Lettori fissi

LAPORAN ANALISIS PH, ASIDITAS DAN ALKALINITAS

Related


DOWNLOAD FILE DISINI

LAPORAN
ANALISA KIMIA AIR
ANALISIS PH, ASIDITAS DAN ALKALINITAS


DISUSUN OLEH
NAMA          : WAHYU MUBAROQH HASAN
NPM             : 85AK16028
PRODI         : DIII ANALIS KESEHATAN



PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
 STIKES BINA MANDIRI
GORONTALO
2017



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu Analisis pH, Asiditas dan Alkalinitas “.  Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. yang  telah membawakan ajaran Islam yang dengannya dapat mengantarkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Dede Sutriono, S.Si dan Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Analisa Kimia Air yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2018

  Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ..……...……………………………………………………    ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     iv
BAB I  PENDAHULUAN  ………….…………………………………..   1
1.1.   Latar Belakang ………………………………………………...…....    1
1.2.   Tujuan  ………………………………………………………………    2
1.3.   Manfaat ……………………………………………………………..    2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ……………………………………….   3
2.1.   Pengertian Air  ………………………………...……….……………   3
2.2.   Karakteristik Air ………………………………………………….....    3
2.3.   Sumber Air …………………………………………...……………..    4
2.3.1.      Air Permukaan ………………………………………………    5
2.3.2.      Air Tanah ………………………..………………………….     5
2.3.3.      Air Angkasa ………………………………………………...    6
2.4.   Kualitas Air …….…………………………………...………………    6
2.4.1.      Kualitas Biologi  …………….……………………………...     6
2.4.2.      Kualitas Fisik  ………………………………………………     7
2.4.3.      Kualitas Kimia …..………………………………………….     7
2.5.   Derajat Keasaman (pH) ………………..……………………………    7
2.6.   Asiditas ……………….……………………………………………..   8
2.6.1.      Asiditas Total (Asiditas Phenophtalein) ..…………………..     8
2.6.2.      Asiditas Mineral (Asiditas Metil Orange) …………………..    8
2.7.   Alkalinitas ………………………..…………………………………    25
BAB III METODE KERJA …………………..…………………………    12
3.1.   Alat ..…….…………………………………………………………..    12
3.2.   Bahan …….…………………………………………………………    12
3.3.   Prosedur Kerja ………………………………………………………    12
3.3.1.   Analisis pH …………………………………………………..    12
3.3.2.   Analisis Asiditas ……………………………………………      12
3.3.3.   Analisis Alkalinitas …………………………………………      12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..………………………………   14
4.1.   Hasil ………………………………………………………………..     14
4.2.   Pembahasan .………………………………………………………..     14
BAB V PENUTUP ……………………………………………………..     20
5.1.   Kesimpulan ………………………………………………………...      20
5.2.   Saran ……………………………………………………………….      20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………   21
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III


DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1. Penentuan pH, Asiditas dan Alkalinitas …………………..      14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Air merupakan suatu zat yang sangat berperan dalam kehidupan setiap makhluk hidup. Air merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah namun tidak semua air dapat digunakan untuk kebutuhan hidup manusia. Hal ini dinyatakan oleh Widiyono (2013) bahwa air merupakan elemen yang paling melimpah di atas bumi, yang meliputi 70 persen permukaannya dan berjumlah kira-kira 1.4 ribu juta kilometer kubik. Namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003 persen.
Di Indonesia, kriteria mutu air termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, yaitu kriteria mutu air digolongkan berdasarkan peruntukannya. Air kelas I diperuntukan untuk  air baku air minum. Air kelas II diperuntukan untuk air prasarana/sarana rekreasi. Air kelas III diperuntukan untuk pembudidayaan ikan air tawar dan pertenakan. Dan air kelas IV diperuntukan untuk air yang dapat mengairi pertanaman. Setiap golongan air ini tidak akan terlepas dari upaya penentuan kualitas air. Hal ini dikarenakan setiap air memiliki tingkat kualitas yang berbeda-beda sesuai dengan peranannya.
Dalam hal menentukan kualitas air terdapat pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian tersebut dilakukan berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan. Parameter ini diperlukan untuk upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap sesuai dengan kondisinya. Beberapa diantara parameter tersebut ialah pH, asiditas dan alkalinitas. Parameter pH, asiditas dan alkalinitas ialah berbeda namun memiliki hubungan yang terkait satu sama lain. Menurut Herlambang (2006) tingkat asiditas atau alkalinitas suatu sampel diukur berdasarkan skala pH yang dapat menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tersebut.
Di Gorontalo, sumber air seperti sungai, danau maupun sumur banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sehari-hari baik itu untuk mandi, mencuci, kakus dan lain sebagainya. Tidak jarang pula kegiatan yang dilakukan ialah berdampak negatif bagi makhluk hidup lain. Kegiatan masyarakat ini mempengaruhi parameter-parameter yang terkadung dalam sumber air tersebut. Parameter yang terpengaruhi yaitu derajat keasaman (pH), asiditas dan alkalinitas. Oleh karena itu, dilakukan suatu praktikum untuk menganalisis derajat keasaman (pH), asiditas dan alkalinitas pada sumber air di Gorontalo yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
1.2.   Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kali ini ialah sebagai berikut.
1.      Agar mahasiswa dapat menentukan pH sampel dengan menggunakan pH meter.
2.      Agar mahasiswa dapat menentukan asiditas dan alkalinitas sampel.
1.3.   Manfaat
Adapun manfaat dari laporan kali ini ialah sebagai berikut.
3.      Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam menentukan pH sampel dengan menggunakan pH meter.
4.      Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam menentukan asiditas dan alkalinitas sampel.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Pengertian Air
Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya kehidupan seperti yang ada di bumi. Seluruh organisme sebagian besar tersusun dari air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air.  Air adalah medium yang biologis di bumi ini. Air adalah satu-satunya substansi umum yang ditemukan di alam dalam tiga wujud fisik materi yaitu padat, cair dan gas.Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai pada manusia (Jeprianto, 2014).
2.2.   Karakteristik Air
Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3 air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, (ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologiyang berlangsung secara kontinu. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain yakni, memiliki kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yaitu 0° (32°F) - 100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku  (freezing point)  dan suhu 100°C merupakan titik didih  (boiling point)  air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan ada kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel mahluk hidup adalah air (Jeprianto, 2014).
Perubahan suhu air yang berlangsung lambat memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas  yang besar. Proses inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada saat berkeringat tubuh terasa sejuk dan merupakan penyebab terjadinya penyebaran panas yang baik di bumi. Selain itu air juga merupakan suatu pelarut yang baik, air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, suatu cairan dikatakan memiliki permukaan tegangan yang tinggi jika tekananantar-molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability) (Jeprianto, 2014).
Kepadatan  (density)  air, seperti halnya wujud juga tergantung dari temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada 40°C. Sekalipun demikian, temperatur ini akan mudah berubah, hal ini tampak pada  specific heat air, yakni angka yang menunjukan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air satu derajat celsius. Specific heat bagian air adalah 1/gram/°C, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan  spescific heat lain-lain elemen di alam. Dengan demikian, transfer panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air  terhadap keadaan udara sekitarnya, hal ini sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap gejolak suhu (Jeprianto, 2014).
2.3.   Sumber Air
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi (Limbong, 2008). Dalam siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat diperkirakan kualitas dan kuantitasnya, diantaranya adalah Air permukaan, Air tanah, Air angkasa (Jeprianto, 2014).


2.3.1.   Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni (Limbong, 2008):
1.      Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
2.      Air Rawa/ Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh zat-zat organik yang membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu dan sulit untuk dilakukan.
2.3.2.   Air Tanah
Air tanah adalah air yang meresap kedalam tanah sehingga telah mengalami penyaringan oleh tanah maupun oleh batu-batuan. Jika dibandingkan dengan sumber air yang lain, air tanah lebih baik sehingga air tanah banyak dimanfaatkan sebagai keperluan rumah tangga. Air tanah terbagi dalam beberapa golongan yaitu :
1.      Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses penyerapan air pada permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal ini terdapat dalam kedalaman 15 m. Sebagai sumber air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas adalah baik tetapi tergantung pada musim.
2.      Air Tanah Dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal.  Kualitas dari air tanah dalam lebih baik daripada air tanah dangkal, karena pada air tanah dalam penyaringannya lebih sempurna dan bebas bakteri.
3.      Mata air
Merupakan air yang mengalami penyaringan menembus kedalaman lapisan mineral, dan muncul kepermukaan setelah melewati penyaringan tersebut. Air mengandung logam-logam yang terlarut dan pada umumnya adalah logam mangan yang akan membentuk endapan kuning kecoklatan pada saat air muncul dari permukaan. Sejumlah mata air mengandung pasir-pasir yang menyebabkan kehidupan organisme menjadi sangat rendah. Sebaliknya karbon dioksida menjadi tinggi dan menghasilkan nilai pH yang rendah.
2.3.3.   Air Angkasa
Air angksa merupakan air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Jeprianto, 2014).
2.4.   Kualitas Air
Penentuan kualitas air dapat dilakukan dengan melihat beberapa aspek berikut (Jeprianto, 2014) :
2.4.1.   Kualitas Biologi
Menurut ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI), kualitas air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme dalam air. Jasad-jasad hidup yang mungkin ditemukan dalam sumber-sumber air antara lain golongan bakteri, ganggang, cacing serta plankton. Kehadiran bentuk-bentuk tidak diharapkan dalam air, hal ini dikarenakan berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit di samping pengaruh lain seperti timbulnya rasa dan bau.


2.4.2.   Kualitas Fisik
Karakteristik fisik yang umum dianalisis dalam penentuan kualitas air meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung dalam air seperti lumpur, dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
2.4.3.   Kualitas Kimia
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia yang beracun, perubahan rupa, warna dan rasa, serta reaksi-reaksi yang tidak diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas kimia air minum. Standar kualitas kimia air dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut di dalam air akan memberikan pengaruh-pengaruh negatif, baik dari segi kesehatan maupun dari segi pemakaian lain.
2.5.  Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) adalah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Nilai pH juga merupakan suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Air minum mempunyai pH sebesar 7,0 yang menunjukkan keadaan netral absolut. Nilai-nilai yang lebih kecil dari 7,0 menunjukkan air dalam keadaan asam, sedangkan bila lebih besar dari 7,0 menunjukkan keadaan basah. Sebagian besar air minum memiliki pH sekitar 6,0-9,0. Menurut persyaratan kualitas air minum pH air minum adalah 6,5-8,5 (Usman, 2014).
Derajat keasaman (pH) ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air, derajat keasaman mempunyai nilai antara 1-14 kondisi air normal berkisar antara 6,5-8,5. Pada pH yang kurang dari 6,5 akan menyebabkan air bersifat asam sedangkan pH yang lebih dari 8,5 akan menyebabkan air bersifat basa. Air yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan menyebabkan terbunuhnya mikroorganisme air yang diperlukan, demikian juga makhluk lain seperti ikan tidak dapat hidup. Air yang mempunyai nilai pH rendah menyebabkan air bersifat korosif terhadap bahan konstruksi besi. (Fatoni, 2016). 
Apabila pH lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 mengakibatkan (Fatoni, 2016):
1.      Korosifitas pada pipa-pipa air yang dibuat dari logam.
2.      Beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
3.      Mempengaruhi pertumbuhan mikroba didalam air, karena sebagian besar mikroba akan tumbuh dengan baik pada pH 6,0-8,0.
2.6.  Asiditas
Asiditas adalah kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga menstabilkan pH hingga mencapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH- untuk mencapai pH 8,3 dari pH asal yang rendah. Semua air yang memiliki pH < 8,5 mengandung asiditas (Hidayati, 2012).
Pada dasarnya, asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH. Asiditas melibatkan dua komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah (misalnya asam karbonat dan asam asetat), serta konsentrasi ion hidrogen. Pada dasarnya asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk menetralkan basa sampai pH tertentu, yang dikenal dengan base-neutralizing capacity (BNC); sedangkan pH hanya menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. Pada kebanyakan air alami, air buangan domestik, dan air buangan industri bersifat buffer karena sistem karbondioksida-bikarbonat (Hidayati, 2012).
Pada titrasi beberapa asam lemah, dapat diketahui bahwa titik akhir stoikiometri dari asam karbonat tidak dapat dicapai sampai pH sekitar 8,5. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua air yang memiliki pH < 8,5 mempunyai sifat asiditas. Biasanya titik akhir phenophtalein pada pH 8,2 sampai 8,4 digunakan sebagai titik referensi. Dari titrasi terhadap asam karbonat dan asam kuat, diketahui bahwa asiditas dari air alami disebabkan oleh CO2 yang merupakan agen efektif dalam air yang memiliki pH > 3,7 atau disebabkan oleh asam mineral kuat yang merupakan agen efektif dalam air dengan pH < 3,7. Dapat dikatakan bahwa asiditas di dalam air disebabkan oleh CO2 terlarut dalam air, asam-asam mineral (H2SO4, HCl, HNO3), dan garam dari asam kuat dengan basa lemah (Hidayati, 2012).
Menurut Hidayati (2012), reaksi asiditas yang terjadi ialah sebagai berikut :
Pengawasan keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu (Sahuloka, dkk, 2012) :
1.      Asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5.
2.      Asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 – 8,3.
2.6.1.   Asiditas Total (Asiditas Phenophtalein)
Asiditas total merupakan asiditas yang disebabkan adanya CO2 dan asam mineral. Karbondioksida merupakan komponen normal dalam air alami. Sumber CO2 dalam air dapat berasal dari adsorbsi atmosfer, proses oksidasi biologi materi organik, aktivitas fotosintesis, dan perkolasi air dalam tanah. Karbondioksida dapat masuk ke permukaan air dengan cara adsorbsi dari atmosfer, tetapi hanya dapat terjadi jika konsentrasi CO2 dalam air < kesetimbangan CO2 di atmosfer. Karbondioksida dapat diproduksi dalam air melalui oksidasi biologi dari materi organik, terutama pada air tercemar. Pada beberapa kasus, jika aktivitas fotosintesis dibatasi, konsentrasi CO2 di dalam air dapat melebihi keseimbangan CO2 di atmosfer dan CO2 akan keluar dari air. Air permukaan secara konstan mengadsorpsi atau melepas CO2 untuk menjaga keseimbangan dengan atmosfer. Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di danau dan reservoir biasanya mengandung CO2 dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi ini dihasilkan dari oksidasi materi organik oleh bakteri dimana materi organik ini mengalami kontak dengan air dan pada kondisi ini CO2 tidak bebas untuk keluar ke atmosfer. CO2 merupakan produk akhir dari oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik. Oleh karena itu konsentrasi CO2 tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut (Sahuloka, dkk, 2012).
2.6.2.   Asiditas Mineral (Asiditas Metil Orange)
Asiditas mineral merupakan asiditas yang disebabkan oleh asam mineral. Dapat juga disebut asiditas metil orange karena untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator metil orange untuk mencapai pH 3,7. Asiditas mineral di dalam air dapat berasal dari industri metalurgi, produksi materi organik sintetik, drainase buangan
tambang, dan hidrolisis garam-garam logam berat. Asiditas mineral terdapat di limbah industri, terutama industri metalurgi dan produksi materi organik sintetik. Beberapa air alami juga mengandung asiditas mineral. Kebanyakan dari limbah industri mengandung asam organik. Kehadirannya di alam dapat ditentukan dengan titrasi elektrometrik dan gas chromatografi (Sahuloka, dkk, 2012).
2.7.   Alkalinitas
Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam-asam lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain seperti Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan amonia  (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah sedikit (Limbong, 2008).
Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang menghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak atau permukaan air. Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH)2 (kalsium hidroksida). Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm) (Hidayati, 2012).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai titik akhir methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L sebagai CaCO3. Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH alkalin (pH >7) dan konsentrasi TDS yang tinggi (Hidayati, 2012).
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas merupakan hasil reaksi terpisah dalam larutan dan merupakan analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk mengikat ion positif hingga mencapai pH 4,5. Pada awalnya, alkalinitas adalah gambaran pelapukan batuan yang terdapat pada sistem drainase. Alkalinitas dihasilkan dari karbondioksida dan air yang dapat melarutkan sedimen batuan karbonat menjadi bikarbonat (Hidayati, 2012).
Menurut Hidayati (2012), reaksi alkalinitas yang terjadi ialah sebagai berikut :
Pengawasan keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu (Sahuloka, dkk, 2012) :
1.      Alkalinitas sebagai HCO3-, hanya ada dalam air pada pH 4,5 – 8,3.
2.      Alkalinitas sebagai CO32-, hanya ada dalam air pada pH >8,3.
3.      Alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari 10,5.


BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.   Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis pH, asiditas dan alkalinitas ialah pH meter, statif, klem, buret, Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, labu takar, pipet volume, dan ball pipette.
3.2.   Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum analisis pH, asiditas dan alkalinitas ialah sampel air, indikator Phenolphthalein 0,1%, indiator Methyl Orange larutan standar HCl dan NaOH 0,1 N, dan aquadest..
3.3.   Prosedur Kerja
3.3.1     Analisis pH
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Langkah awal, nyalakan alat pH meter. Rendam elektroda dengan aquadest kemudian bersihkan dengan tissue. Selanjutnya celupkan pada buffer yang telah di tetapkan hingga menunjukkan angka buffer. Celupkan kembali pada aquadest. Selanjutnya, celupkan pada sampel air yang ingin diketahui nilai pH nya.
3.3.2     Analisis Asiditas
Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan. Langkah awal, ambil 25 ml sampel air dengan gelas ukur, kemudian masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 3 tetes indikator PP 0,1%. Selanjutnya, titrasi dengan larutan standar NaOH 0,95 N sampai berwarna rose (merah jambu), catat pemakaian NaOH. Selanjutnya tambahkan 3 tetes indikator MO 0,1%, titrasi dengan larutan HCl 0,32 N. Lakukan perhitungan penentuan asiditas :
3.3.3     Analisis Alkalinitas
Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan. Langkah awal, ambil 25 ml sampel air dengan gelas ukur, kemudian masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 3 tetes indikator PP 0,1%. Selanjutnya, titrasi dengan larutan standar HCl 0,32 N sampai tidak berwarna, catat pemakaian HCl. Selanjutnya tambahkan 3 tetes indikator MO 0,1%, titrasi dengan larutan HCl 0,32 N hingga berwarna merah/jingga. Lakukan perhitungan penentuan alkalinitas :


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum analisis pH, asiditas dan alkalinitas ialah sebagai berikut :
Tabel 4.1.1. Penentuan pH, Asiditas dan Alkalinitas
Sampel
pH
Volume NaOH (mL)
Volume HCl (mL)
Kadar CO2 (mg/L)
Kadar HCO3- (mg/L)
Vawal
Vakhir
Vmean
Vawal
Vakhir
Vmean
A
8,00
0,4
0,6
0,5
0,6
0,8
0,7
20,90
13,664
B
7,20
0,6
0,4
0,5
1,6
1,2
1,4
20,90
27,328
C
7,80
0,4
0,3
0,35
1,0
0,5
0,75
14,63
14,640
D
7,89
0,3
0,3
0,3
0,6
0,7
0,65
12,54
12,688
4.2.   Pembahasan
Air merupakan suatu zat yang sangat dibutuh oleh setiap makhluk hidup. Kebutuhan terhadap air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi manusia karena hampir disetiap kegiatan kehidupan manusia dilakukan dengan adanya air, seperti minum, memasak, mencuci, buang air dan sebagainya. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, kriteria kualitas air dibagi menjadi empat kelas yaitu air kelas I yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum. Air kelas II yaitu airr yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air. Air kelas III yaitu air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar dan peternakan. Dan air kelas IV yaitu  air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.
Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya bersifat dinamis mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah. Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya daya rusak air. Hal tersebut menuntut pengelolaan sumber daya air.
Di Gorontalo, terdapat beberapa sumber air baik itu sumber air permukaan maupun sumber air tanah. Sumber tersebut sering digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain sebagainya. Kegiatan masyarakat sekitar tersebut mempengaruhi kualitas air tersebut. Maka dari itu perlu untuk melakukan pengelolaan sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan menguji atau mengukur kualitas air tersebut terhadap parameter-parameter kualitas air karena menurut Gusmewati (2015) parameter kualitas air dipengaruhi oleh tata guna lahan dan intensitas kegiatan manusia di sekitarnya. Beberapa parameter yang sering digunakan dalam pengujian ialah derajat keasaman (pH), asiditas dan alkalinitas. Oleh karena itu, dilakukan praktikum dimana dilakukan analisis terhadap derajat keasaman (pH), asiditas dan alkalinitas yang dilakukan pada sumber air yang berada di Gorontalo. Sampel yang digunakan ialah sampel air Sungai Bone (A), sampel air Sumur Kampung Bugis (B), sampel air Sungai Bypass (C), dan sampel air Sungai di Tangga 2000 (D).
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu pengukuran tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Menurut pernyataan Eriansyah (2014) bahwa pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Pengukuran derajat keasaman dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.  Menurut Gerraldy (2012) pH meter merupakan indikator asam basa yang dapat menentukan derajat keasaman suatu larutan dengan menampilkan nilai pH secara langsung dengan ketelitian tinggi. pH meter ini bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan.
Suatu larutan atau sampel yang memelalui pengukuran nilai pH akan diinterpretasikan oleh alat pH meter menjadi tiga kemungkinan, yaitu apabila hasil interpetasi menunjukkan bahwa sampel memiliki nilai pH kurang dari 7 maka dinyatakan sebagai larutan asam. Apabila hasil interpetasi menunjukkan bahwa sampel memiliki nilai pH sama dengan 7 maka dinyatakan sebagai larutan normal. Dan apabila hasil interpetasi menunjukkan bahwa sampel memiliki nilai pH lebih dari dari 7 maka dinyatakan sebagai larutan basa. Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan nilai pH sampel A ialah 8,00, sampel B, 7,20, sampel C 7,80 dan sampel D 7,89. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, masing-masing sampel yang diambil dari tempat berbeda memiliki kecenderungan yang sama yaitu nilai pH cenderung basa dengan pH cenderung basa yang paling rendah ialah 7,20 dan pH basa paling tinggi ialah 8,00. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kadar maksimum pH yang diperbolehkan ialah 6,5-8,5. Hal ini didukung juga oleh Herlambang (2006) bahwa reaksi kimia banyak dikendalikan oleh nilai pH dan demikian pula aktivitas biologi yang biasanya dibatasi oleh rentang pH yang sangat sempit (pH antara  6 – 8). Air yang terlalu asam atau basa tidak dikehendaki oleh karena akan bersifat korosif atau kemungkinan akan sulit diolah.
Selanjutnya pada sampel dilakukan pengujian asiditas. Menurut Rahma, dkk (2015) asiditas adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan asam dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan keasaman dalam air adalah CO2, asam mineral dan asam humus. Bertolak dari teori tersebut, untuk mengetahui asiditas suatu sampel, maka metode yang digunakan, yaitu  metode  titrasi.  Pada metode titrasi untuk asiditas, larutan standard yang digunakan pada praktikum ialah NaOH 0,95 N dan HCl 0,32 N. Langkah awal dalam melakukan titrasi ialah setiap sampel air di ambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan masing-masing ke dalam 2 erlenmeyer. Tiap sampel air akan dilakukan titrasi sebanyak 2 kali. Sampel air ditambahkan indikator phenolphthalein sebanyak 3 tetes. Kemudian di titrasi dengan NaOH 0,95 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah jambu. Menurut Adam (2007) untuk mengetahui apakah titrasi telah mencapai reaksi yang sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi. Jadi, penggunaan indikator PP 0,1% dimaksudkan untuk dapat mengetahui reaksi titrasi telah sempurna yang ditandai dengan perubahan warna sampel air (titrat) menjadi merah jambu. Perubahan warna sampel menjadi merah jambu menandakan bahwa sampel dalam suasan basa karena indikator phenolphthalein memiliki trayek pH 8,3-10 dimana perubahan warna dari yang tidak berwarna menjadi merah jambu. Kemudian dihitung jumlah NaOH yang digunakan. Selanjutnya sampel air ditambahkan indikator metyl orange sebanyak 3 tetes. Sama halnya dengan penambahan indikator phenolphthalein, indikator metyl orange memiliki fungsi yang sama dengan indikator phenolphthalein namun indikator metyl orange memiliki trayek pH 2-4 dengan perubahan warna dari merah menjadi kuning. Ketika sampel air tersebut ditambahkan dengan indikator MO 0,1% akan terjadi perubahan warna kuning yang menandakan bahwa larutan bersuasana basa. Kemudian dilakukan penitrasian kembali dengan HCl 0,32 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah. Perubahan warna menjadi merah menandakan bahwa sampel dalam suasana asam.
Hasil perhitungan asiditas diperoleh dari perhitungan kadar CO2 bebas yang ada pada sampel air. Menurut Sahuloka, dkk (2012) asiditas dalam air disebabkan oleh karbon dioksida (CO2) asam mineral. Asiditas oleh CO2 dan asam mineral ini ditentukan dengan menggunakan larutan baku asam. Reaksi yang terjadi pada proses titrasi sampel air ialah :
Dari hasil yang diperoleh, nilai asiditas sampel A ialah 20,90 mg/L CO2, sampel B ialah 20,90 mg/L CO2, sampel C ialah 14,63 mg/L CO2 dan sampel D ialah 12,54 mg/L CO2. Batas ambang kadar CO2  air menurut Armilah (2015) yaitu 20 mg/L. Mengacu pada teori penunjang tersebut dapat dipastikan bahwa dua diantara keempat sampel ialah mulai melebih batas ambang sehingga dapat mempengaruhi keadaan sekitar, misalnya menyebabkan perkaratan bahkan merusak pipa-pipa yang ada pada sumber air.
Kegiatan selanjutnya ialah melakukan pengujian alkalinitas. Menurut Fatoni (2016) alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam. Penyusun alkalinitas ialah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-). Untuk mengetahui alkalinitas suatu sampel, maka metode yang digunakan, yaitu  metode  titrasi.  Pada metode titrasi untuk alkalinitas, larutan standard yang digunakan pada praktikum ialah HCl 0,32 N. Langkah awal dalam melakukan titrasi ialah setiap sampel air di ambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan masing-masing ke dalam 2 erlenmeyer. Tiap sampel air akan dilakukan titrasi sebanyak 2 kali. Sampel air ditambahkan indikator phenolphthalein sebanyak 3 tetes. Kemudian di titrasi dengan HCl 0,32 N hingga terjadi perubahan warna menjadi tidak berwarna. Perubahan warna menjadi tidak berwarna menandakan bahwa pH sampel mengalami penurunan hingga mencapai pH 8. Hal ini dikarenakan trayek indicator PP mulai dari 8,3-10 (tidak berwarna sampai merah jambu). Kemudian, dicatat volume HCl yang digunakan, dan lakukan sekali lagi. Setelah itu, sampel ditambahkan dengan indikator methyl orange sebanyak 3 tetes hingga berwarna merah/jingga. Perubahan warna yang terjadi menandakan sampel yang bersuasana basa berubah menjadi suasana asam. Kemudian catat volume HCl yang digunakan dan lakukan perhitungan alkalinitas.
Hasil perhitungan alkalinitas diperoleh dari perhitungan kadar CaCO3. Reaksi yang terjadi pada titrasi ialah sebagai berikut :
Pada praktikum, titrasi yang dilakukan pertama kali tidak menghasilkan reaksi yang sama sesuai dengan reaksi yang diatas. Hal ini menyebabkan nilai sampel tidak bersifat asam. Oleh karena itu, diteruskan pada titrasi kedua dengan perhitungan kadar di dasarkan pada HCO3-. reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut :
Dari hasil yang diperoleh, nilai alkalinitas sampel A ialah 13,664 mg/L HCO3-, sampel B ialah 27,328 mg/L HCO3-, sampel C ialah 14,640 mg/L HCO3-, dan sampel D ialah 12,688 mg/L HCO3-. Batas ambang alkalinitas menurut Armilah (2015) ialah 500 mg/L. Menurut Limbong (2008) apabila kadar total alkalinitasnya melampaui batas yang ditetapkan maka akan mudah terbentuk kerak atau pengendapan. Untuk memastikan agar endapan yang terbentuk tidak melekat pada dinding bagian dalam pipa tetapi bergerak bebas.



BAB V
PENUTUP
5.1.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai analisis pH, asiditas dan alkalinitas, kesimpulan yang diperoleh ialah sebagai berikut :
1.      Penentuan nilai derajat keasaman (pH) suatu sampel air dapat digunakan dengan alat pH meter yaitu instrumen yang dapat menetapkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam air sebagai nilai derajat keasaman (pH).
2.      Penentuan asiditas dilakukan dengan metode titrasi dimana memanfaatkan dua larutan standar yaitu NaOH dan HCl serta perubahan warna didasari pada dua jenis indikator yaitu phenolphthalein dan methylen orange. Sedangkan, penentuan alkalinitas dilakukan dengan metode titrasi dimana memanfaatkan satu larutan standar yaitu HCl serta perubahan warna didasari pada dua jenis indikator yaitu phenolphthalein dan methylen orange.
5.2.   Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu untuk melakukan praktikum kembali. Hal ini diutarakan karena pada praktikum sebelumnya terjadi beberapa kekeliruan seperti pembuatan larutan standard yang seharusnya konsentrasinya 0,1 N berubah menjadi lebih tinggi dari 0,1 N. Hal tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil penentuan asiditas dan alkalinitas sampel air menjadi tidak valid. Selain itu, pihak kampus perlu untuk memperbaiki (revisi) isi buku penuntun praktikum (modul) karena terdapat beberapa kesalahan seperti kesalahan prosedur kerja yang berkaitan langsung dengan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
Adam. 2007. Kimia Analitik. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Armilah, Muhammad Rizky. 2015. Penetapan Asiditas dan Alkalinitas Dalam Sampel Air. Politeknik Negeri Samarinda. Kalimantan Timur

Fatoni, Tahrirul. 2016. Analisis Kualitas Air Dengan Menggunakan Metode Filtrasi Karbon Aktif (Studi Kasus : Air Kali Winongo, Jl. Re Martadinata, Kota Yogyakarta). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta

Gerraldy, Antonius. 2012. Indikator Asam Basa. Tangerang
Gusmaweti. 2015. Analisis Parameter Fisika-Kimia sebagai Salah Satu Penentu Kualitas Perairan Batang Palangki Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Universitas Bung Hatta. Padang
Herlambang, Arie. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penaggulangannya. Pusat Teknologi Lingkungan. Tangerang
Hidayati, Rahmi. 2012. Asiditas. Universitas Andalas. Padang
Jeprianto. 2014. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Tanah Di Sekitar Lokasi Peternakan Babi Desa Tumbang Tahai Dengan Metode MPN Coliform. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangkaraya. Kalimantan Tengah
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas : Analisa Dan Permasalahannya Untuk Air Industri. Universitas Sumetera Utara. Medan
Rahma, Aulia., Luthfi N. R., dan Nasrullah A. M. 2015. Asidi – Alkalinitas. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru
Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sekretariat Negara. Jakarta
Sahuloka, H. I., Rasdy Y., Sri Megawati., Angelina., Ulfa M., Wulantiara D., Wiwit W., Gretsi N. P., Monika U., Edy H., Fitri S. W., dan Aminarti. 2012. Asiditas. Universitas Indonesia Timur. Makassar
Usman. Puspawita Septia. 2014. Analisis Kadar Logam Kromium (Cr) Dan Timbal (Pb) Pada Air Sumur Artesis Daerah Sekitar Pabrik Pengolahan Karet PT. Bangkinang Pekanbaru Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Univeristas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru
Widiyono, Aan. 2013. Air Bagi Kehidupan Manusia. Universitas Negeri Yogyakarta. Jawa Tengah

LAMPIRAN I
Nilai pH Sampel
Percobaan Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel di Tengah Sungai
Analisis pH Sampel Oleh pH meter
Sungai Bone
Pembuatan Alat Pemberat Sederhana
Pengambilan Sampel Air di Tepi















Analisis Alkalinitas Sampel Air
Analisis Asiditas Sampel Air







LAMPIRAN II
SKEMA KERJA
PENENTUAN pH SAMPEL
Sampel Air
 



Masukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 250 ml
Celupkan pH meter ke dalam sampel
Ditunggu hingga beberapa saat.
Interpretasi hasil pengukuran pH
pH < 7
pH > 7
pH = 7
 








PENENTUAN ASIDITAS
Sampel Air
 


Masukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 25 ml
Teteskan sebanyak 3 tetes indikator PP 0,1%
Tidak berwarna
 


Titrasi dengan NaOH 0,95 N
Merah jambu
 


Hentikan titrasi dan catat volume NaOH
Teteskan sebanyak 3 tetes indikator MO 0,1%
Kuning
 


Titrasi dengan HCl 0,32 N
Merah
 


Hentikan titrasi dan catat volume HCl
Lakukan perhitungan Asiditas
Hasil
 



PENENTUAN ALKALINITAS
Sampel Air
 


Masukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 25 ml
Teteskan sebanyak 3 tetes indikator PP 0,1%
Merah Jambu
 


Titrasi dengan HCl 0,32 N
Tidak berwarna
 


Hentikan titrasi dan catat volume HCl
Teteskan sebanyak 3 tetes indikator MO 0,1%
Kuning
 


Titrasi dengan HCl 0,32 N
Merah
 


Hentikan titrasi dan catat volume HCl
Lakukan perhitungan Alkalinitas
Hasil
 



LAMPIRAN III
PERHITUNGAN
PENENTUAN NILAI ASIDITAS
Rumus :
Keterangan :
CO2     = Kadar CO2
Fp        = Faktor Pengencer
VNaOH    = Volume rata-rata NaOH
NNaOH    = Normalitas NaOH
BE       = Berat ekivalen ; v = 1, Mr = 44

Sampel A :
Sampel B :
Sampel C :
Sampel D :
PENENTUAN NILAI ALKALINITAS
Rumus :
Keterangan :
HCO3- = Kadar HCO3-
Fp        = Faktor Pengencer
VHCl      = Volume rata-rata HCl
NHCl      = Normalitas HCl

Sampel A :
Sampel B :
Sampel C :
Sampel D :


Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN ANALISIS PH, ASIDITAS DAN ALKALINITAS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel