Lettori fissi

LAPORAN JARINGAN IKAT

Related



DOWNLOAD FILE DISINI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu Jaringan Ikat. 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Mulyadi Maruni, S.Pd dan  Bapak Rijal, AMAK., S.ST selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Sitohistoteknologi yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2017

  Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ..……...……………………………………………………    ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ………….…………………………………..   1
A.       Latar Belakang ………………………………………………...…....    1
B.        Tujuan ………………………………………………………………     2
C.        Manfaat ……………………………………………………………..    2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ……..……………………………….     3
A.       Jaringan ….…………………….……………..……….……………     3
B.        Jaringan Ikat …………..…………………………………………....     3
a.       Matriks …………………………………………………………     4
b.      Sel-sel Jaringan Ikat ……………………………………………     5
C.        Macam-Macam Jaringan Ikat ….…………………….……………..     8
a.       Jaringan Pengikat ………………………………………………     8
b.      Jaringan Penghubung Khusus ………………………………….     10
c.       Jaringan Penguat ………….…………………………………….    12
d.      Jaringan Hematopoietik ……………………………..…………      16
BAB III METODE KERJA ……………………………………………      21       
A.    Pra Analitik ………………………………………………………..      21
B.     Analitik ……………………….…………………………………...       21
C.     Pasca Analitik ……….…………………………………………….       21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ………………………………...     21
A.    Hasil ………..………………………………………………………       21
B.     Pembahasan …….………………………………………………….       21
BAB V PENUTUP ………………………………….………………….     26
A.       Kesimpulan ………………………………………………………...      26
B.        Saran ……………………………………………………………….      26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR

Gambar II.I
Jaringan Ikat Longgar …….…………………………………
8
Gambar II.II
Jaringan Ikat Beraturan ………………………..……….
9
Gambar II.III
Jaringan Ikat Padat Tak Beraturan …………………..…
10
Gambar II.IV
Jaringan Adiposa ………………………………..….…..
10
Gambar II.V
Jaringan Retikuler ………………………………………
11
Gambar II.VI
Jaringan Mukosa ……………………………..…………
12
Gambar II.VII
Kartilago Hialin ……………….………………………..
13
Gambar II.VIII
Kartilago Fibrosa ……………………………………….
13
Gambar II.IX
Kartilago Elastis ………………………………………...
14
Gambar II.X
Tulang Kompak …………………………………………
15
Gambar II.XI
Tulang Spons ……………………………………………
16
Gambar II.XII
Kiri) Sel Darah Merah. Kanan) Rouleaux Eritrosit ……..
17
Gambar II.XIII
Leukosit Granulosit dan Agranulosit ……………………
18
Gambar II.XIV
Kiri) Trombosit pada Apusan. Kanan) Ultrastruktural Trombosit ……………………………………………….


19



DAFTAR TABEL

Tabel IV.I
Hasil Pengamatan …………….…….……………...……
22


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel-sel yang merupakan suatu unit struktural dan fungsional terkecil makhluk hidup. Sel-sel tersebut kemudian berdiferensiasi yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel yang didasarkan pada bentuknya. Setelah berdiferensiasi kemudian berspesialisasi yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel yang memiliki fungsi tertentu. Oleh sebab itu, dari proses diferensiasi dan spesialisasi sel terbentuklah jaringan.
Tingkat selanjutnya setelah sel adalah jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama. Menurut Hanum, dkk (2009) pada hewan termasuk manusia terdapat dua kelompok jaringan, yaitu jaringan benih (germinal) dan jaringan tubuh (somatis). Jaringan benih (germinal), aktif membelah diri untuk menghasilkan benih baru. Jaringan tubuh (somatis), terdapat pada tubuh hewan atau manusia selama hidupnya. Jaringan somatis meliputi jaringan epitel, jaringan ikat,  jaringan otot, dan jaringan saraf.
Kulit manusia dan mamalia lainnya memiliki lapisan-lapisan dimana tiap lapisannya memilki jenis jaringan yang berbeda, misalnya pada jaringan dermis yang tersusun dari jaringan ikat. Menurut Mescher (2011) berbagai jenis jaringan ikat membentuk dan mempertahankan bentuk organ dalam tubuh. Fungsi mekanisnya adalah menyediakan matriks yang menghubungkan dan mengikat jaringan dan sel-sel lain pada organ dan memberikan penyangga metabolik bagi sel sebagai medium untuk difusi nutrien dan produk  limbah. Berbagai macam dan jenis jaringan ikat di tubuh mencerminkan keragaman komposisi dan jumlah sel, serat, dan substansi dasar, yang bersama-sama  menyebabkan adanya perbedaan struktur, fungsi, dan patologi di jaringan ikat.
Jaringan ikat bertindak sebagai pengikat, penghubung dan penyokong antar jaringan yang ada dalam tubuh. Sehingga jaringan pengikat mempunyai kerapatan sel yang longgar dan sel-selnya tersebar di antara matriks-matriks ekstraseluler. Matriks tersusun dari serabut yang diselubungi oleh media dasar yang bisa berupa cairan, gel, ataupun padat. Kebanyakan matriks-matriks tersebut disekresikan oleh sel-sel pengikat itu sendiri. Oleh karena itu, keberadaan jaringan ikat tersebar pada seluruh struktur dalam tubuh.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini ialah :
1.      Agar mahasiswa dapat memahami ciri-ciri jaringan pengikat melalui pengamatan preparat histologi.
2.      Agar mahasiswa dapat mempelajari struktur histologi macam-macam jaringan pengikat.
C.     Manfaat
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini ialah :
1.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai ciri-ciri jaringan pengikat melalui pengamatan preparat histologi.
2.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai struktur histologi macam-macam jaringan pengikat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Jaringan
Jaringan terbentuk dari beberapa sel hasil proses diferensiasi, kemudian mengalami proses spesialisasi. Proses diferensiasi, yaitu proses perbanyakan sel melalui fungsi reproduksi sel, sedangkan proses spesialisasi merupakan proses lanjut dari diferensiasi sebagai proses perubahan bentuk dan fungsi. Sel-sel yang bentuk dan fungsinya sama selanjutnya akan berkelompok menjadi satu kesatuan membentuk jaringan. Secara umum tubuh hewan maupun organism lainnya tersusun atas empat macam jaringan dasar, antara lain (Bakhtiar, 2011):
1.      Jaringan epitelium terletak pada permukaan tubuh, berfungsi sebagai penutup permukaan luar tubuh dan pembatas organ tubuh yang berbentuk saluran atau rongga.
2.      Jaringan ikat, merupakan jaringan yang memiliki fungsi untuk mengikat atau menyokong bagian-bagian tubuh.
3.      Jaringan otot, berfungsi untuk menggerakkan seluruh bagian anggota tubuh.
4.      Jaringan saraf, berfungsi untuk menerima dan merespons adanya rangsang serta menyampaikan rangsang (impuls) ke pusat saraf serta ke bagian tubuh yang lain.
B.     Jaringan Ikat
Sesuai dengan namanya, jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong, serta penghubung satu jaringan dengan jaringan yang lainnya. Jaringan ikat tidak terdapat pada permukaan luar tubuh. Jaringan ikat mengandung banyak pembuluh darah, kecuali pada tulang rawan. Berbeda dengan sel epitel, populasi sel-sel jaringan ikat lebih jarang dan menyebar di dalam matriks. Pada umumnya, matriks terdiri atas jaringan-jaringan serabut yang melekat dalam bahan dasar berupa cairan, gel, atau solid (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Jaringan ikat memiliki variasi yang sangat luas berdasarkan bentuk, letak, dan strukturnya. Fungsi utamanya sebagai penghubung antarjaringan, penunjang tubuh (tulang, tulang rawan) berperan dalam proses pengaturan suhu tubuh, mekanisme pertahanan, dan regenerasi. Pada awal perkembangan embrio, ektoderma, dan entoderma dipisahkan oleh lapis benih ketiga, yaitu mesoderma. Jaringan yang dibentuk oleh sel-sel lapisan ini dikenal sebagai mesenkim (mesos = tengah; encyma = pemasukan atau penyusupan). Jaringan ikat embrionik disebut pula mesenkim. Jadi, semua jaringan ikat pada hewan dewasa berkembang dari mesenkim. Jaringan-jaringan penyokong tubuh, termasuk jaringan ikat sejati, tulang rawan, tulang, dan darah juga berkembang dari mesenkim. Mesenkim berupa jaringan spongiosa longgar yang khas pada awal kehidupan embrio dan banyak ditemukan sebagai pembungkus di antara bagunan-bangunan yang berkembang dari lapisan embrionik yang lain. Jaringan ini terdiri atas sel-sel berbentuk bintang dan kumparan yang membentuk jala-jala serta bahan-bahan interseluler yang tidak berbentuk (amorf) dan mengandung sedikit serat-serat yang bertebaran di sana-sini (Bakhtiar, 2011).
Ciri yang khas dari jaringan ikat, yaitu terdiri atas bahan interseluler (bahan di antara sel) yang disebut matriks. Matriks ini terdiri atas serat-serat dan substansi (bahan) dasar yang bentuknya tidak teratur. Pada jaringan ikat, matriks ini merupakan hasil sekresi sel-sel jaringan ikat. Sel-sel pada jaringan ikat kebanyakan bentuknya tidak teratur. Pada sitoplasmanya terdapat granula dan inti selnya menggelembung. Sel-sel jaringan ikat yang terdapat pada tulang rawan disebut kondrosit, jika terdapat pada tulang disebut osteosit, tetapi apabila terdapat pada jaringan konektif yang longgar maka sel-selnya disebut fibroblast (Bakhtiar, 2011).
a.       Matriks
Matriks tersusun oleh serabut-serabut dan bahan dasar (Purnomo, dkk, 2009).
1.      Serabut
Berdasarkan bentuk dan reaksi kimianya, Serabut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut retikular.

a)      Serabut Kolagen
Serabut kolagen mempunyai daya elastisitas rendah, daya regang sangat tinggi, berwarna putih, dan bentuknya berupa berkas-berkas beragam. Serabut kolagen terdapat pada tendon (penghubung otot dengan tulang) dan jaringan pengikat longgar.
b)      Serabut Elastin
Serabut elastin mempunyai elastisitas tinggi, berwarna kuning, lebih tipis dari serabut kolagen, dan bentuknya seperti bangunan bercabang-cabang dan tebal. Serabut elastin tersusun oleh protein dan mukopolisakarida. Serabut elastin antara lain terdapat pada pembuluh darah dan ligamen. Elastisitas serabut elastin akan semakin menurun dengan semakin bertambahnya usia seseorang.
c)      Serabut Retikular
Serabut retikular mempunyai daya elastisitas rendah. Hampir sama dengan serabut kolagen, tetapi ukurannya lebih kecil. Serabut ini berperan menghubungkan antara jaringan pengikat dengan jaringan lainnya.
2.      Bahan Dasar
Bahan dasar penyusun matriks berupa bahan homogen setengah cair yang terdiri dari mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat. Matriks bersifat lentur jika asam hialuronatnya tinggi dan akan bersifat kaku jika mukopolisakaridanya tinggi. Bahan dasar yang terdapat dalam sendi bersifat kental, sedangkan yang terdapat dalam tulang punggung bersifat padat (Purnomo, dkk, 2009).
b.      Sel-sel Jaringan Ikat
Sel-sel jaringan ikat banyak ditemukan pada jaringan ikat longgar. Pada jaringan ikat longgar sel-sel jaringan ikat banyak jenisnya. Oleh karena itu, jaringan ikat dibagi dalam dua kelompok, yaitu sel-sel tetap dan sel kelana. Jaringan ikat sel-sel tetap, contohnya fibroblas, makrofag, sel plasma, dan sel lemak. Jaringan ikat yang termasuk sel kelana, yaitu sel-sel yang termasuk sel darah putih seperti limfosit dan leukosit. Berbagai jenis sel yang terdapat pada jaringan ikat longgar melekat pada matriks dan setiap selnya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Berikut akan diuraikan setiap jenis sel yang terdapat pada jaringan ikat (Bakhtiar, 2011).
1.      Sel Tetap Jaringan Ikat
a)      Sel Fibroblast
Fibroblas termasuk golongan sel tetap, dan paling banyak jumlahnya pada jaringan ikat longgar. Fibroblas yang terdapat di antara serabut, bentuknya memanjang, intinya berbentuk runcing dengan sitoplasmanya berwarna pucat. Fibroblas yang aktif banyak terdapat pada hewan muda dan di dalam jaringan ikat yang beregenerasi akibat luka. Pada hewan dewasa, sel pembentuk serabut ini kurang aktif. Fibroblas yang kurang aktif dikenal dengan nama fibrosit. Fungsi fibroblas, yaitu mensekresikan protein yang berbentuk serat.
b)      Makrofag
Nama lain dari makrofag adalah histiosit. Pada jaringan ikat longgar makrofag hampir sama banyaknya dengan fibroblas. Pada umumnya makrofag merupakan sel yang berbentuk tidak beraturan dengan cabang-cabang yang biasanya pendek. Kadang-kadang ada pula yang mempunyai cabang yang langsing dan panjang. Jika dirangsang akibat adanya peradangan di suatu bagian tubuh tertentu, makrofag dapat bergerak aktif dan berpindah tempat. Hal ini dimungkinkan karena makrofag dapat bergerak secara amueboid. Pada saat bergerak secara amueboid, bentuk makrofag tidak teratur, dengan kaki-kaki palsu yang terjulur ke segala arah. Membran plasmanya melipat-lipat dan memiliki tonjolan kecil-kecil. Keadaan permukaan yang demikian itu membantu perluasan,  fagositosis, dan gerakan sel. Intinya lonjong, terkadang berlekuk, dan lebih kecil dari inti fibroblas.
Makrofag banyak ditemukan di dekat pembuluh-pembuluh darah, karena dapat melakukan fagositosis (bergerak dan memakan). Dengan adanya kemampuan berfagositosis, makrofag dapat bertindak sebagai pembersih dengan cara menelan sel darah, sel mati, bakteri, dan benda asing lainnya yang keluar dari pembuluh darah. Fungsi seperti itu erat sekali hubungannya dengan fungsi sistem pertahanan tubuh. Pada saat fagositosis, makrofag dapat mengambil bahan-bahan atau senyawa kimia, bakteri dengan cara  invaginas.
c)      Sel Mastosit (Sel Tiang)
Sel mastosit atau dikenal pula sebagai sel tiang, banyak ditemukan tersebar dalam jaringan ikat longgar . Sering kali sel-sel ini berkelompok di sekitar pembuluh darah. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi sel mastosit untuk menghasilkan heparin dan histamin. Heparin bermanfaat untuk mencegah terjadinya pembekuan darah, sedangkan histamin untuk meningkatkan kemampuan permeabilitas kapiler darah. Sel tiang banyak ditemukan pada jaringan ikat hewan rodentia. Sitoplasma sel tiang berisi granula, bentuk oval tetapi tidak beraturan, kadang mempunyai pseudopodia (kaki semu) yang pendek. Sel tiang juga dapat melakukan pergerakan, tetapi gerakannya lambat.
d)     Sel Lemak
Sel lemak banyak ditemukan dalam keadaan sendiri-sendiri atau berkelompok sepanjang pembuluh darah kecil. Jika berkumpul dalam jumlah yang banyak akan berubah menjadi jaringan lemak (jaringan adiposa). Pada jaringan hewan yang segar, mereka tampak sebagai tetes-tetes minyak yang berkilauan dikelilingi sitoplasma. Jika lemak akan dipakai, lemak itu akan meninggalkan sel sebagai unsur-unsur terlarut dan sel itu akan tampak mengerut.
e)      Sel Plasma
Sel plasma jarang terdapat pada jaringan ikat, tetapi sering terdapat pada membran serosa dan jaringan limfoid. Fungsi utama sel plasma adalah untuk menghasilkan antibodi yang dibuat di dalam retikulum endoplasma granular. Antibodi ini mungkin dilepaskan secara lokal atau ke dalam aliran darah atau mungkin ditampung untuk sementara waktu di dalam kantong-kantong sitoplasma.
2.      Sel Kelana Jaringan Ikat
Bagian yang termasuk sel-sel kelana jaringan ikat, yaitu berbagai jenis sel darah putih. Sel-sel darah putih disebut sebagai sel kelana jaringan ikat, karena sel-sel ini dapat bergerak bebas secara diapedesis di antara darah, limfa, atau jaringan ikat untuk membersihkan patogen yang berupa bakteri, virus, atau protozoa yang menimbulkan penyakit. Sel-sel darah putih terbagi menjadi dua, yaitu sel darah putih bergranula (granulosit) dan yang tidak bergranula (agranulosit). Sel darah putih bergranula, misalnya eosinofil, basofil, dan neutrofil, sedangkan yang tidak bergranula, misalnya limfosit dan monosit (Bakhtiar, 2011).
C.     Macam-Macam Jaringan Ikat
a.       Jaringan Pengikat
1.      Jaringan Ikat Longgar






Gambar II.I Jaringan Ikat Longgar

Jaringan ikat longgar merupakan jaringan ikat yang paling banyak tersebar dalam tubuh hewan vertebrata. Jaringan ini mengikat jaringan epitel dengan jaringan di bawahnya dan menjaga organ-organ pada tempatnya. Selain itu, jaringan berfungsi juga sebagai tempat penyimpanan air, glukosa, dan garam-garam untuk sementara waktu (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Ciri-ciri jaringan ikat longgar adalah sel-selnya jarang dan sebagian jaringannya tersusun atas matriks yang mengandung serabut kolagen dan serabut elastis. Jaringan ikat longgar terdapat di sekitar organ-organ, pembuluh darah, dan saraf. Fungsi jaringan ikat longgar untuk membungkus organ-organ tubuh, pembuluh darah, dan saraf (Diastuti, 2009).
2.      Jaringan Ikat Padat
Jaringan ikat padat disebut juga sebagai jaringan serabut putih, karena terbuat dari serabut kolagen yang putih. Serabut sel pada jaringan ikat padat tersusun rapat dan kompak antara satu dengan yang lain. Jaringan ini tersusun atas serabut-serabut kolagen yang tidak elastis. Contohnya terdapat pada tendon, ujung otot yang melekat pada tulang, dermis kulit, ligamen (jaringan pengikat yang menghubungkan tulang-tulang) (Kistinnah dan Endang, 2009).
Jaringan ikat padat keadaan serat-serat yang menyusunnya berimpitan. Oleh karena itu, jaringan ikat ini diberi nama jaringan ikat padat. Substansi dasar dan sel-sel jaringan ikat yang terkandung pada jaringan ikat padat jika dibandingkan dengan jaringan ikat longgar, hanya sedikit jumlahnya. Jaringan ikat padat berdasarkan susunan serat-serat yang menyusunnya, dibagi menjadi dua macam, yaitu jaringan ikat padat beraturan dan tidak beraturan (Bakhtiar, 2011).
a)      Jaringan Ikat Padat Beraturan
Gambar II.II Jaringan Ikat Beraturan





Jaringan ikat padat ini terdapat pada tempat-tempat yang mengalami tegangan dari satu jurusan, serat-serat tersusun teratur secara paralel. Jaringan ini terdapat pada ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang dan tendon yang menghubungkan otot dengan tulang.
b)      Jaringan Ikat Padat Tak Beraturan
Gambar II.III Jaringan Ikat Padat Tak Beraturan
Jaringan ikat padat ini terdapat pada tempat-tempat yang mengalami tegangan atau kontraksi dari segala arah sehingga serat-seratnya akan berupa berkas teranyam yang arahnya tidak tentu. Jaringan ikat padat seperti ini ditemukan pada bagian dermis kulit dan pembalut tulang.
b.      Jaringan Penghubung Khusus
1.      Jaringan Lemak (Adiposa)






Gambar II.IV Jaringan Adiposa

Nama lain jaringan lemak adalah jaringan adiposa. Jaringan ini terdapat di seluruh tubuh. Fungsinya untuk menyimpan lemak, untuk  cadangan makanan, dan mencegah hilangnya panas secara berlebihan (Diastuti, 2009). Jaringan ini tersusun atas sel-sel lemak. Setiap sel lemak berisi tetes lemak (fat droplet). Jaringan lemak banyak ditemukan di bagian bawah lapisan kulit. Jaringan ini berfungsi sebagai makanan cadangan dan mencegah kehilangan panas berlebih dari tubuh (Ariebowo dan Fictor, 2009).
2.      Jaringan Retikular






Gambar II.V Jaringan Retikuler

Setiap jaringan retikular membentuk jejaring tiga-dimensi halus yang menopang sel di jaringan retikular. Jaringan ikat khusus ini terdiri atas serat retikular dari kolagen tipe III yang dihasilkan oleh  fibroblas khusus yang disebut sel retikular. Serat retikular yang mengalami glikosilasi membentuk kerangka arsitektural yang menciptakan  lingkungan mikro khusus bagi organ hematopoietik dan organ limfoid (sumsum tulang, kelenjar getah bening, dan limpa).  Sel-sel retikulum tersebar di sepanjang kerangka ini dan menutupi sebagian serat-serat retikular dan substansi dasar dengan cabang sitoplasmanya. Sistem trabekular yang berlapiskan sel membentuk  struktur mirip spons,  tempat  sel dan cairan bergerak  bebas. Selain sel retikular, sel-sel sistem  fagosit  mononuklear  tersebar secara  strategis  di sepanjang  trabekula. Sel-sel  tersebut memantau zat yang mengalir  lambat melalui celah-celah mirip sinus dan menyingkirkan benda-benda asing melalui fagositosis (Mescher, 2011).
3.      Jaringan Mukosa
Jaringan mukosa terutama ditemukan di tali pusat (korda umbilikalis) dan jaringan janin. Jaringan mukosa memiliki banyak substansi dasar yang terutama terdiri atas asam hialuronat, yang membuatnya menjadi jaringan mirip jeli yang mengandung sangat sedikit serat kolagen dengan sebaran fibroblas. Jaringan mukosa merupakan komponen utama tali pusat, yang disebut Wharton's jelly. Bentuk jaringan ikat serupa juga ditemukan di dalam pulpa gigi yang masih muda (Mescher, 2011).





Gambar II.VI Jaringan Mukosa
c.       Jaringan Penguat
1.      Jaringan Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan adalah bentuk jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai penunjang (penyokong). Jaringannya terdiri dari sel-sel yang disebut kondrosit, serabut, dan matriks yang memiliki daya regang. Di dalam bahan interselulernya terdapat jalinan serabut kolagen dan elastik. Bahan dasarnya yang kuat dan kenyal mampu menahan beban (Bakhtiar, 2011).
Jaringan tulang rawan mempunyai banyak matriks dan bersifat lentur yang disebut kondrin. Pada anak-anak, tulang rawan berasal dari jaringan mesenkim, tetapi pada orang dewasa dibentuk oleh perikondrium yang banyak mengandung sel pembentuk tulang  rawan (kondrosit). Sel-sel tulang  rawan ini terletak di dalam suatu rongga kecil yang disebut lakuna (Kistinnah dan Endang, 2009).
Matriks jaringan tulang rawan terdiri atas kondrin, yaitu zat jernih seperti kanji yang terbuat dari mukopolisakarida dan fosfat. Oleh karena itu, sel tulang rawan disebut  kondrosit. Kondrosit berfungsi mensintesis dan mempertahankan matriks yang mengandung serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut fibrosa. Kondrin dihasilkan oleh sel kondroblast yang terletak pada lakuna. Tulang rawan selalu terbungkus oleh membran perikondrium karena masih bersifat lunak. Tulang rawan berfungsi sebagai rangka tubuh pada awal embrio, menunjang jaringan lunak dan organ dalam, serta melicinkan permukaan tulang dan sendi. Tulang rawan tidak mempunyai saraf dan pembuluh darah (Purnomo, dkk, 2009).
Jaringan tulang rawan (kartilago) terdiri atas kartilago hialin, kartilago fibrosa, dan kartilago elastik (Purnomo, dkk, 2009).
a)      Kartilago Hialin

Gambar II.VII Kartilago Hialin
Kartilago hialin mengandung serabut kolagen yang halus, berwarna putih kebiru-biruan, dan tembus cahaya. Kartilago hialin terdapat pada ujung tulang keras, cakram epifisis, persendian, dan saluran pernapasan (dari hidung sampai dengan bronkus). Kartilago hialin berfungsi untuk memberi kekuatan, menyokong rangka embrionik, menyokong bagian tertentu rangka dewasa, dan membantu pergerakan persendian.
b)      Kartilago Fibrosa

Gambar II.VIII Kartilago Fibrosa
Kartilago fibrosa mengandung serabut kolagen yang padat dan kasar sehingga matriksnya berwarna gelap dan keruh. Kartilago fibrosa terdapat pada ruas-ruas tulang belakang, simfisis pubis, dan persendian. Kartilago fibrosa berfungsi untuk menyokong dan melindungi bagian di dalamnya.
c)     
Gambar II.IX Kartilago Elastis
Kartilago Elastis

Kartilago elastis mengandung serabut elastis dan serabut kolagen. Matriksnya berwarna keruh kekuning-kuningan. Kartilago ini lebih elastis dari kartilago yang lain sehingga mudah pulih posisinya. Kartilago ini terdapat di epiglotis, daun telinga, dan bronkiolus. Kartilago elastis berfungsi untuk memberi fleksibilitas dan sebagai penyokong.
2.      Jaringan Tulang Sejati (Osteon)
Jaringan tulang sejati ini tersusun oleh sel-sel tulang yang disebut osteosit. Matriksnya padat dan banyak terjadi pengapuran, antara lain kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Proses pengapuran ini disebut  kalsifikasi. Jaringan tulang ini banyak terdapat di dalam tubuh menyusun rangka. Fungsinya adalah melindungi organ-organ tubuh dalam yang lemah dan mengikat otot-otot (Kistinnah dan Endang, 2009).
Sel-sel pembentuk tulang disebut osteosit. Osteosit pada pertumbuhan awal tulang berasal dari osteoblas, osteosit terdapat di dalam lakuna. Osteosit yang satu dengan yang lain pada tulang dihubungkan oleh suatu saluran yang disebut kanalikuli. Matriks atau bahan pembentuk tulang adalah serat kolagen dan garam-garam mineral yang terdiri dari kalsium fosfat (85%), kalsium karbonat (10%), dan sejumlah kecil kalsium florida dan magnesium florida. Serat-serat kolagen berfungsi untuk menambah kekuatan terhadap tulang. Garam-garam mineral pembentuk tulang tersebut inilah yang menyebabkan tulang bersifat keras sehingga lebih keras jika dibandingkan dengan keadaan pada tulang rawan (Bakhtiar, 2011).
Endapan garam mineral menyusun dan melingkari bagian  pusat tulang sehingga membentuk pita melingkar disebut lamela. Pada batas lamela terdapat lakuna yang di dalamnya terdapat osteosit (sel tulang). Setiap tulang dibungkus oleh periosteum, yaitu jaringan pengikat fibrosa yang berbentuk lembaran pipih dan liat. Lapisan dalam dilapisi oleh endosteum. Berdasarkan susunan matriksnya, jaringan tulang dibedakan menjadi tulang keras atau tulang kompak dan tulang berongga atau tulang spons (Purnomo, dkk, 2009).
a)      Tulang Kompak






Gambar II.X Tulang Kompak

Pada tulang kompak terdapat matriks yang banyak, rapat, dan padat. Contoh dapat dijumpai pada tulang-tulang pipa. Substansi mineral disimpan dalam lapisan tipis yang disebut lamela. Struktur mikroskopis tulang panjang menunjukkan adanya saluran-saluran memanjang yang saling berhubungan yang disebut Kanalis Havers. Havers terdiri atas lamella-lamella yang tersusun melingkari suatu saluran, yang di tengahnya terdapat pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah inilah yang menyuplai makanan kepada sel-sel tulang (Kistinnah dan Endang, 2009).


b)      Tulang Spons (Bunga Karang)

Gambar II.XI Tulang Spons
Tulang spons (bunga karang) memiliki matriks yang mengandung lebih sedikit bahan anorganik (60-65%) dibandingkan dengan tulang kompak. Matriksnya berongga, berisi sumsum merah yang memproduksi sel-sel darah. Tulang spons terdapat pada epifisis tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek (Kistinnah dan Endang, 2009).
d.      Jaringan Hematopoietik
1.      Plasma Darah
Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat  antibodi. Plasma darah terdiri atas air dan  protein darah (4%  albumin, 2,7%  globulin, dan 0,3%  fibrinogen). Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen). Zat antibodi adalah senyawa gama globulin yang terdapat dalam plasma darah dan berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh (Diastuti, 2009).


2.      Sel Korpuskuler
a)      Sel Darah Merah (Eritrosit)
Eritosit (erythro = merah, cyto = sel) tidak memiliki inti sel dan berbentuk bikonkaf sehingga memiliki luas permukaan yang besar. Pria rata-rata mempunyai eritrosit ± 5 juta per mm3 darahnya, sedangkan wanita mempunyai eritrosit ± 4,5 juta per mm3 darahnya. Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu sebuah molekul kompleks dari protein dan molekul besi (Fe). Setiap molekul hemoglobin dapat berikatan dengan empat molekul oksigen. Oksigen diperoleh ketika sel darah melewati kapiler-kapiler alveolus di paru-paru. Hemoglobin kurang reaktif terhadap molekul karbon dioksida. Oleh karena itu, karbon dioksida yang diperoleh dari sel lebih banyak larut dalam plasma darah (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Gambar II.XII Kiri) Sel Darah Merah. Kanan) Rouleaux Eritrosit
Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen akan berwarna merah cerah. Adapun hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen, berwarna merah gelap atau kebiru-biruan. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang. Misalnya, di tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki atas, dan tulang pinggul. Sel darah merah tidak mempunyai inti sel sehingga sel darah merah tidak dapat hidup lama. Sel darah merah hanya dapat hidup sekitar 120 hari. Setiap detik lebih kurang 2 juta sel darah merah dalam tubuh kita mati dan digantikan oleh yang baru. Sel darah yang mati atau rusak dikeluarkan dari sistem peredaran darah. Kemudian, masuk ke hati atau limfa untuk dipecah. Zat besi yang dikandung sel darah tersebut kemudian diangkut darah menuju sumsum tulang untuk dirakit kembali menjadi molekul hemoglobin yang baru hingga akhirnya terbentuk sel darah yang baru. Walaupun proses daur ulang tersebut memiliki nilai efisiensi yang tinggi, ada sebagian kecil zat besi yang dibuang dan harus digantikan melalui makanan (Ariebowo dan Fictor, 2009).
b)      Sel Darah Putih (Leukosit)
Gambar II.XIII Leukosit Granulosit dan Agranulosit
Sel darah putih bentuknya tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sumsum merah, dan kelenjar limpa. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 - 9000 sel/cc darah. Leukosit berumur 12 hari.  Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit penyakit/benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar  pembuluh darah. Jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Kemampuan leukosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut diapedesis. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi, misalnya radang paru-paru (Diastuti, 2009).

Leukosit memiliki satu nukleus, bening (tidak berwarna), dan gerakannya mirip dengan Amoeba disebut gerak  amuboid. Jumlah leukosit di dalam darah dapat berkurang atau bertambah. Berkurangnya jumlah leukosit sampai di bawah 6.000 sel/cc darah disebut leukopeni. Sedangkan bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal di atas 9.000 sel/cc darah disebut leukositosis (Diastuti, 2009).
Sel darah putih berdasarkan karakteristik sitoplasmanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula. Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil adalah sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat netral. Sementara itu, eosinofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat asam, sedangkan basofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat basa. Sementara itu, agranulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula, terdiri atas  limfosit dan monosit. Limfosit dinamai demikian karena sel ini terdapat juga pada cairan limfa. Adapun monosit merupakan sel darah putih yang berukuran besar (Ariebowo dan Fictor, 2009).
c)      Trombosit






Gambar II.XIV Kiri) Trombosit pada Apusan. Kanan) Ultrastruktural Trombosit
Keping-keping darah (trombosit) merupakan fragmen-fragmen besar sel yang disebut megakariosit. Jadi, keping-keping darah bukan merupakan satu sel yang utuh. Seperti sel darah merah, keping-keping darah tidak mempunyai inti sel dan masa hidupnya pun pendek, yaitu sekitar 10–12 hari. Keping-keping darah berperan dalam proses penghentian pendarahan. Penghentian pendarahan adalah proses yang kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain dalam plasma darah kontak dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh darah yang rusak atau terluka. Ketika ada permukaan yang terbuka pada pembuluh darah yang terluka, keping-keping darah segera menempel dan menutupi  permukaan yang terbuka tersebut. Keping-keping darah yang menempel, faktor lain, dan jaringan yang terluka memicu pengaktifan  trombin, sebuah enzim, dari protrombin dalam plasma darah. Trombin yang terbentuk akan mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin (Ariebowo dan Fictor, 2009).






BAB III
METODE KERJA
A.    Pra Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap pra analitik ialah sebagai berikut :
1.      Gunakan alat pelindung diri (APD).
2.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.      Alat-alat yang akan digunakan ialah sebagai berikut :
a.       Mikroskop
b.      Proyektor
4.      Bahan-bahan yang digunakan ialah sebagai berikut :
a.       Preparat penampang melintang kulit mamalia
B.     Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap analitik ialah sebagai berikut :
1.      Letakkan preparat pada mikroskop. Di amati dengan pembesaran 10-40x.
2.      Pada preparat penampang melintang kulit mamalia, identifikasi tipe jaringan ikat yang ada pada kulit mamalia tersebut.
C.     Pasca Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap pasca analitik ialah sebagai berikut :
1.      Baca hasil pengamatan.
2.      Interpretasikan hasil yang diperoleh.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
      Berdasarkan pengamatan preparat penampang melintang kulit mamalia, hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut :
Preparat
Pembesaran 10x
Pembesaran 40x
Penampang Melintang Kulit Mamalia
Tabel IV.I Hasil Pengamatan
B.     Pembahasan
 Jaringan ikat merupakan jaringan yang berperan dalam menghubungkan, mengikat, dan menyokong antara satu jaringan dengan jaringan lainnya. Selain berperan dalam menghubungan antarjaringan, jaringan ikat juga berfungsi untuk membungkus organ-organ, mengisi rongga di antara organ-organ, dan menghasilkan imunitas.
Berbeda dengan jaringan epitel, jaringan ikat disusun atas sel, serabut dan substansi dasar. Sel-sel yang menyusun jaringan ikat menurut Bakhtiar (2011) terdiri atas sel plasma, sel fibroblast, sel lemak, sel mastosit dan makrofag. Serabut-serabut yang menyusun jaringan ikat disebut matriks, menurut Bakhtiar (2011) terdiri atas serabut kolagen, serabut elastis dan sebut retikular. Dan substansi dasar atau bahan dasar yang membentuk matriks jaringan ikat menurut Bakhtiar (2011) ialah bahan homogen setengah cair yang terdiri dari mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat.
Pada mamalia, terdapat beberapa macam jaringan ikat. Jaringan ikat yang berfungsi sebagai pengikat atau perekat ialah jaringan ikat longgar dan jaringan ikat padat. Jaringan ikat yang berfungsi sebagai penghubung dengan sifat khusus ialah jaringan lemak (adiposa), jaringan retikuler dan jaringan mukosa (mucous). Jaringan ikan yang berfungsi sebagai penyokong dan penguat antarjaringan ialah jaringan tulang rawan (kartilago) dan jaringan tulang sejati (osteon). Dan jaringan ikat yang berfungsi sebagai hemopoietik ialah jaringan darah yang terdiri atas plasma darah dan sel korpuskuler. Sel korpuskuler juga terbagi atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping-keping darah (trombosit). Jaringan-jaringan ikat tersebut dapat ditemukan di bagian tubuh mamalia, misalnya pada kulit.
Menurut Mescher (2011) kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, memiliki  luas permukaan  sebesar 1,5-2 m2 yang terpapar dengan dunia luar. Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang berasal dari ektoderm, dan dermis, suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Taut dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang disebut papila saling mengunci dengan evaginasi epidermis yang disebut eltidermal ridges  (rigi epidermis). Di bawah dermis terdapat hipodermis (Yun. hypo, di bawah  + derma, kulit), atau jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan adiposit. Jaringan subkutan mengikat kulit secara longgar pada jaringan di bawahnya. Berdasarkan teori penunjang tersebut, dapat diketahui bahwa kulit bagian atas (epidermis) tersusun atas jaringan epitel, lapisan kulit bagian tengah (dermis) tersusun atas jaringan ikat padat dan lapisan kulit bagian bawah (subkutan) tersusun atas jaringan ikat longgar.
Menurut Mescher (2011) dermis adalah jaringan ikat yang menunjang  epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis). Ketebalan  dermis bervariasi, bergantung pada daerah tubuh, dan mencapai tebal maksimum  4 mm di daerah  punggung. Permukaan  dermis  sangat  iregular dan memiliki banyak tonjolan (papilla dermis) yang saling mengunci dengan  juluran-juluran epidermis (rabung epidermis). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan preparat melintang kulit mamalia, terdapat jaringan ikat padat dan jaringan lemak (adiposa). Menurut Bakhtiar (2011) jaringan ikat padat keadaan serat-serat yang menyusunnya berimpitan. Oleh karena itu, jaringan ikat ini diberi nama jaringan ikat padat. Jaringan ikat padat berdasarkan susunan serat-serat yang menyusunnya, dibagi menjadi dua macam, yaitu jaringan ikat padat beraturan (regular) dan tidak beraturan (irregular). Jaringan ikat regular memiliki ciri-ciri yaitu tersusun atas serat-serat secara rapi dan teratur, sedangkan jaringan ikat irregular memiliki ciri-ciri yaitu serat-seratnya tersusun dari segala arah sehingga berupa berkas teranyam yang arahnya tidak tentu. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dipastikan bahwa jaringan ikat yang ada pada preparat melintang kulit mamalia ialah tergolong jaringan ikat padat tidak beraturan (irregular).
Jaringan ikat padat tidak beraturan menurut seratnya terbagi atas dua yaitu jaringan ikat padat tidak beraturan serat elastis dan jaringan ikat padat tidak beraturan serat kolagen. Menurut Chaeri (2008) jaringan ikat padat tidak teratur dengan serabut utama kolagen berada pada sediaan kulit  Homo/manusia, terutama di bagian retikulare dermis. Sedangkan, jaringan ikat padat tidak teratur dengan serabut utama elastin dijumpai pada preparat dinding pembuluh darah (arteri, vena) pada lapisan tunica media yang langsung berbatasan dengan lumen, yakni membrana elastica interna dan membrana elastica externa. Berdasarkan teori penunjang tersebut, dapat diketahui bahwa serat penyusun jaringan ikat padat yang diamati ialah tersusun atas serat kolagen.
Pada preparat tersebut juga didapatkan jaringan lemak (adiposa).  Menurut Mescher (2011) jaringan adiposa (lemak) adalah jenis jaringan ikat khusus, yang terutama terdiri atas sel-sel lemak atau adiposit. Sel-sel ini dapat tersebar sendiri-sendiri atau berupa kelompok di dalam jaringan ikat iregular atau  longgar, sering dalam kelompok besar tempat sel-sel ini menjadi komponen  utama jaringan adiposa. Jaringan lemak banyak ditemukan pada daerah subkutan. Hal ini dinyatakan oleh Mescher (2011) bahwa lapisan tersebut, yang juga disebut hipodermis atau fascia superficialis, sering mengandung sel-sel lemak yang jumlahnya bervariasi sesuai daerah fubuh dan ukuran yang bervariasi. Berdasarkan teori penunjang tersebut, dapat dikatakan bahwa praprata tersebut mencakup dua lapisan kulit yaitu kulit dermis dan hipodermis (subkutan). Selain itu, dinyatakan juga oleh Chaeri (2008) bahwa jaringan ikat khusus lemak dibangun oleh banyak sel lemak, di antara sel tersebut masih terdapat sel fibroblast dan makrofag, serabut kolagen dan elastin. Terdapat preparat kulit ketiak manusia/Homo sapiens, lapisan hipodermis  (subcutis). Terdapat juga di sepanjang kapiler darah, Mesenterium  (jaringan penggantung organ jeroan/viscera), sumsum tulang.
Jaringan adiposa terbagi menjadi dua jenis jaringan adiposa berdasarkan cirri warnanya, yaitu warna jaringan adiposa yang berwarna putih dan jaringan adiposa yang berwarna warna cokelat. Menurut Mescher (2011) jaringan  adipose putih, jenis yang tersering, terdiri atas sel-sel yang mengandung satu  tetes (droplet) lemak kuning-keputihan berukuran besar di bagian  tengah di sitoplasmanya  bila berkembang  sempurna. Jaringan  adiposa  cokelat, terdiri  atas sel-sel yang mengandung banyak tetes lipid di antara sejumlah besar mitokondria, yang membuat sel ini tampak lebih gelap. Kedua jenis jaringan adiposa tersebut mendapatkan suplai darah dalam jumlah yang besar. Mengacu pada teori penunjang tersebut, dapat dipastikan bahwa jaringan adiposa yang terdapat dalam preparat kulit mamalia tersebut ialah tergolong jaringan adiposa berwarna putih. Hal ini juga didasarkan pada warna yang teramati pada pengamatan.














BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh dari laporan kali ini ialah :
1.      Pada preparat kulit mamalia teridentifikasi jaringan ikat tak beraturan dan jaringan adiposa putih. Jaringan ikat padat tak beraturan memiliki ciri-ciri yaitu tersusun atas sel-sel dan serabut-serabut secara rapat tetapi serabut-serabutnya tersusun tidak teratur. Jaringan adiposa putih memiliki ciri-ciri yaitu tersusun atas sel-sel dengan bentuk cenderung bulat dan besar secara rapat serta berwarna kuning-keputihan.
2.      Struktur histologi jaringan ikat padat tak beraturan ialah tersusun atas serabut-serabut kolagen yang tersusun rapat dan tidak teratur. Dan struktur histologi jaringan adiposa putih ialah tersusun atas sel-sel tetes minyak (fat droplet) yang tersusun rapat.
B.     Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh praktikan ialah untuk perlu dilakukannya praktikum kembali untuk mengidentifikasi struktur histologi jaringan ikat pada preparat penampang melintang lainnya, seperti preparat penampang melintang jaringan mesenkim, preparat penampang melintang jaringan areolar, preparat penampang melintang retikulum dan lain-lain. Dengan dilakukannya praktikum kembali dapat menambah wawasan serta pengetahuan praktikan akan struktur jaringan ikat dari berbagai organ.
DAFTAR PUSTAKA
Ariebowo Moekti, Fictor Ferdinand P. 2009. Praktis Belajar Biologi : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Bakhtiar, Suaha. 2009. Biologi : Untuk SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Chaeri, Ahmad., Kusbiyanto dan Priyo Susatyo. 2008. Modul 2 : Jaringan Hewan. Universitas Terbuka. Tangerang
Diastuti, Reni. 2009. Biologi 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Hanum, Eva L., Widi P., Tintin A., Ida H., Riana Y., dan Dian P. 2009. Biologi 2 Kelas XI SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya : Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas Edisi Ke-12. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Purnomo., Sudjino., Trijoko., dan Suwarno H. 2009. Biologi Kelas XI : Untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta



LAMPIRAN
Penampang Melintang Kulit Mamalia Pembersaran 40x, Terlihat Serabut Jaringan Ikat dan Sel Adiposa
Penampang Melintang Kulit Mamalia Pembersaran 10x, Terlihat Jaringan Ikat dan Adipos










Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN JARINGAN IKAT"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel