Lettori fissi

LAPORAN PENETAPAN KESADAHAN AIR (I)

Related


DOWNLOAD FILE DISINI

LAPORAN
ANALISA KIMIA AIR
PENETAPAN KESADAHAN AIR (I)


DISUSUN OLEH
NAMA          : WAHYU MUBAROQH HASAN
NPM             : 85AK16028
PRODI         : DIII ANALIS KESEHATAN



PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
 STIKES BINA MANDIRI
GORONTALO
2017



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu Penetapan Kesadahan Air (I) “.  Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. yang  telah membawakan ajaran Islam yang dengannya dapat mengantarkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Dede Sutriono, S.Si dan Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Analisa Kimia Air yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      Ayah dan Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2018

  Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ..……...……………………………………………………    ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     iv
BAB I  PENDAHULUAN  ………….…………………………………..   1
1.1.   Latar Belakang ………………………………………………...…....    1
1.2.   Tujuan  ………………………………………………………………    2
1.3.   Manfaat ……………………………………………………………..    2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ……………………………………….   3
2.1.   Pengertian Air  ………………………………...……….……………   3
2.2.   Karakteristik Air ………………………………………………….....    3
2.3.   Sumber Air …………………………………………...……………..    4
2.3.1.      Air Permukaan ………………………………………………    5
2.3.2.      Air Tanah ………………………..………………………….     5
2.3.3.      Air Angkasa ………………………………………………...    6
2.4.   Kualitas Air …….…………………………………...………………    6
2.4.1.      Kualitas Biologi  …………….……………………………...     6
2.4.2.      Kualitas Fisik  ………………………………………………     7
2.4.3.      Kualitas Kimia …..………………………………………….     7
2.5.   Kesadahan ……………………………..……………………………    7
2.6.   Jenis-jenis Kesadahan …….…………………………….…………..     8
2.6.1.      Kesadahan Tetap ....………………………….……………..     9
2.6.2.      Kesadahan Sementara ………………..……………………..    9
2.7.   Tipe-tipe kesadahan ……….……..…………………………………     9
2.7.1.   Kesadahan Umum ……………………………………………   10
2.7.2.   Kesadahan Karbonat …………………………………………   10
2.8.   Dampak Air Sadah ………………………………………………….    11
2.8.1.      Dampak Positif ………………………………………………   11
2.8.2.      Dampak Negatif ……………………………………………..   11
2.9.   Kompleksiometri …………………………………………………..      11
BAB III METODE KERJA …………………..…………………………    13
3.1.   Alat ..…….…………………………………………………………..    13
3.2.   Bahan …….…………………………………………………………    13
3.3.   Prosedur Kerja ………………………………………………………    13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..………………………………   14
4.1.   Hasil ………………………………………………………………..     14
4.2.   Pembahasan .………………………………………………………..     14
BAB V PENUTUP ……………………………………………………..     20
5.1.   Kesimpulan ………………………………………………………...      20
5.2.   Saran ……………………………………………………………….      20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………   21
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III


DAFTAR TABEL
Tabel 2.5.1. Klasifikasi Tingkat Kesadahan ……………………..……..      8
Tabel 4.1.1. Hasil Penentuan Kesadahan Air ……………….…………..     14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung >67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan didalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia (Solihati, dkk, 2016). Kebutuhan akan air juga diiringi dengan kebutuhan kualitas air yang bersih dan baik dimana dalam menentukan kualitas air yang baik dilakukan pengujian terhadap parameter-parameter tertentu.
Di Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni  Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air.
Menurut Rahayu (2015) kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Dalam lingkup kehidupan masyarakat kesadahan air berpengaruh pada air rumah tangga maupun air industri. Dalam air rumah tangga kesadahan dapat mengakibatkan penggunaan sabun menjadi tidak efektif oleh adanya ikatan ion Ca atau Mg. Sedangkan, pada air industri mengakibatkan proses pemanasan terhambat oleh ion Ca yang menyebabkan kerak pada peralatan sistem pemanasan. Oleh karena itu, pada praktikum ini akan dilakukan pemeriksaan tingkat kesadahan pada air sumur suntik serta air sungai yang pada daerah Kota Gorontalo untuk mengetahui layak atau tidaknya untuk digunakan
1.2.   Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kali ini ialah agar mahasiswa dapat menetapkan kesadahan total pada air melalui titrasi EDTA.
1.3.   Manfaat
Adapun manfaat dari laporan kali ini ialah memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam menetapkan kesadahan total pada air melalui titrasi EDTA.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Pengertian Air
Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya kehidupan seperti yang ada di bumi. Seluruh organisme sebagian besar tersusun dari air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air.  Air adalah medium yang biologis di bumi ini. Air adalah satu-satunya substansi umum yang ditemukan di alam dalam tiga wujud fisik materi yaitu padat, cair dan gas.Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai pada manusia (Jeprianto, 2014).
2.2.   Karakteristik Air
Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3 air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, (ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologiyang berlangsung secara kontinu. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain yakni, memiliki kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yaitu 0° (32°F) - 100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku  (freezing point)  dan suhu 100°C merupakan titik didih  (boiling point)  air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan ada kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel mahluk hidup adalah air (Jeprianto, 2014).
Perubahan suhu air yang berlangsung lambat memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas  yang besar. Proses inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada saat berkeringat tubuh terasa sejuk dan merupakan penyebab terjadinya penyebaran panas yang baik di bumi. Selain itu air juga merupakan suatu pelarut yang baik, air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, suatu cairan dikatakan memiliki permukaan tegangan yang tinggi jika tekananantar-molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability) (Jeprianto, 2014).
Kepadatan  (density)  air, seperti halnya wujud juga tergantung dari temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada 40°C. Sekalipun demikian, temperatur ini akan mudah berubah, hal ini tampak pada  specific heat air, yakni angka yang menunjukan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air satu derajat celsius. Specific heat bagian air adalah 1/gram/°C, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan  spescific heat lain-lain elemen di alam. Dengan demikian, transfer panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air  terhadap keadaan udara sekitarnya, hal ini sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap gejolak suhu (Jeprianto, 2014).
2.3.   Sumber Air
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi (Limbong, 2008). Dalam siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat diperkirakan kualitas dan kuantitasnya, diantaranya adalah Air permukaan, Air tanah, Air angkasa (Jeprianto, 2014).


2.3.1.   Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni (Limbong, 2008):
1.      Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
2.      Air Rawa/ Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh zat-zat organik yang membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu dan sulit untuk dilakukan.
2.3.2.   Air Tanah
Air tanah adalah air yang meresap kedalam tanah sehingga telah mengalami penyaringan oleh tanah maupun oleh batu-batuan. Jika dibandingkan dengan sumber air yang lain, air tanah lebih baik sehingga air tanah banyak dimanfaatkan sebagai keperluan rumah tangga. Air tanah terbagi dalam beberapa golongan yaitu :
1.      Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses penyerapan air pada permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal ini terdapat dalam kedalaman 15 m. Sebagai sumber air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas adalah baik tetapi tergantung pada musim.
2.      Air Tanah Dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal.  Kualitas dari air tanah dalam lebih baik daripada air tanah dangkal, karena pada air tanah dalam penyaringannya lebih sempurna dan bebas bakteri.
3.      Mata air
Merupakan air yang mengalami penyaringan menembus kedalaman lapisan mineral, dan muncul kepermukaan setelah melewati penyaringan tersebut. Air mengandung logam-logam yang terlarut dan pada umumnya adalah logam mangan yang akan membentuk endapan kuning kecoklatan pada saat air muncul dari permukaan. Sejumlah mata air mengandung pasir-pasir yang menyebabkan kehidupan organisme menjadi sangat rendah. Sebaliknya karbon dioksida menjadi tinggi dan menghasilkan nilai pH yang rendah.
2.3.3.   Air Angkasa
Air angksa merupakan air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Jeprianto, 2014).
2.4.   Kualitas Air
Penentuan kualitas air dapat dilakukan dengan melihat beberapa aspek berikut (Jeprianto, 2014) :
2.4.1.   Kualitas Biologi
Menurut ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI), kualitas air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme dalam air. Jasad-jasad hidup yang mungkin ditemukan dalam sumber-sumber air antara lain golongan bakteri, ganggang, cacing serta plankton. Kehadiran bentuk-bentuk tidak diharapkan dalam air, hal ini dikarenakan berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit di samping pengaruh lain seperti timbulnya rasa dan bau.


2.4.2.   Kualitas Fisik
Karakteristik fisik yang umum dianalisis dalam penentuan kualitas air meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung dalam air seperti lumpur, dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
2.4.3.   Kualitas Kimia
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia yang beracun, perubahan rupa, warna dan rasa, serta reaksi-reaksi yang tidak diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas kimia air minum. Standar kualitas kimia air dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut di dalam air akan memberikan pengaruh-pengaruh negatif, baik dari segi kesehatan maupun dari segi pemakaian lain.
2.5.  Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mneral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit busa . Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Kemudian untuk mengetahui jenis kesdahan ai adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang digunakan adalah air sadah tetap (Retnowati, 2015).
Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, pada umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, hal ini terjadi karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahannya rendah (air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari calsium sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya. Tingkat kesadahan air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini (Prakoso, 2016).
Tabel 2.5.1. Klasifikasi Tingkat Kesadahan
mg CaCO3/L
Tingkat Kesadahan
0 - 75
Lunak (soft)
75 - 150
Sedang (moderately hard)
150 – 300
Tinggi (hard)
> 300
Tinggi sekali (very hard)

2.6.  Jenis-jenis Kesadahan
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (Rahayu, 2015).Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3. Terdapat tiga jenis kesadahan yakni, sebagai berikut (Rahayu, 2015):


2.6.1.   Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu (Rahayu, 2015).
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda- kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air (Rahayu, 2015).
2.6.2.   Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel (Rahayu, 2015).
2.7.  Tipe-tipe kesadahan
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: kesadahan umum (“general hardness” atau GH) dan kesadahan karbonat (“carbonate hardness” atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH, yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi EDTA dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total dapat juga ditentukan dengan menggunakan jumlah ion Ca2+dan ion Mg2+yang dianalisa secara terpisah misalnya metode AAS. Adapun tipe kesadahan ialah sebagai berikut (Rahmania dan Jeine, 2011):
2.7.1.   Kesadahan Umum
Kesadahan umum atau “General Hardness” merupakan ukuran yang menunjukkan  jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan. Kesadahan Umum (GH) pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/satu  persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) perliter air.
2.7.2.   Kesadahan Karbonat
Kesadahan Karbonat (KH) merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-) di dalam air. Dalam aquarium air tawar, pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada aquarium air laut ion karbonat lebih berperan. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah  kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-bufferan yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH.


2.8.  Dampak Air Sadah
Adanya kesadahan air dapat menimbulkan dampak positif, namun apabila tingkat kesadahannya tinggi maka dapat menyebabkan berbagai dampak negatif (Rahmania dan Jeine, 2011) yaitu :
2.8.1.   Dampak Positif
Dampak positif dari adanya kesadahan dalam air adalah :
1.      Menyediakan kalsium yang diperlukan tubuh, misalnya untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
2.      Mempunyai rasa yang lebih baik dari air lunak.
3.      Senyawa timbal (dari pipa air) lebih sukar larut dalam air sadah (timbal merupakan racun bagi tubuh) sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh logam berat ini dapat diminimalkan
2.8.2.   Dampak Negatif
Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga dapat menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga. Dampak yang timbul dari penggunaan air sadah tersebut terhadap kesehatan berupa penyumbatan pembuluh darah jantung (cardiovascular disease) dan batu ginjal (uroluthiasis).
2.9.  Kompleksiometri
Titrasi kompleksometri adalah cara titrimetri yang didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan dapat larut dalam air. Atas dasar ini, sejumlah cara titrasi untuk menentukan kadar-kadar ion logam dalam cuplikan telah dikembangkan. Titrasi kompleksometri merupakan pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks yang demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Zat pengompleks (pereaksi) yang sering digunakan adalah ligan bergigi banyak, yaitu asam etilen diamin tetra asetat atau EDTA (Yanti, 2008):
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan  kompleks  atau  yang  menyangkut  kompleks  banyak  sekali dan penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan pada titrasi (Atmajayanti, 2016).
Titrasi kompleksometri adalah cara titrimetri yang di dasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan dapat larut dalam air. Atas dasar ini, sejumlah cara titrasi untuk menentukan kadar ion-on logam dalam cuplikan telah dikembangkan. Titrasi kompleksometri merupakan pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan yang tinggi. Zat pengompleks (pereaksi) yang sering digunakan adalah ligan bergigi banyak yaitu asam etilendiamintetraasetat (EDTA) (Yanti, A. 2008).
Salah satu penggunaan titrasi kompleksometri adalah digunakan untuk penentuan kesadahan air dimana disebabkan oleh adanya ion Ca2+ dan Mg2+. Titrasi ini dapat di ukur langsung dengan EDTA pada pH 10 yang menggunakan indikator EBT, titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah menjadi biru (Yanti, A. 2008).









BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.   Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Penentuan Kesadahan Air ialah Erlenmeyer, buret, statif dan klem, gelas kimia, spatula, gelas ukur dan pipet tetes
3.2.   Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Penentuan Kesadahan Air ialah sampel air sungai bypass (I), sampel air sumur suntik (II), larutan buffer pH 10, dan larutan baku Na2EDTA.
3.3.   Prosedur Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Langkah awal, ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL. Kemudian, tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga pH 10 + 0,1. Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT. Selanjutnya, lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,1 M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan. Lakukan interpretasi hasil kesadahan total.
Keterangan :
VCU     = Volume larutan Contoh Uji (mL)
VEDTA  = Volume rata-rata lerutan baku Na2EDTA (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum Penentuan Kesadahan Air ialah sebagai berikut :
Tabel 4.1.1. Hasil Penentuan Kesadahan Air
Sampel
Volume Sampel
(mL)
Volume EDTA
Konsentrasi EDTA
(M)
Kesadahan Total
(mg CaCO3/L)
VAwal
(mL)
VAkhir
(mL)
VRerata
(mL)
I
25
0,90
0,80
0,85
0,1
340
II
25
0,50
0,30
0,40
0,1
160

4.2.   Pembahasan
Air merupakan material esensial yaitu materi yang sangat dibutuhkan oleh manusia namun tidak dapat dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Hal ini merupakan penyebab air menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Air digunakan oleh masyarakat sebagai penunjang kehidupan karena selain untuk dikonsumsi air juga dapat dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, kakus dan lain sebagainya. Tetapi, jika kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun kualitas belum tercukupi dapat memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat.
Menurut Astuti (2015) di Indonesia pelayanan air bersih untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya. Berdasarkan teori penunjang tersebut dapat diketahui bahwa ketersediaan air bersih untuk masyarakat masih belum memadai. Oleh sebab itu, masih banyak masyarakat yang menggunakan air dari sumber air lain untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Permasalahan yang masih sering dijumpai pada pelayanan air ialah mengarah pada kualitas air. Kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air bersih yang sehat bahkan di beberapa tempat sampai tidak layak untuk digunakan sama sekali. Air yang layak digunakan, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan biologis (mikrobiologi), dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan, sehingga apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk digunakan. Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga. Hal ini dikarenakan kesadahan air dapat mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu aktivitas masyarakat. Pengaruh kesadahan air dinyatakan oleh Aribiyanto, dkk (2014) yaitu air sadah yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk minum dapat menyebabkan masyarakat terkena penyakit kencing batu yang diakibatkan oleh terbentuknya batu pada saluran kemih. Rumah tangga yang menggunakan air dengan tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun menjadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca dan Mg. Oleh karena itu, dilakukan praktikum terhadap kualitas air mengenai penetapan kesadahan air dengan metode yang digunakan ialah titrasi kompleksometri yang dilakukan pada sumber air yang berada di Gorontalo. Sampel yang digunakan ialah sampel air Sumur Suntik (I) dan sampel air Sungai Bypass (II).
Penetapan kesadahan air dilakukan secara kompleksometri. Prinsip kerja kompleksometri menurut Rahmania dan Jeine (2011) ialah garam dinatrium etilen diamin tetra asetat asid (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca + Mg). Larutan standar yang digunakan ialah Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid (EDTA). Menurut Adam (2007) EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y. Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. Indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri ini ialah Eriochrome Black T (EBT). Menurut Tirtamara (2013) Eriochrome Black T (EBT) adalah natrium 1-(1-hidroksi-2-naftilazo)-6-nitro-2-naftol-4-sulfonat (II). EBT akan berwarna merah saat membentuk kompleks dengan ion kalsium, magnesium, dan ion logam lainnya. EBT berwarna biru pada larutan buffer pH 10.
Prosedur kerja yang dilakukan mengacu pada SNI 06-6989.12.2004 tentang cara analisa kesadahan air. Langkah awal yang dilakukan dalam pengujian ini ialah mengukur sampel sebanyak 25 mL dan diencerkan sampai 50 mL kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu, sampel ditambahkan buffer pH 10 sebanyak 2 mL. Penambahan buffer pada sampel dimaksudkan untuk membuat sampel berada pasa suasana basa. Selain itu, titrasi kompleksometri bersifat selektif sehingga hanya dapat dilakukan pada keadaan basa.
Kemudian, sampel ditambahkan 30-50 mg indikator EBT. Pada saat ditembahkan indikator EBT, warna sampel akan berubah menjadi merah muda (keunguan). Berbeda dengan fungsi indikator lainnya, perubahan warna indikator Eriochrome Black T tidak menandakan terjadinya perubahan suasana pH melainkan menandakan terjadi reaksi pengikatan dan pemutusan senyawa yang menyebabkan perubahan warna. Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut :

Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa ion kalsium dan magnesium yang berikatan dengan indikator EBT akan membentuk kompleks Ca-In dan Mg-In yang berwarna merah muda atau keunguan. Hal ini yang terlihat ketika sampel yang mengandung ion kalsium dan magnesium ditambahkan indikator EBT.Selanjutnya dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan standar EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid) 0,1 M sampai warna berubah menjadi biru. Reaksi yang terbentuk ialah sebagai berikut :
Dari reaksi yang terjadi, sampel yang berwarna merah muda (keunguan) dari hasil perikatan antara ion kalsium dan magnesium akan berubah menjadi biru dikarenakan terjadi pemutusan ikatan kompleks antara ion tersebut dengan indikator yang digantikan dengan perikatan kompleks antara ion-ion tersebut dengan EDTA (H2Y2-). Menurut Lodong, dkk (2012) apabila larutan magnesium dititrasi dengan EDTA maka kompleks Mg-In akan terputus dan membentuk kompleks Mg-EDTA yang lebih stabil daripada kompleks Mg-In, sedangkan In berada dalam keadaan bebas berwarna biru. Titrasi dihentikan ketika warna biru jelas telah terbentuk. Ion kalsium (II) juga dapat bereaksi dengan EBT menghasilkan kompleks Ca-In, tetapi kompleks ini kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-In. Sebaliknya kompleks Ca-EDTA lebih stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-EDTA.
Proses titrasi dilakukan sebanyak dua kali (duplo). Dicatat volume EDTA yang digunakan pada masing-masing titrasi dan lakukan perhitungan penetapan kesadahan air. Dari hasil yang diperoleh tersebut, sampel I memiliki kesadahan air total 340 mg CaCO3/L dan sampel II memiliki kesadahan air total 160 mg CaCO3/L.
Menurut Said dan Ruliasih (2015) klasifikasi tingkat kesadahan ialah sebagai berikut, 0-75 mg CaCO3/L tingkat kesadahan lunak (soft), 75-150 mg CaCO3/L tingkat kesadahan sedang (moderately hard), 150-300 mg CaCO3/L tingkat kesadahan tinggi (hard) dan > 300 mg CaCO3/L tingkat kesadahan tinggi sekal (very hard). Berdasarkan teori klasifikasi tingkat kesadahan tersebut, sampel air I tergolong dalam tingkat kesadahan tinggi sekali (very hard) sedangkan sampel air II tergolong dalam tingkat kesadahan tinggi (hard). Selain itu, merujuk juga pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, nilai kesadahan kedua sampel tidak melebihi batas ambang atau masih dalam kisaran batas normal, yaitu standar untuk kesadahan air ialah 500 mg CaCO3/L. Oleh sebab itu, dapat dipastikan bahwa kedua sampel air tersebut ialah masih layak untuk digunakan karena masih memenuhi persyaratan kesadahan untuk air bersih.
Apabila kesadahan air total melebihi 500 mg CaCO3/L maka akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang mengonsumsi air tersebut. Walaupun air sadah tersebut tidak langsung berbahaya akan tetapi dapat menyebabkan masalah yang cukup serius dalam jangka panjang. Hal ini dijelaskan oleh Setyaningsih (2014) bahwa air sadah mengandung kadar kalsium yang tinggi, kalsium termasuk jenis kalsium anorganik. Kalsium anorganik sangat berbahaya karena tidak dapat diserap oleh tubuh. Jika kalsium anorganik dikonsumsi, maka akan langsung dibuang melalui sistem sekresi dan sebagian akan mengendap di ginjal. Pada jangka waktu tertentu akumulasi kalsium dalam tubuh akan menyebabkan batu ginjal dan sebagian lagi akan mengendap di dalam darah menyebabkan pengapuran yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan.
Dari hasil yang diperoleh mengenai penentuan kesadahan air terhadap kedua sampel tersebut. Hal yang dapat dihimbau kepada masyarakat setempat yang menggunakan air pada sumber air tersebut untuk kegiatan sehari-hari ialah agar tidak menggunakan air dari sumber air sumur suntik (sampel I) dan air sungai bypass (sampel II) sesering mungkin untuk dikonsumsi karena tingkat kesadahan air tersebut berada di tingkat tinggi sekali (very hard) dan tinggi (hard). Hal ini dikhawatirkan dapat memicu pembentukkan batu ginjal dan penyumbatan pembuluh darah jantung pada orang yang mengkonsumsi air tersebut dalam jangka waktu yang lama. Alternatif yang dapat disarankan ialah dengan menggunakan air dari PAM atau air depot isi ulang (refill) yang masih dapat dijamin kesadahan airnya. Untuk menurunkan risiko dari kesadahan air dapat juga dengan melakukan pemanasan (memasak) air tersebut untuk mengendapkan ion kalsium dan magnesium sehingga yang tersisa ialah air bebas kesadahan. Hal ini pun hanya berlaku untuk air yang memiliki kesadahan sementara. Kesadahan tetap tidak akan berpengaruh dengan cara ini. Melainkan dengan cara kimiawi, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu.




BAB V
PENUTUP
5.1.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Penentuan Kesadahan Air, kesimpulan yang diperoleh ialah penentuan kesadahan air dilakukan dnegan cara titrasi EDTA (kompleksometri) yang berprinsip berdasarkan pembentukan senyawa kompleks dari larutan baku EDTA dan sampel yang ditandai dengan perubahan warna indikator dimana hasil yang diperoleh dari sumber air sumur suntik dan sumber air sungai bypass masing-masing 340 mg CaCO3/L dan 160 mg CaCO3/L ialah tidak melebihi batas ambang dari syarat kualitas air bersih dan air minum merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 dan Keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, dengan batas ambang kesadahan air ialah 500 mg CaCO3/L.
5.2.   Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu untuk melakukan praktikum kembali. Hal ini diutarakan karena pada praktikum sebelumnya tidak dilakukan penentuan kesadahan kalsium dan magnesium. Dengan dilakukan praktikum kembali, praktikan dapat menentukan dan mengetahui nilai kesadahan kalsium dan magnesium yang dimiliki oleh sampel air tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Adam. 2007. Kimia Analitik. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Aribiyanto, Muhammad A. A., Thin Soedati., dan Trisnadi W. C. P 2014. Pemetaan Kesadahan Total Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Universitas Airlangga. Jawa Timur
Atmajayanti, S. P. 2016. Kompleksometri. Universitas Jenderal Soedirman. Porwekerto
Jeprianto. 2014. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Tanah Di Sekitar Lokasi Peternakan Babi Desa Tumbang Tahai Dengan Metode MPN Coliform. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangkaraya. Kalimantan Tengah
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas : Analisa Dan Permasalahannya Untuk Air Industri. Universitas Sumetera Utara. Medan
Lodong, Alisa., Fauziah U., Jayanti E. R. Fauzan M. B., Fira L. S., dan Avisena L. H. 2012. Kesadahan. Universitas Veteran Jawa Timur. Jawa Timur
Prakoso, Wisnu Imam. 2016. Penurunan Kadar Fe pada Air Sumur DIII Teknik Kimia Setelah Melewati Demineralizer Water dengan Metode Spektrofotometri. Universitas Diponegoro. Semarang
Rahayu, V., 2015. Praktikum Analisis Senyawa Kimia Penentuan Tingkat Kesadahan Air. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.  Yogyakarta
Rahmania dan Jeine Kandou. 2011. Kesadahan. Institut Teknologi Bandung. Jawa Barat
Republik Indonesia. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Sekretariat Negara. Jakarta
Retnowati, R. A. Sella. 2015. Pengembangan Prototype Alat Ion Exchanger Berbasis Karbon Aktif untuk Pengolahan Air Sanitasi DIII Teknik Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang
Said dan Ruliasih. 2015. Penghilangan Kesadahan Dalam Air. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta
Setyaningsih, Nining. 2014. Analisis Kesadahan Air Tanah Di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jawa Tengah
Solihati, E.N., Umi A., Elisa, M., Achmad, R.A., Cristin, O.G.Y.A.,Titi, H., Ilya Farokha, R., Agustina R.M. 2016. Pemeriksaan Kualitas Air. Universitas Diponegoro. Semarang
Standard Nasional Indonesia  06-6989.12.  2004.  Air Dan Air Limbah – Bagian 12: Cara Uji Kesadahan Total Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dengan Metode Titrimetri. Badan Standardisasi Nasional (BSN)
Yanti, A. 2008. Titrasi Kompleksometri. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin

LAMPIRAN I
Sesudah Dilakukan Titrasi
Sebelum Dilakukan Titrasi
Proses Penentuan pH
























LAMPIRAN II
SKEMA KERJA
PENENTUAN KESADAHAN TOTAL
Sampel Air
 


Diukur sebanyak 25 ml diencerkan sampai 50 ml.
Masukkan dalam Erlenmeyer.
Tambahkan larutan buffer pH 10 sebanyak 2 ml.
Berwarna Merah Muda
(keunguan)
Tambahkan 30-50 mg indikator EBT.

 

Titrasi dengan larutan baku Na2EDTA.
Berwarna Biru
 


Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
Lakukan titrasi kembali (duplo).
Hitung kesadahan air
Hasil
 






LAMPIRAN III
PERHITUNGAN
PENENTUAN NILAI KESADAHAN AIR
Rumus :
Keterangan :
VCU     = Volume larutan Contoh Uji (mL)
VEDTA  = Volume rata-rata lerutan baku Na2EDTA (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)

Sampel I :
Sampel II :                          


Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN PENETAPAN KESADAHAN AIR (I)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel