Lettori fissi

LAPORAN VITAMIN B KOMPLEKS

Related


DOWNLOAD FILE DISINI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil bagi sejumlah fungsi biokimia dan umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Seluruh vitamin yang larut air merupakan annggota vitamin B kompleks. Vitamin B kompleks merupakan kofaktor dalam reaksi enzimatik, karena kelarutannya dalam air kelebihannya  vitamin ini akan diekskresikan kedalam urine  dan dengan demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang toksik. Vitamin B yang esensial bagi nutrisi manusia adalah Tiamin (B1), Riboflavin (B2), Niasin (B3),  asam Pantotenat (B5), Pirydixin (B6),  Biotin (B7), asam Folat (B9), Cobalamin (B12). Banyak vitamin secara Biologis tidak aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh misalnya proses fosforisalsi, kelompok vitamin B kompleks bekerja sebagai koenzim yang aktif pada proses metabolisme dan pembentukkan energi.
Vitamin B kompleks juga diduga memiliki efek termogenik. Efek termogenik adalah efek yang memproduksi panas dan biasanya terdapat pada obat-obatan yang memproduksi panas melalui stimulasi metabolisme.
1.2  Tujuan Praktikum
a)      Membandingkan kadar trigleserida pada kelompok yang diberi vitamin B kompleks dan tiidak diberi Vitamin B kompleks dengan metode spektrofometer.
b)      Mengamati pengaruh Vitamin B kompleks pada proses metabolisme glukosa
1.3  Manfaat Praktikum
Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu mahasiswa dan mengetahui perbandingan pada pemberian vitamin B kompleks, dan juga proses metabolisme vitamin B kompleks dalam tubuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Vitamin B Kompleks
            Vitamin B kompleks adalah 8 vitamin yang larut dalam air dan memainkan peran penting dalam metabolisme sel. Dalam sejarahnya, vitamin pernah diduga hanya mempunyai satu tipe, yaituvitamin B (seperti orang mengenal vitamin C atau vitamin D). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa komposisi kimia didalamnya membedakan vitamin ini satu sama lain dan terlihat dalam contohnya dalam beberapa makanan. Suplemen yang mengandung ke-8 tipe ini disebut sebagai vitamin B kompleks. Masing-masing tipe vitamin B suplemen mempunyai nama masing-masing (contoh; B1, B2, B3). Jenis Vitamin B Vitamin B1 (tiamin), Vitamin B2 (riboflavin), Vitamin B3,(niasin, termasuk asam nikotinat dan nikotinamida), Vitamin B5 (asam pantotenat), Vitamin B6 (piridoksin), Vitamin B7, juga dikenal sebagai vitamin H (biotin), Vitamin B9, juga dikenal sebagai vitamin M dan vitamin B-c (asam folat), itamin B12 (kobalamin).
            Vitamin B adalah kelompok yang larut dalam air vitamin yang memainkan peran penting dalam sel metabolisme. Vitamin B pernah dianggap sebagai vitamin tunggal, disebut sebagai vitamin B (sama seperti orang menyebut vitamin C atau vitamin D). Kemudian penelitian menunjukkan bahwa mereka adalah kimia vitamin yang berbeda yang sering hidup berdampingan dalam makanan yang sama. Secara umum, suplemen yang mengandung semua delapan yang disebut sebagai vitamin B kompleks. Individu suplemen vitamin B disebut dengan nama spesifik dari setiap vitamin (misalnya, B1,B2, B3 dll). Vitamin B yang ditemukan dalam makanan yang tidak diolah secara keseluruhan. Karbohidrat olahan seperti gula dan tepung putih cenderung memiliki vitamin B lebih rendah dari pada rekan-rekan mereka yang belum diproses. Vitamin B sangat terkonsentrasi di daging seperti kalkun dan tuna, dalam hati produk dan daging. Sumber yang baik untuk vitamin B termasuk Kombucha, biji-bijian, kentang, pisang, kacang, cabai, tempe, kacang-kacangan, ragi giziitu bir ragi, danmolase.
2.2  Fungsi, Kebutuhan dan Sumber Vitamin B
Vitamin B1 (Tiamin)
Fungsi : Mengubah zat karbohidrat dalam makanan menjadi energi.
Kebutuhan : Wanita 1,1 mg; Pria 1,2 mg; Wanita hamil dan menyusui 1,4 mg.
Sumber
Nasi, roti, sereal, tepung terigu, makanan laut seperti udang, kepiting atau kerang.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Fungsi : Menjaga kesehatan mata dan kulit.
Kebutuhan : Wanita 1,1 mg; Pria 1,3 mg; Wanita menyusui 1,6 mg.
Sumber : 
Susu, keju, ayam, brokoli, bayam, jamur.
Vitamin B3 (Niasin)
Fungsi : Untuk kesehatan kulit, meningkatkan nafsu makan, memperbaiki sistem pencernaan serta membantu mengubah makanan menjadi energi.
Kebutuhan : Wanita 14 mg; Pria 16 mg; Wanita hamil 18 mg; Wanita menyusui 17 mg.
Sumber : Padi-padian, kacang-kacangan, daging sapi, jamur.
Vitamin B5 (Pantothenic Acid)
Fungsi : Bersama-sama dengan jenis vitamin B lainnya, vitamin B5 berguna dalam proses pemecahan lemak, protein, karbohidrat menjadi energi. Manfaat lainnya adalah untuk pembentukan sel darah merah dan membuat vitamin D.
Kebutuhan : Wanita 4 mg; Pria 6 mg; Wanita hamil 5 mg; Wanita menyusui 6 mg.
Sumber : Ayam, ikan sarden, alpukat, semangka.
Vitamin B6 (Piridoksin)
Fungsi : Diperlukan dalam proses asam amino dan lemak.
Kebutuhan : Wanita 1,3 mg; Pria 1,3 mg; Wanita hamil 1,9 mg; Wanita menyusui 2 mg. Kebanyakan konsumsi vitamin B6 dengan konsumsi lebih dari 50 mg per hari dapat menyebabkan kerusakan saraf secara permanen.
Sumber : Daging unggas, ikan, sapi, kentang, tomat, pisang, 
buah yang berwarna ungu dan sayuran hijau.
Vitamin B12 (Kobalamin)
Fungsi : Mengubah karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi, menjaga sel darah merah tetap sehat, melindungi sel saraf, mencegah penyakit jantung, dan mencegah penyusutan otak yang dapat menyebabkan daya ingat menurun.
Kebutuhan : Wanita 2,4 mkg; Pria 2,4 mkg; Wanita hamil 2,6 mkg; Wanita menyusui 2,8 mkg.
Sumber : Daging sapi, daging ikan, hati, telur, susu, kedelai dan rumput laut.
2.3  Metabolisme Vitamin B
2.3.1        Vitamin B1
Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantumengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukantubuh untuk rutinitas sehari-hari.
Di samping itu, vitamin B1 juga membantuproses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitaminB1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan,jantung, dan sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi banyak gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yangtelah terbukti banyak mengandung vitamin B1.
a)       Absorpsi sintesis dan penyimpanan
Tiamin di absorpsi secara aktif terutama di duodenum di bagian atas yang bersuasana asam, dengan bantuan adenine trifosfatase (ATPase) yang bergantung pada natrium. Tiamin yang di konsumsi yang melebuhi 5 mg/hari sebagian akan di absorpsi secara pasif. Absorpsi aktif di hambat oleh alcohol. Setelah di absorpsi, ± 30 mg tiamin mengalami fosforisasi dan di simpan sebagai tiamin pirofosfat (TPP) di dalam jantung, hati, ginjal dan otat.
Tubuh manusia mengandung 30 – 70 mg tiamin, 80% dalam bentuk bentuk TPP. Separo dari tiamin terdapat di dalam otot, selebihnya di dalam hati, jantung, ginjal dan otak. Tiamin berada dalam serkulasi darah dalam jumlah kecil dalam bentuk bebas. Ekskresi dilakukan melalui urin dalam bentuk utuh dan sebagian kecil dalam bentuk metabolit, terutama tiamin difosfat dan disulfat. Ekskresi melalui urin menurun dengan cepat pada kekurangan tiamin. Tiamin dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam saluran cerna manusia dan hewan, tetapi yang dapat di manfaatkan tubuh adalah kecil.
b)     Peran atau fungsi
Dalam bentuk piropsfat (TPP) atai difosfat (TDP), tiamin berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolis energy. Tiamin di butuhkan untuk dekarboksilsioksidatif pirufat menjadi asetil KoA dan memungkinkan masuknya subtract yang dapat dioksidasi ke dalam siklus kreb untuk pembentukan energy. Asetil KoA yang di hasilkan enzim ini di samping itu merupakan prekusor penting lipida asetil kolin, yang berarti adanya peranan TTP dalam fungsi normal system saraf. Di dalam siklus krebs, TTP juga di butuhkanuntuk dikarboksilasi oksidatif alfa-ketoglutarat menjadi seksinil-KoA. TPP juga di butuhkan untuk dikarboksilasi asam alfa-keto seprti asam alfa- ketoglutarat dan 2-keto-karboksilat yang di peroleh dari asam-asam amino metionin, treonin, leusin, isoliusin dan valin. Tiamin juga merupakan koenzim reaksi transketolase yang berfungsi dalam pentose-fosfat shunt, jalur alternative oksidasi glukosa.
Walaupun tiamin di butuhkan dalam metabolisme lemak, protein dan asam nukleat, peranan utamanya adalah dalam metabolism karbohidrat.

2.3.2 Vitamin B2
          Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalammetabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salahsatu kompenen koenzim flavinmononukleotida (flavinmononucleotide, FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adeninedinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasienergi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalampembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukanpada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu.Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit keringbersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.
Riboflafin dibebaskan dari ikatan-ikatan protein sebagai FAD dan FMN di dalam lambung yang bersuasana asam. FAD dan FMN kemudian di dalam usus halus dihidrolisis oleh enzim-enzim pirofosfatase dan fosfatase menjadi riboflafin bebas. Riboflafin di absorpsi dibagian atas usus halus secara aktif oleh proses yang membutuhkan natrium untuk kemudian mengalami fosforisasi hingga menjadi  fmn di dalam mukosa usus halus.
Riboflafin dan FMN dalam aliran darah sebagian besar terikat pada albumin dan sebagian kecil pada immunoglobulin G. riboflafin dan metabolitnya terutama disimpan di dalam hati, jantung dan ginjal simpanan riboflafin terutama dalam bentuk FAD yang mewakili 70 – 90%vitamin tersebut. Konsentrasinya 5 kali fmn dan 50 kali riboflafin, sebanyak 200  µg riboflafin dan metabolitnya dilakukan melalui urin tiap hari.
Riboflafin mengikat asam fosfat dan menjadi bagian dari dia jenis koenzim FMN dan FAD. Kedua jenis koenzim ini berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi dalam sel sebagai pembawa hydrogen dalam system traspor electron dalam metrokondria. Keduanya juga merupakan koenzim dehidrogenese yang mengkatalisis langakah pertama dalam oksidasi berbagai tahap metabolism glukosa dan asam lemak. FMN di gunakan untuk mengubah pirodoksin (vitamin B6) menjadi koenzim fungsionalnya, sedangkanFAD berperan dalam perubahan triptofan menjadi niasin.
Enzim yang mengkatalisis fosforisasi riboflafin menjadi bentuk koenzim adalah flavokinase. Oleh karena koenzim ini di perlukan oleh sintesis DNA, riboflafin mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan. Enzim ini diatur oleh hormone tiroksin. Orang dewasa yang menderita kekurangan tiroksin menunjukan kekurangan riboflafin.

2.2.3 Vitamin B3 (Niasin)
Penyerapan asam nikotinat dan nikotinamida dari lambung dan usus berlangsung cepat (Bechgaard dan Jespersen, 1977) dan pada konsentrasi rendah dimediasi oleh  difusi terfasilitasi bergantung natrium. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, bersifat lebih dominan difusi pasif, dengan dosis 3 sampai 4 g niasin hampir sepenuhnya diserap (Bechgaard dan Jespersen, 1977). Glycohydrolase dalam hati dan usus mengkatalisis pelepasan nicotinamide dari NAD (Henderson dan Gross, 1979). Nicotinamide kemudian diangkut ke jaringan yang akan digunakan dalam sintesis NAD bila diperlukan. Kedua bentuk vitamin masuk sel dengan difusi sederhana, namun, kedua asam nikotinat dan nikotinamida juga masuk eritrosit dengan difusi terfasilitasi.
Koenzim niasin, NAD dan NADP disintesis dalam semua jaringan tubuh dari asam nikotinat atau nicotinamide. Konsentrasi jaringan NAD tampaknya diatur oleh konsentrasi nicotinamide ekstraseluler, yang berada di bawah kendali hati dan pengaruh hormon. Hidrolisis NAD hati memungkinkan pelepasan nicotinamide untuk transportasi ke jaringan yang tidak memiliki kemampuan untuk mensintesis NAD dan NADP koenzim dari triptofan. Dalam hati beberapa kelebihan nicotinamide plasma diubah menjadi NAD simpanan (yaitu, NAD tidak terikat enzim). Triptofan dan asam nikotinat juga berkontribusi terhadap penyimpanan NAD mengikuti jalur biosintesis, melalui NAMN, yang kemudian direamidasikan ke NAD. Dalam degradasi NAD, nicotinamide terbentuk dapat dikonversi ke NAD melalui ribonucleotide nicotinamide. Nicotinamide dapat dideaminasi dalam saluran usus oleh mikroflora usus.
Kebutuhan niacin tubuh dipenuhi tidak hanya oleh asam nikotinat dan nicotinaminde dalam diet, tetapi juga oleh konversi dari protein makanan yang mengandung triptofan. Kontribusi relatif dari triptofan diperkirakan sebagai berikut: 60 mg triptofan = 1 mg niasin = 1 mg setara niacin (Horwitt et al, 1981.). Niasin berlebih termetilasi dalam hati untuk N1-metil-nicotinamide, yang diekskresikan dalam urin bersama dengan produk oksidasi 2 dan 4-pyridone dari N1-metil-nicotinamide. Kedua produk ekskresi utama N1-metil nicotinamide dan pyridone turunannya (Mrochek et al., 1976). Proporsi berbeda tergantung pada jumlah dan bentuk niacin tertelan dan status niacin individu.
2.3.4 Vitamin B5 (Asam Pantoenat)
            Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otakdan memproduksi senyawa asam lemaksterolneurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin Bdapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susuginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur.
           Asam pantotenat di konsumsi sebagai dari KoA yang oleh enzim fosfotase dalam saluran cerna di hiidrolisis menjadi 4-fosfopantotein dan Asam pantotenat yang kemudian di absorpsi. Asam pantotenat di keluarkan melaui urin, terutama sebagai hasil metabolism koenzim A.
            Nilai darah normal adalah > 100 µg/dl dan ekskresi melalui urin sebanyak 1-5 mg/hr. dengan memakan adekuat, sebanyak 2 – 7 mg/hr di keluarkan melalui urin dan 1-2 mg/hr, melalui feses, nilai ini merupakan indicator yang sensitive tentang konsumsi makanan.
            Absopsi
            CoA dalam diet dihidrolisis dalam lumen usus ke dephospho- CoA, phosphopantetheine, dan pantetheine, dengan pantetheine yang kemudian dihidrolisis menjadi asam pantotenat. Asam pantotenat adalah satu-satunya senyawa pantotenat yang diserap oleh tikus dalam studi tentang penyerapan berbagai bentuk. Penyerapannya adalah dengan transpor aktif pada konsentrasi rendah dari vitamin dan dengan transportasi pasif pada konsentrasi yang lebih tinggi pada hewan model. Karena transpor aktif sistem saturable, penyerapan akan kurang efisien karena tingginya konsentrasi asupan, namun tingkat konsumsi di mana serapannya mengalami penurunan efisiensi pada manusia tapi tidak diketahui. Mikroflora usus telah diamati untuk mensintesis asam pantotenat pada tikus, namun kontribusi sintesis bakteri tubuh kadar asam pantotenat pada tinja manusia belum diukur.
           
Metabolisme
             Sintesis CoA dari pantothenate diatur terutama oleh kinase pantothenate, enzim yang dihambat oleh jalur produk akhir, CoA dan asil CoA. Dengan demikian produksi CoA tidak mencerminkan jumlah pantothenate yang tersedia. CoA, dalam bentuk seperti asetil CoA dan suksinil CoA, memainkan peran penting dalam siklus asam trikarboksilat dan dalam sintesis asam lemak dan fosfolipid membran, asam amino, hormon steroid, vitamin A dan D, porfirin dan corrin cincin, dan neurotransmitter. Hal ini juga diperlukan untuk asetilasi dan asilasi protein dan sintesis α-tubulin.
            Ekskresi
                        CoA adalah dihidrolisis untuk menjadi Pantotenat dalam beberapa langkah reaksi. Asam pantotenat diekskresikan utuh dalam urin, di mana dapat diukur dengan menggunakan alat tes Lactobacillus plantarum atau radioimmunoassay a. Jumlah dikeluarkan bervariasi secara proporsional dengan asupan makanan pada rentang belum macam nilai diskrit asupan.
            Peranan utama Asam pantotenat adalah sebagian koenzim A, yang di perlukan dalam berbagai reaksi metabolism sel, sebagai bagian asetil KoA, Asam pantotenat terlibat dalam berbagai reaksi yang berkaitan dengan metabolisme KH dan lipida, termasuk sintesis dan pemecahan asam lemak. Disamping berperan dalam siklus asam sitrat dan glukoneogenesis, KoA adalah akseptor gugus asetat untuk asam amino. Asam pantotenat terlibat pula dalam sintesis hormone steroid, kolesterol, fosfolipida dan posfirin yang di perlukan untuk pembentukan hemoglobin.
       2.3.5 Vitamin B6
Dalam jaringan hewan, bentuk utama dari B6 adalah PLP, berikutnya adalah PMP. Penyerapan di usus melibatkan hidrolisis yang dimediasi oleh fosfatase, lalu diikuti dengan transportasi dalam bentuk nonfosforilasi ke dalam sel mukosa. Transportasinya dengan mekanisme difusi pasif yang tidak bisa terjenuhkan (dapat menerima seberapa banyak pun substrat). Bahkan dosis sangat besar diserap dengan baik. PN glukosida diserap kurang efektif daripada PLP dan PMP dan pada manusia, PN glukosida didekonjugasikan oleh glucosidase mukosa usus. Beberapa PN glukosida diserap utuh dan dapat dihidrolisis pada berbagai jaringan.
Sebagian besar B6 nonfosforilasi diserap masuk ke hati. PN, PL, dan PM dikonversi ke PNP, PLP, dan PMP oleh PL kinase. PNP, biasanya hanya ditemukan pada konsentrasi yang sangat rendah, dan PMP dioksidasi menjadi PLP oleh PNP oksidase. PMP juga dihasilkan dari PLP melalui reaksi transaminase. PLP terikat ke berbagai protein dalam jaringan, ini melindunginya dari aksi fosfatase. Kapasitas pengikat protein membatasi akumulasi PLP  jaringan jika masukan B6 sangat tinggi. Ketika kapasitas ini terlampaui, PLP bebas dengan cepat dihidrolisis dan bentuk nonfosforilasi dari B6 yang dirilis oleh hati dan jaringan lain ke dalam sirkulasi. Pada dosis farmakologis dari B6, kapasitas tinggi protein pengikat PLP otot, plasma, dan eritrosit (hemoglobin) memungkinkan mereka untuk mengakumulasi sangat tinggi PLP ketika jaringan lainnya jenuh. PLP dalam hati dapat dioksidasi menjadi 4-PA, yang dilepaskan dan diekskresikan. Protein pengikat PLP utama dalam plasma adalah albumin. PLP adalah bentuk utama dari vitamin B6 dalam plasma dan seluruhnya berasal dari hati sebagai kompleks PLP-albumin. Jaringan dan eritrosit dapat mengangkut bentuk nonfosforilasi dari vitamin plasma. Beberapa ini berasal dari PLP plasma setelah bereaksi dengan fosfatase. B6 dalam jaringan ditemukan dalam berbagai kompartemen subselular tetapi terutama dalam mitokondria dan sitosol.
Biasanya, produk ekskretoris B6 utama adalah 4-PA, yang menyumbang sekitar setengah senyawa B6 dalam urin. Bentuk lain dari vitamin juga ditemukan dalam urin. Dengan dosis besar B6, proporsi bentuk-bentuk lain dari vitamin meningkat. Pada dosis yang sangat tinggi dari PN, banyak yang diekskresikan dalam urin tanpa diubah. B6 juga diekskresikan dalam feses tapi mungkin sampai batas tertentu.
2.2.6 Vitamin B8 (Biotin)
Biotin ada sebagai biotin bebas dan terikat protein bentuk dalam makanan. Mekanisme hidrolisis usus dari biotin terikat protein masih belum jelas, dan sedikit yang diketahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas. Meskipun sebagian besar biotin diet dalam keadaan terikat protein, baik pada daging maupun sereal sereal, biotin dalam sereal tampaknya kurang berfungsi secara biologis (Mock, 1996). Avidin, protein yang ditemukan dalam jumlah yang cukup di putih telur mentah, telah terbukti mengikat biotin dalam usus kecil dan mencegah penyerapan (Mock, 1996). Biotinidase diduga memainkan peran penting dalam pelepasan biotin dari ikatan kovalennya pada protein (Wolf et al., 1984). Dosis dari biotin bebas (tidak terikat) diberikan kepada individu yang memiliki kekurangan biotinidase dan telah terbukti untuk mencegah gejala yang terlihat pada defisiensi biotinidase, menunjukkan bahwa defisiensi biotinidase disebabkan kurangnya biotin relatif melalui kurangnya pencernaan protein yang cukup terikat biotin, tidak memadai reabsorpsi ginjal, atau keduanya.
             Sebuah pembawa biotin yang terletak di membran brush border usus mengangkut biotin terhadap gradien konsentrasi ion natrium dan tergantung struktural tertentu, suhu, dan electroneutral; pada konsentrasi farmakologis, bersifat lebih dominan difusi. Biotin disintesis oleh mikroflora usus. Meskipun penyerapan transporter-dimediasi biotin yang paling aktif dalam usus kecil proksimal tikus, penyerapan signifikan biotin dari usus proksimal terjadi, yang memberikan kepercayaan kepada konsep yang biotin dari sintesis mikroba dalam usus besar dapat berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dari laporan peningkatan konsentrasi darah setelah berangsur-angsur kolon biotin, itu muncul biotin yang diserap dari usus manusia. Namun, Kopinski dan rekan telah menunjukkan bahwa biotin disintesis oleh flora usus mungkin tidak hadir di lokasi atau dalam bentuk yang kontribusi penting untuk diserap biotin.
            Mekanisme transportasi biotin ke hati dan jaringan lain setelah penyerapannya belum siap. Biotinidase telah diidentifikasi sebagai kemungkinan sebagai biotin yang mengikat protein dalam plasma atau sebagai protein transporter untuk membantu masuknya biotin dunia ke dalam sel. Penelitian lain menunjukkan bahwa serum biotin lebih dari 80 persen terikat. Pembawa anion asam dengan spesifisitas relatif untuk biotin menyerupai pembawa usus muncul untuk menengahi penyerapan oleh sel hati. Serapan plasenta biotin dan transportasi ke janin telah dibuktikan dan tampaknya khusus untuk biotin. Namun, karena janin tidak berkonsentrasi biotin, transfer plasenta tampaknya pasif.


Metabolisme dan Ekskresi
           Isolasi dan kimia identifikasi lebih dari selusin metabolit biotin telah menetapkan fitur utama dari pemanfaatan di mikroba dan mamalia. Sekitar setengah dari biotin yang mengalami metabolisme untuk bisnorbiotin dan sulfoksida biotin sebelum ekskresi. Biotin, bisnorbiotin, dan biotin sulfoksida yang hadir dalam proporsi molar sekitar 3: 2: 1 dalam urin manusia dan plasma. Dua metabolit minor tambahan, bisnorbiotin metil keton dan biotin sulfon, baru-baru ini diidentifikasi dalam urin manusia. Ekskresi dan serum konsentrasi urin biotin dan metabolitnya meningkatkan kira-kira dalam proporsi yang sama dalam menanggapi baik intravena atau oral besar dosis biotin.
2.3.7 Vitamin B9 (Asam Folat)
Folat dalam makanan (derivatif poliglutamat) dihidrolisis menjadi monoglutamate dalam usus sebelum penyerapan di mukosa usus. Pembelahan ini dicapai oleh γ-glutamylhydrolase, umumnya disebut conjugase folat. Bentuk monoglutamate folat secara aktif diangkut melewati usus kecil proksimal dengan proses pH-dependent saturable. Jika yang dikonsumsi dalam bentuk monoglutamate folat, diserap dengan mekanisme difusi pasif yang nonsaturable (tidak jenuh jenuh sebanyak apapun substrat). Monoglutamate, terutama 5-metil-tetrahydrofolate, muncul dalam sirkulasi portal. Banyak folat ini dapat diambil oleh hati, di mana ia dimetabolisme menjadi turunan poliglutamat dan ditahan atau dilepaskan ke dalam darah atau kantong empedu. Sekitar dua-pertiga dari folat dalam plasma adalah terikat protein. Sebagian folat plasma terikat dengan afinitas rendah oleh protein pengikat, terutama albumin, yang mengikat sekitar 50 persen folat. Sedikit jumlah pengikat folat dengan afinitas tinggi pengikat folat juga hadir dalam plasma. Transportasi seluler folat dimediasi oleh sejumlah sistem transportasi yang berbeda, yang dapat dicirikan baik sebagai membran carrier atau sistem protein pengikat folat. Sistem transportasi ini tidak jenuh oleh folat dalam jumlah fisiologis. Konsentrasi folat dalam hati 4,5 sampai 10 ug / g dilaporkan setelah biopsi hati (Whitehead, 1973). Karena hati laki-laki dewasa beratnya kira-kira 1.400 g, jumlah total folat dalam hati akan menjadi sekitar 6 sampai 14 mg. Jika hati diasumsikan mengandung 50 persen dari simpanan folat tubuh, total simpanannya akan 12-28 mg. Menggunakan asumsi yang sama, Hoppner dan Lampi (1980) menentukan konsentrasi folat hati-rata menjadi sekitar 8 mg / g (rentang 3,6-14,8 mg / g) setelah otopsi; isi folat hati akan menjadi sekitar 11 mg dan total folat tubuh 22 mg.
Sebelum disimpan dalam jaringan atau digunakan sebagai koenzim, monoglutamate folat dikonversi ke bentuk poliglutamat oleh enzim folylpolyglutamate sintetase. Ketika dilepaskan dari jaringan ke dalam sirkulasi, polyglutamate folat dikonversi ke bentuk monoglutamate oleh γ-glutamylhydrolase. Folat harus dikurangi secara enzimatis dan disintesis kembali ke bentuk poliglutamat berfungsi dalam reaksi transfer satu-karbon. Keterkaitan metabolik antara folat dan vitamin B12 dapat menjelaskan mengapa kekurangan salah satu vitamin mengarah ke perubahan hematologi yang sama. Kedua folat dan vitamin B12 yang diperlukan untuk pembentukan 5,10-methylenetetrahydrofolate dan terlibat dalam sintesis timidilat. Pembentukan 5,10-methylene tetrahydrofolate tergantung pada regenerasi senyawa induk (tetrahydrofolate) dalam konversi homosistein-metionin. Reaksi ini melibatkan pelepasan gugus metil dari metil folat dan memindahkannya ke homosistein untuk sintesis metionin. Folat terlibat sebagai substrat (5-metil-tetrahydrofolate) dan vitamin B12 sebagai koenzim. 5,10-methylenetetrahydrofolate memberikan metil untuk deoxyuridylate untuk mengubahnya menjadi timidilat untuk dimasukkan ke dalam DNA. Baik kekurangan folat atau kekurangan vitamin B12, perubahan megaloblastik terjadi di sumsum tulang dan sel-sel lainnya akibat dari kurangnya memadai 5,10-methylenetetrahydrofolate. Rute utama dari omset folat seluruh tubuh tampaknya melalui katabolisme menjadi produk pembelahannya. Langkah awal dalam katabolisme folat melibatkan pembelahan folylpolyglutmate intraseluler pada ikatan C9-N10, dan menghasilkan p-aminobenzoylpolyglutamates yang akan dihidrolisis ke monoglutamate, yang merupakan N-asetat sebelum ekskresi. Folat bebas memasuki glomerulus dan diserap kembali di tubulus ginjal proksimal. Hasil bersih adalah bahwa sebagian besar folat dikeluarkan akan diserap kembali. Sebagian besar produk ekskresi pada manusia adalah produk pembelahan folat. Folat yang utuh dalam urin hanya mewakili persentase yang sangat kecil dari folat yang didapat. Ekskresi bilier folat telah diperkirakan setinggi 100 mg / hari (Herbert dan Das, 1993; Whitehead, 1986); Namun, banyak dari ini diserap oleh usus kecil (Weir et al., 1985). Pengeluaran folat lewat feses bisa terjadi, tetapi sulit untuk membedakan feses folat yang sebenarnya atau feses dari folat disintesis oleh flora normal usus.
2.3.9 Vitamin B12
Tidak ada studi yang ditemukan pada penyerapan B12 dari makanan susu atau dari daging merah selain daging kambing dan efisiensi penyerapan liver. Penyerapan B12 dari hati dikabarkan rendah karena kandungan B12nya yang tinggi. Meskipun bukti menunjukkan bahwa kandungan B12 dari 1,5 sampai 2,5 mg / makan, reseptor ileum memiiki batas jenuh, dengan demikian akan membatasi penyerapan lebih lanjut (Scott, 1997), penyerapan sebanyak 7 mg dalam satu subjek (18 persen) dilaporkan dari satu porsi pasta hati yang berisi 38 ug B12 (rata penyerapan adalah 4,1 mg atau 11 persen) (Heyssel et al., 1966). Secara khusus, diasumsikan bahwa 50 persen dari B12 makanan diserap oleh orang dewasa yang sehat dengan fungsi lambung normal. Sebuah penyerapan pecahan yang lebih kecil akan berlaku, namun, hanya jika seseorang mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin B12. Berbagai tingkat penyerapan diasumsikan dalam berbagai kondisi. B12 muncul dalam diet hanya dalam makanan yang telah difortifikasi dengan B12, seperti sereal sarapan dan makan pengganti cairan.
B12 terus disekresi dalam empedu. Pada individu yang sehat sebagian besar B12 ini diserap kembali dan tersedia untuk fungsi metabolisme. El Kholty dkk. (1991) menunjukkan bahwa sekresi B12 ke dalam empedu rata-rata 1,0 ± 0,44 nmol / hari (1,4 mg / hari). Jika sekitar 50 persen dari B12 ini diasumsikan diserap kembali, kehilangan rata-rata B12 melalui empedu dalam tinja kira kira 0,5 nmol / hari (0,7 mg / hari). Penelitian dengan babun (Green dkk., 1982) menunjukkan bahwa bentuk B12 hadir dalam empedu dapat diserap lebih mudah daripada sianokobalamin, tetapi penyerapan kedua bentuk ditingkatkan oleh faktor intrinsik.Teo dan rekan kerja (1980) melaporkan data menunjukkan bahwa empedu meningkatkan penyerapan B12. Namun, dengan tidak adanya faktor intrinsik, pada dasarnya semua B12 dari empedu diekskresikan dalam tinja daripada diresirkulasikan. Dengan demikian, kekurangan vitamin B12 berkembang lebih cepat pada orang yang tidak memiliki faktor intrinsik atau yang malabsorb B12  daripada pada mereka yang vegetarian atau tanpa asupan B12.
Jika B12 beredar melebihi kapasitas pengikatan B12 pada darah, kelebihan akan diekskresikan dalam urin. Ini biasanya terjadi setelah suntikan B12. Kehilangan tertinggi B12 biasanya terjadi melalui feses. Sumber B12 tinja diantaranya B12 yang tidak diserap dari makanan atau empedu, sel deskuamasi, lambung dan sekresi usus, dan B12 yang disintesis oleh bakteri dalam usus besar. Kehilangan lain terjadi melalui kulit dan reaksi metabolisme. Kehilangan lewat tinja dan urin menurun ketika simpanan B12 menurun. Berbagai penelitian telah menunjukkan kehilangan 0,1-0,2 persen dari simpanan B12 per hari terlepas dari ukuran simpanan, dengan nilai 0,2 persen umumnya berlaku untuk orang-orang dengan anemia pernisiosa.
2.4 Metode Spektrofotometer
            Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).


Beberapa larutan seperti larutan Timbal (Pb2+) dalam air tidak berwarna, supaya timbul earna larutan Pb diekstraksi dengan dithizone sehinggaberubah menjadi berwarna merah. Larutan berwarna merah akan menyerap radiasi pada daerah hijau. Dalam hal ini larutan Pb menunjukkan absorbans maksimum pada panjang gelombang 515 nm.
2.5 Jenis-jenis Spektrofotometri
            Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan.  Diantaranya adalah sebagai berikut :
1)      Spektrofotometri Vis (Visible)
            Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
2)      Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
            Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah dilaut dan didaratan.
  Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
3)      Spektrofotometri UV-Vis
            Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
            Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat.  Ini berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran.  Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat.  Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik.  Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a.    Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b.    Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c.         Penyerapan oleh  perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
E = hv
Dimana :
E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
4)      Spektrofotometri IR (Infra Red)
  Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard.






BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan adalah Pipet mohr, Pipet Otomatik, Mikrosentrifus klinik, tabung  Sentrifus, rak dan tabung  reaksi, kit pemeriksaan trigleserida glukosa, dan urea, spuit 3 cc, torniquet, kapas alkohol 70%, spektrofotometer, Vitamin B komplek. Dan sampelnya adalah Mie Bakso.
3.2 Prosedur Kerja
Ø  Untuk percobaan ini dibutuhkan 2 group
Ø  1 orang pada group pertama disebut group vitamin  B dan group satunya disebut group kontrol.
Ø  Group vitaminn B kompleks akan diberikan vitamin B kompleks sebanyak 2 tablet. Diberi makan mie bakso 2 jam sebelum pengambilan darah
Ø  Group control akan diberikan makan mie ayam 2 jam sebelum pengambilan darah.
Ø  Ambil  darah vena mediana  cubiti sebanyak 1 mil dan ditempatkan pada tabung sentrifus yang berisi EDTA, masukkan kedalam sentrifus klinik untuk memisahkan sel-sel darah dengan plsama kurang lebih 15 menit.
Ø  Ambil 3 tabung cuvette

Blank
Standart
Sampel
Reagensia
1 ml
1ml
1ml
Larutan standar

10µ

Spesimen (plasma)


10µ

Ø  Masukkan tabung cuvette blang ke alat spektrofotometer set pada  angka  0 masukkan tabung  standart tekan read pada alat, ini adalah nilai absorbansi standart (As), masukan cuvette sampel dan tekan read ini adalah nilai absoebansi zat yang diukur (Au)
Ø  Catat nilai absorbansi standart dan absorbansi sampel pada kelompok vitamin B Kompleks
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disajikan sebagai berikut:
4.1.1 Tabel Hasil Pemeriksaan Darah.
Bahan/sampel
Konsumsi Mie Bakso
Control
Hasil dan Keterangan


Vit B kompleks
Mie Bakso
Glukosa : 78,4 mg/dl


Trigleserida : 17,7 mg/dl


Urea : 220 mg/dl


180 mg/dl


< 150 mg/dl


5-25 mg/dl


(tidak normal) dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum
(normal) dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum
(tidak normal) melebihi ambanng batas kadar urea

4.2 Pembahasan
Pada pengujian berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 2 jam sebelum  mengkonsumsi Mie Bakso dan suplemen Vitamin B Kompleks telah didapatkan 78,4 mg/dl, artinya (tidak normal) dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum. Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis, yang dapat terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat. Jaringan aerobik metabolisme  piruvat  menjadi  asetil-KoA,  yang  dapat  memasuki  siklus asam sitrat untuk oksidasi sempurna menjadi CO2  dan H2O, berhubungan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif (Murray, Granner, dan Rodwell, 2006). Glukosa dan metabolitnya juga ambil bagian dalam beberapa proses lain, seperti: konversi menjadi polimer glikogen di otot rangka dan hepar jalur pentosa fosfat yang merupakan jalur alternaltif dalam glikolisis untuk biosintesis  molekul  pereduksi  (NADPH)  dan  sumber  ribosa  bagi  sintesis asam nukleat triosa fosfat membentuk gugus gliserol dari triasilgliserol serta piruvat dan zat-zat antara dalam siklus asam sitrat yang menyediakan kerangka   karbon   untuk  sintesis  asam  amino,   dan   asetil-KoA   sebagai prekursor asam lemak dan kolesterol (Murray, Granner, dan Rodwell, 2006).
Regulasi Kadar Glukosa Darah adalah satu-satunya nutrisi yang dalam keadaan normal dapat digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinal dari gonad. Kadar glukosa darah harus dijaga dalam konsentrasi yang cukup untuk menyediakan nutrisi bagi organ – organ tubuh. Namun sebaliknya, konsentrasi glukosa darah yang terlalu tinggi juga dapat memberikan dampak negatif seperti diuresis osmotik dan dehidrasi pada sel. Oleh karena itu, glukosa darah perlu dijaga dalam konsentrasi yang konstan (Guyton dan Hall, 2006).
Sama halnya dengan  pemberian Vitamin B kompleks telah didapatkan berdasarkan hasil  pemeriksaan pada  darah yaitu 17,7 mg/dl artinya (normal) dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum. Metabolisme lemak merupakan proses yang dimana asam lemak dicerna, dipecah untuk energi, atau disimpan dalam tubuh manusia untuk penggunaan energi di masa depan. Asam lemak ini merupakan sebuah komponen trigliserida yang membentuk sebagian besar lemak makan dalam makanan seperti minyak nabati dan produk hewani. Proses metabolisme lemak untuk langkah pertama dalam metabolisme lemak ialah konsumsi dan pencernaan trigliserida yang ditemukan baik dalam sebuah makanan nabati seperti buah zaitun, kacang-kacangan dan alpukat dan makanan hewani seperti daging, telur dan produk susu. Lemak ini berjalan melalui saluran pencernaan ke usus dimana mereka tidak dapat diserap dalam bentuk trigliserida.
Sebaliknya, proses metabolisme dibagi melalui enzim yang disebut lipase menjadi asam lemak, dan yang paling sering, monogliserida yang merupakan asam lemak rantai tunggal yang melekat pada gliserol. Trigliserida yang bercabang kemudian dapat diserap melalui usus dan disusun kembali menjadi bentuk aslinya sebelum diangkut oleh kilomikron, jenis zat yang mirip dengan kolesterol yang dikenal sebagai lipoprotein ke dalam sistem getah bening.
Dari sistem getah bening trigliserida masuk ke dalam aliran darah, dimana proses metabolisme lipid atau lemak diselesaikan dalam satu dari tiga cara, karena mereka juga diangkut ke hati, sel-sel otot atau sel-sel lemak, yang dimana hasil metabolisme trigleserida disimpan atau digunakan untuk energi. Jika mereka berakhir di sel-sel hati, mereka diubah menjadi jenis kolestrol “jahat” yang dikenal sebagai very-low-density lipoprotein (VLDL) dan dilepaskan ke dalam aliran darah dimana mereka bekerja untuk mengangkut lipid lain. Trigliserida dikirim ke sel-sel otot dapat dioksidasi dalam mitokondria sel-sel untuk energi, sedangkan yang dikirim ke sel-sel lemak akan disimpan sampai mereka dibutuhkan untuk energi di lain waktu. Hal ini menyebabkan peningkatan ukuran sel-sel lemak, terlihat pada seseorang sebagai peningkatan lemak tubuh.
Dan yang terakhir adalah pemberian Vitamin B kompleks pada kadar urea dalam tubuh. Urea merupakan zat diuretik higroskopik dengan menyerap air dari plasma darah menjadi urin. Kadar urea dalam darah manusia disebut BUN (bahasa InggrisBlood Urea Nitrogen). Peningkatan nilai BUN terjadi padasimtoma uremia dalam kondisi gagal ginjal akut dan kronis atau kondisi gagal jantung dengan konsekuensi tekanan darah menjadi rendah dan penurunan laju filtrasi pada ginjal. Pada kasus yang lebih buruk, hemodialisis ditempuh untuk menghilangkan larutan urea dan produk akhir metabolisme dari dalam darah (Poedjiadi, 1994).

         












BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan pada pengaruh pemberian vitamin B kompleks, telah didapatkan hasil dari pemeriksaan kadar dari glukosa 78,4 mg/dl artinya (tidak normal) dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum, dan Trigleserida : 17,7 mg/dl (normal) dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum, dan Urea : 220 mg/dl (tidak normal) melebihi ambang batas kadar urea. Secara ilmiah, metabolisme memperlihatkan reaksi kimia tubuh seseorang setiap harinya untuk menghasilkan energi dari “pembakaran” makanan oleh sistem pencernaan. Kecepatan metabolisme tergantung dari faktor genetik sehingga jika seseorang memiliki metabolisme rendah, berat badan orang tersebut gampang naik, dibandingkan orang yang metabolismenya cepat. Dari semua hasil yang didapatkan tidak terdapat pengaruh dari suplemen vitamin B Kompleks dikarenakan  isu tentang suplemen obat yang dapat mempercepat metabolisme tubuh, dan ternyata  hal itu belum tentu benar 100%.
Pada pengujian berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 2 jam sebelum  mengkonsumsi Mie Bakso dan suplemen Vitamin B Kompleks telah didapatkan 78,4 mg/dl, artinya (tidak normal) dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum. Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis, yang dapat terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat.
5.2 Saran
Saran yang saya dapat ajukan yaitu sebelum memulai praktikum, praktikan diharap untuk menguasai teori serta teknik pengujiannya.






DAFTAR PUSTAKA
http://organiksmakma3b30.blogspot.com/2013/04/spektrofotometri.html
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009
Guyton   AC,   Hall   JE.   Buku   Ajar   Fisiologi   Kedokteran.   Edisi   11.
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.


























LAMPIRAN

Setelah mengkonsumsi mie bakso, dilakukan pengambilan darah
Kemudian diisi ditabung dan siap untuk dentrifus selama 15 menit
Dan selanjutnya dicampurkan 1 pipet blanko dan regen kedalam tabung yang beridi plasma.

Yang terakhir setelah diberikan blanko dan regen selanjutnya plsama(darah)
Siap melakukan pemeriksaan menggunakan alat spektrofotometer.














Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN VITAMIN B KOMPLEKS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel