jaringan ikat padat tak beraturan memiliki ciri-ciri yaitu
tersusun atas sel-sel dan serabut-serabut secara rapat tetapi
serabut-serabutnya tersusun tidak teratur. Jaringan adiposa putih memiliki
ciri-ciri yaitu tersusun atas sel-sel dengan bentuk cenderung bulat dan besar
secara rapat serta berwarna kuning-keputihan.
2.
Struktur
histologi jaringan ikat padat tak beraturan ialah tersusun atas serabut-serabut
kolagen yang tersusun rapat dan tidak teratur. Dan struktur histologi jaringan
adiposa putih ialah tersusun atas sel-sel tetes minyak (fat droplet) yang tersusun rapat.
B.
Saran
Saran
yang dapat disampaikan oleh praktikan ialah untuk perlu dilakukannya praktikum
kembali untuk mengidentifikasi struktur histologi jaringan ikat pada preparat
penampang melintang lainnya, seperti preparat penampang melintang jaringan
mesenkim, preparat penampang
melintang jaringan areolar, preparat penampang melintang retikulum dan
lain-lain. Dengan dilakukannya
praktikum kembali dapat menambah wawasan serta pengetahuan praktikan akan struktur
jaringan ikat dari berbagai organ.
DAFTAR PUSTAKA
Ariebowo
Moekti, Fictor Ferdinand P. 2009. Praktis
Belajar Biologi : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program
Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Bakhtiar,
Suaha. 2009. Biologi : Untuk SMA dan MA
Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Chaeri, Ahmad., Kusbiyanto dan Priyo
Susatyo. 2008. Modul 2 : Jaringan Hewan. Universitas
Terbuka. Tangerang
Diastuti,
Reni. 2009. Biologi 2 : Untuk SMA/MA
Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Hanum,
Eva L., Widi P., Tintin A., Ida H., Riana Y., dan Dian P. 2009. Biologi 2 Kelas XI SMA dan MA. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Kistinnah,
Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi
Makhluk Hidup dan Lingkungannya : Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas
Edisi Ke-12. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Purnomo., Sudjino., Trijoko., dan Suwarno H. 2009. Biologi Kelas XI : Untuk SMA dan MA. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
LAMPIRAN
Penampang Melintang Kulit
Mamalia Pembersaran 40x, Terlihat Serabut Jaringan Ikat dan Sel Adiposa
|
Penampang Melintang Kulit Mamalia Pembersaran 10x, Terlihat Jaringan
Ikat dan Adipos
|
0 Response to "LAPORAN JARINGAN IKAT"
Post a Comment