LAPORAN VITAMIN B KOMPLEKS
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Vitamin merupakan nutrien organik yang
dibutuhkan dalam jumlah kecil bagi sejumlah fungsi biokimia dan umumnya tidak
dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Seluruh
vitamin yang larut air merupakan annggota vitamin B kompleks. Vitamin B
kompleks merupakan kofaktor dalam reaksi enzimatik, karena kelarutannya dalam
air kelebihannya vitamin ini akan
diekskresikan kedalam urine dan dengan
demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang toksik. Vitamin B yang
esensial bagi nutrisi manusia adalah Tiamin (B1), Riboflavin (B2), Niasin
(B3), asam Pantotenat (B5), Pirydixin
(B6), Biotin (B7), asam Folat (B9),
Cobalamin (B12). Banyak vitamin secara Biologis tidak aktif, tetapi membutuhkan
pengubahan kimia dalam tubuh misalnya proses fosforisalsi, kelompok vitamin B
kompleks bekerja sebagai koenzim yang aktif pada proses metabolisme dan
pembentukkan energi.
Vitamin B kompleks juga diduga memiliki efek
termogenik. Efek termogenik adalah efek yang memproduksi panas dan biasanya
terdapat pada obat-obatan yang memproduksi panas melalui stimulasi metabolisme.
1.2 Tujuan
Praktikum
a)
Membandingkan
kadar trigleserida pada kelompok yang diberi vitamin B kompleks dan tiidak
diberi Vitamin B kompleks dengan metode spektrofometer.
b)
Mengamati
pengaruh Vitamin B kompleks pada proses metabolisme glukosa
1.3 Manfaat
Praktikum
Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu
mahasiswa dan mengetahui perbandingan pada pemberian vitamin B kompleks, dan
juga proses metabolisme vitamin B kompleks dalam tubuh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Vitamin
B Kompleks
Vitamin
B kompleks adalah 8 vitamin yang larut dalam air dan
memainkan peran penting dalam metabolisme sel. Dalam sejarahnya, vitamin pernah diduga hanya
mempunyai satu tipe, yaituvitamin B (seperti orang mengenal vitamin
C atau vitamin D). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa
komposisi kimia didalamnya membedakan vitamin ini satu sama lain dan
terlihat dalam contohnya dalam beberapa makanan. Suplemen yang mengandung
ke-8 tipe ini disebut sebagai vitamin B kompleks. Masing-masing tipe
vitamin B suplemen mempunyai nama masing-masing (contoh; B1, B2, B3). Jenis Vitamin B
Vitamin B1 (tiamin), Vitamin B2 (riboflavin), Vitamin B3,(niasin,
termasuk asam nikotinat dan nikotinamida), Vitamin B5 (asam
pantotenat), Vitamin B6 (piridoksin), Vitamin B7, juga dikenal
sebagai vitamin H (biotin), Vitamin B9, juga dikenal
sebagai vitamin M dan vitamin B-c (asam folat), itamin
B12 (kobalamin).
Vitamin
B adalah kelompok yang larut dalam air vitamin yang memainkan
peran penting dalam sel metabolisme. Vitamin B
pernah dianggap sebagai vitamin tunggal, disebut sebagai vitamin B (sama
seperti orang menyebut vitamin C atau vitamin D). Kemudian
penelitian menunjukkan bahwa mereka adalah kimia vitamin yang
berbeda yang sering hidup berdampingan dalam makanan yang sama. Secara umum,
suplemen yang mengandung semua delapan yang disebut sebagai vitamin
B kompleks. Individu suplemen vitamin B disebut dengan nama spesifik dari
setiap vitamin (misalnya, B1,B2, B3 dll). Vitamin B yang ditemukan dalam
makanan yang tidak diolah secara keseluruhan. Karbohidrat olahan seperti gula
dan tepung putih cenderung memiliki vitamin B lebih rendah dari pada
rekan-rekan mereka yang belum diproses. Vitamin B sangat terkonsentrasi di
daging seperti kalkun dan tuna, dalam hati produk dan daging. Sumber
yang baik untuk vitamin B termasuk Kombucha, biji-bijian,
kentang, pisang, kacang, cabai, tempe,
kacang-kacangan, ragi gizi, itu bir ragi, danmolase.
2.2 Fungsi, Kebutuhan dan
Sumber Vitamin B
Vitamin B1 (Tiamin)
Fungsi : Mengubah
zat karbohidrat dalam makanan menjadi energi.
Kebutuhan : Wanita 1,1 mg; Pria 1,2 mg; Wanita hamil dan menyusui 1,4 mg.
Sumber : Nasi, roti, sereal, tepung terigu, makanan laut seperti udang, kepiting atau kerang.
Kebutuhan : Wanita 1,1 mg; Pria 1,2 mg; Wanita hamil dan menyusui 1,4 mg.
Sumber : Nasi, roti, sereal, tepung terigu, makanan laut seperti udang, kepiting atau kerang.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Fungsi : Menjaga kesehatan mata dan kulit.
Kebutuhan : Wanita 1,1 mg; Pria 1,3 mg; Wanita menyusui 1,6 mg.
Sumber : Susu, keju, ayam, brokoli, bayam, jamur.
Kebutuhan : Wanita 1,1 mg; Pria 1,3 mg; Wanita menyusui 1,6 mg.
Sumber : Susu, keju, ayam, brokoli, bayam, jamur.
Vitamin B3 (Niasin)
Fungsi : Untuk kesehatan
kulit, meningkatkan nafsu makan, memperbaiki sistem pencernaan serta membantu
mengubah makanan menjadi energi.
Kebutuhan : Wanita 14 mg; Pria 16 mg; Wanita hamil 18 mg; Wanita menyusui 17 mg.
Sumber : Padi-padian, kacang-kacangan, daging sapi, jamur.
Kebutuhan : Wanita 14 mg; Pria 16 mg; Wanita hamil 18 mg; Wanita menyusui 17 mg.
Sumber : Padi-padian, kacang-kacangan, daging sapi, jamur.
Vitamin B5 (Pantothenic Acid)
Fungsi : Bersama-sama
dengan jenis vitamin B lainnya, vitamin B5 berguna dalam proses pemecahan lemak, protein, karbohidrat menjadi energi. Manfaat lainnya
adalah untuk pembentukan sel darah merah dan membuat vitamin D.
Kebutuhan : Wanita 4 mg; Pria 6 mg; Wanita hamil 5 mg; Wanita menyusui 6 mg.
Sumber : Ayam, ikan sarden, alpukat, semangka.
Kebutuhan : Wanita 4 mg; Pria 6 mg; Wanita hamil 5 mg; Wanita menyusui 6 mg.
Sumber : Ayam, ikan sarden, alpukat, semangka.
Vitamin B6 (Piridoksin)
Fungsi : Diperlukan
dalam proses asam amino dan lemak.
Kebutuhan : Wanita 1,3 mg; Pria 1,3 mg; Wanita hamil 1,9 mg; Wanita menyusui 2 mg. Kebanyakan konsumsi vitamin B6 dengan konsumsi lebih dari 50 mg per hari dapat menyebabkan kerusakan saraf secara permanen.
Sumber : Daging unggas, ikan, sapi, kentang, tomat, pisang, buah yang berwarna ungu dan sayuran hijau.
Kebutuhan : Wanita 1,3 mg; Pria 1,3 mg; Wanita hamil 1,9 mg; Wanita menyusui 2 mg. Kebanyakan konsumsi vitamin B6 dengan konsumsi lebih dari 50 mg per hari dapat menyebabkan kerusakan saraf secara permanen.
Sumber : Daging unggas, ikan, sapi, kentang, tomat, pisang, buah yang berwarna ungu dan sayuran hijau.
Vitamin B12 (Kobalamin)
Fungsi : Mengubah
karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi, menjaga sel darah merah tetap
sehat, melindungi sel saraf, mencegah penyakit jantung, dan mencegah penyusutan otak yang dapat menyebabkan
daya ingat menurun.
Kebutuhan : Wanita 2,4 mkg; Pria 2,4 mkg; Wanita hamil 2,6 mkg; Wanita menyusui 2,8 mkg.
Sumber : Daging sapi, daging ikan, hati, telur, susu, kedelai dan rumput laut.
Kebutuhan : Wanita 2,4 mkg; Pria 2,4 mkg; Wanita hamil 2,6 mkg; Wanita menyusui 2,8 mkg.
Sumber : Daging sapi, daging ikan, hati, telur, susu, kedelai dan rumput laut.
2.3 Metabolisme Vitamin B
2.3.1
Vitamin B1
Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama
tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam
menjaga kesehatan kulit dan membantumengkonversi karbohidrat menjadi energi
yang diperlukantubuh untuk rutinitas sehari-hari.
Di samping itu, vitamin B1 juga
membantuproses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitaminB1,
kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik.
Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan,jantung, dan
sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi
banyak gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan
makanan inilah yangtelah terbukti banyak mengandung vitamin B1.
a) Absorpsi sintesis dan penyimpanan
Tiamin
di absorpsi secara aktif terutama di duodenum di bagian atas yang bersuasana asam,
dengan bantuan adenine trifosfatase (ATPase) yang bergantung pada natrium.
Tiamin yang di konsumsi yang melebuhi 5 mg/hari sebagian akan di absorpsi
secara pasif. Absorpsi aktif di hambat oleh alcohol. Setelah di absorpsi, ± 30
mg tiamin mengalami fosforisasi dan di simpan sebagai tiamin pirofosfat (TPP)
di dalam jantung, hati, ginjal dan otat.
Tubuh manusia mengandung 30 – 70 mg tiamin, 80% dalam
bentuk bentuk TPP. Separo dari tiamin terdapat di dalam otot, selebihnya di
dalam hati, jantung, ginjal dan otak. Tiamin berada dalam serkulasi darah dalam
jumlah kecil dalam bentuk bebas. Ekskresi dilakukan melalui urin dalam bentuk
utuh dan sebagian kecil dalam bentuk metabolit, terutama tiamin difosfat dan
disulfat. Ekskresi melalui urin menurun dengan cepat pada kekurangan tiamin.
Tiamin dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam saluran cerna manusia dan
hewan, tetapi yang dapat di manfaatkan tubuh adalah kecil.
b) Peran atau fungsi
Dalam
bentuk piropsfat (TPP) atai difosfat (TDP), tiamin berfungsi sebagai koenzim
berbagai reaksi metabolis energy. Tiamin di butuhkan untuk
dekarboksilsioksidatif pirufat menjadi asetil KoA dan memungkinkan masuknya
subtract yang dapat dioksidasi ke dalam siklus kreb untuk pembentukan energy.
Asetil KoA yang di hasilkan enzim ini di samping itu merupakan prekusor penting
lipida asetil kolin, yang berarti adanya peranan TTP dalam fungsi normal system
saraf. Di dalam siklus krebs, TTP juga di butuhkanuntuk dikarboksilasi
oksidatif alfa-ketoglutarat menjadi seksinil-KoA. TPP juga di butuhkan untuk
dikarboksilasi asam alfa-keto seprti asam alfa- ketoglutarat dan
2-keto-karboksilat yang di peroleh dari asam-asam amino metionin, treonin,
leusin, isoliusin dan valin. Tiamin juga merupakan koenzim reaksi transketolase
yang berfungsi dalam pentose-fosfat shunt, jalur alternative oksidasi glukosa.
Walaupun tiamin di butuhkan dalam
metabolisme lemak, protein dan asam nukleat, peranan utamanya adalah dalam
metabolism karbohidrat.
2.3.2 Vitamin B2
Vitamin B2 (riboflavin)
banyak berperan penting dalammetabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh,
vitamin B2 berperan sebagai salahsatu kompenen koenzim
flavinmononukleotida (flavinmononucleotide, FMN) dan flavin adenine
dinukleotida (adeninedinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam
regenerasienergi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan
dalampembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta
menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku.
Sumber vitamin B2 banyak ditemukanpada sayur-sayuran segar, kacang kedelai,
kuning telur, dan susu.Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh, kulit keringbersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.
Riboflafin
dibebaskan dari ikatan-ikatan protein sebagai FAD dan FMN di
dalam lambung yang bersuasana asam. FAD dan FMN kemudian di dalam usus halus
dihidrolisis oleh enzim-enzim pirofosfatase dan fosfatase menjadi riboflafin
bebas. Riboflafin di absorpsi dibagian atas usus halus secara aktif oleh proses
yang membutuhkan natrium untuk kemudian mengalami fosforisasi hingga
menjadi fmn di dalam mukosa usus halus.
Riboflafin
dan FMN dalam aliran
darah sebagian besar terikat pada albumin dan sebagian kecil pada
immunoglobulin G. riboflafin dan metabolitnya terutama disimpan di dalam hati,
jantung dan ginjal simpanan riboflafin terutama dalam bentuk FAD yang mewakili 70 –
90%vitamin tersebut. Konsentrasinya 5 kali fmn dan 50 kali riboflafin, sebanyak
200 µg riboflafin dan metabolitnya dilakukan melalui urin tiap hari.
Riboflafin
mengikat asam fosfat dan menjadi bagian dari dia jenis koenzim FMN dan FAD.
Kedua jenis koenzim ini berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi dalam sel
sebagai pembawa hydrogen dalam system traspor electron dalam metrokondria.
Keduanya juga merupakan koenzim dehidrogenese yang mengkatalisis langakah
pertama dalam oksidasi berbagai tahap metabolism glukosa dan asam lemak. FMN di gunakan untuk mengubah
pirodoksin (vitamin B6) menjadi koenzim fungsionalnya, sedangkanFAD berperan dalam perubahan
triptofan menjadi niasin.
Enzim
yang mengkatalisis fosforisasi riboflafin menjadi bentuk koenzim adalah
flavokinase. Oleh karena koenzim ini di perlukan oleh sintesis DNA, riboflafin
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan. Enzim ini diatur oleh
hormone tiroksin. Orang dewasa yang menderita kekurangan tiroksin menunjukan
kekurangan riboflafin.
2.2.3 Vitamin B3 (Niasin)
Penyerapan asam nikotinat dan nikotinamida dari
lambung dan usus berlangsung cepat (Bechgaard dan Jespersen, 1977) dan pada
konsentrasi rendah dimediasi oleh difusi terfasilitasi bergantung
natrium. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, bersifat lebih dominan difusi
pasif, dengan dosis 3 sampai 4 g niasin hampir sepenuhnya diserap (Bechgaard
dan Jespersen, 1977). Glycohydrolase dalam hati dan usus mengkatalisis
pelepasan nicotinamide dari NAD (Henderson dan Gross, 1979). Nicotinamide
kemudian diangkut ke jaringan yang akan digunakan dalam sintesis NAD bila
diperlukan. Kedua bentuk vitamin masuk sel dengan difusi sederhana, namun,
kedua asam nikotinat dan nikotinamida juga masuk eritrosit dengan difusi
terfasilitasi.
Koenzim niasin, NAD dan NADP disintesis dalam semua
jaringan tubuh dari asam nikotinat atau nicotinamide. Konsentrasi jaringan NAD
tampaknya diatur oleh konsentrasi nicotinamide ekstraseluler, yang berada di
bawah kendali hati dan pengaruh hormon. Hidrolisis NAD hati memungkinkan
pelepasan nicotinamide untuk transportasi ke jaringan yang tidak memiliki
kemampuan untuk mensintesis NAD dan NADP koenzim dari triptofan. Dalam hati
beberapa kelebihan nicotinamide plasma diubah menjadi NAD simpanan (yaitu, NAD
tidak terikat enzim). Triptofan dan asam nikotinat juga berkontribusi terhadap
penyimpanan NAD mengikuti jalur biosintesis, melalui NAMN, yang kemudian
direamidasikan ke NAD. Dalam degradasi NAD, nicotinamide terbentuk dapat
dikonversi ke NAD melalui ribonucleotide nicotinamide. Nicotinamide dapat dideaminasi
dalam saluran usus oleh mikroflora usus.
Kebutuhan niacin tubuh dipenuhi tidak hanya oleh asam
nikotinat dan nicotinaminde dalam diet, tetapi juga oleh konversi dari protein
makanan yang mengandung triptofan. Kontribusi relatif dari triptofan diperkirakan
sebagai berikut: 60 mg triptofan = 1 mg niasin = 1 mg setara niacin (Horwitt et
al, 1981.). Niasin berlebih termetilasi dalam hati untuk N1-metil-nicotinamide,
yang diekskresikan dalam urin bersama dengan produk oksidasi 2 dan 4-pyridone
dari N1-metil-nicotinamide. Kedua produk ekskresi utama N1-metil nicotinamide
dan pyridone turunannya (Mrochek et al., 1976). Proporsi berbeda tergantung
pada jumlah dan bentuk niacin tertelan dan status niacin individu.
2.3.4 Vitamin B5 (Asam Pantoenat)
Vitamin B5 (asam
pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam
tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam
berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan,
terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik
antara sistem saraf
pusat dan otakdan
memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter,
dan hormon tubuh.
Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan
hewani, mulai dari daging, susu, ginjal,
dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau.
Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin
B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain
itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk
tidur.
Asam
pantotenat di konsumsi sebagai dari KoA yang oleh enzim fosfotase dalam saluran
cerna di hiidrolisis menjadi 4-fosfopantotein dan Asam pantotenat yang kemudian
di absorpsi. Asam pantotenat di keluarkan melaui urin, terutama sebagai hasil
metabolism koenzim A.
Nilai
darah normal adalah > 100 µg/dl dan ekskresi melalui urin sebanyak 1-5
mg/hr. dengan memakan adekuat, sebanyak 2 – 7 mg/hr di keluarkan melalui urin
dan 1-2 mg/hr, melalui feses, nilai ini merupakan indicator yang sensitive
tentang konsumsi makanan.
Absopsi
CoA
dalam diet dihidrolisis dalam lumen usus ke dephospho- CoA, phosphopantetheine,
dan pantetheine, dengan pantetheine yang kemudian dihidrolisis menjadi asam
pantotenat. Asam pantotenat adalah satu-satunya senyawa pantotenat yang diserap
oleh tikus dalam studi tentang penyerapan berbagai bentuk. Penyerapannya adalah
dengan transpor aktif pada konsentrasi rendah dari vitamin dan dengan
transportasi pasif pada konsentrasi yang lebih tinggi pada hewan model. Karena
transpor aktif sistem saturable, penyerapan akan kurang efisien karena
tingginya konsentrasi asupan, namun tingkat konsumsi di mana serapannya
mengalami penurunan efisiensi pada manusia tapi tidak diketahui. Mikroflora
usus telah diamati untuk mensintesis asam pantotenat pada tikus, namun
kontribusi sintesis bakteri tubuh kadar asam pantotenat pada tinja manusia
belum diukur.
Metabolisme
Sintesis
CoA dari pantothenate diatur terutama oleh kinase pantothenate, enzim yang
dihambat oleh jalur produk akhir, CoA dan asil CoA. Dengan demikian produksi
CoA tidak mencerminkan jumlah pantothenate yang tersedia. CoA, dalam bentuk
seperti asetil CoA dan suksinil CoA, memainkan peran penting dalam siklus asam
trikarboksilat dan dalam sintesis asam lemak dan fosfolipid membran, asam
amino, hormon steroid, vitamin A dan D, porfirin dan corrin cincin, dan
neurotransmitter. Hal ini juga diperlukan untuk asetilasi dan asilasi protein
dan sintesis α-tubulin.
Ekskresi
CoA adalah dihidrolisis untuk menjadi Pantotenat dalam beberapa langkah reaksi.
Asam pantotenat diekskresikan utuh dalam urin, di mana dapat diukur dengan
menggunakan alat tes Lactobacillus plantarum atau radioimmunoassay
a. Jumlah dikeluarkan bervariasi secara proporsional dengan asupan makanan
pada rentang belum macam nilai diskrit asupan.
Peranan utama Asam pantotenat adalah sebagian koenzim A, yang di perlukan dalam
berbagai reaksi metabolism sel, sebagai bagian asetil KoA, Asam pantotenat
terlibat dalam berbagai reaksi yang berkaitan dengan metabolisme KH dan lipida,
termasuk sintesis dan pemecahan asam lemak. Disamping berperan dalam siklus
asam sitrat dan glukoneogenesis, KoA adalah akseptor gugus asetat untuk asam
amino. Asam pantotenat terlibat pula dalam sintesis hormone steroid,
kolesterol, fosfolipida dan posfirin yang di perlukan untuk pembentukan
hemoglobin.
2.3.5 Vitamin B6
Dalam jaringan hewan,
bentuk utama dari B6 adalah PLP, berikutnya adalah PMP. Penyerapan di usus
melibatkan hidrolisis yang dimediasi oleh fosfatase, lalu diikuti dengan
transportasi dalam bentuk nonfosforilasi ke dalam sel mukosa. Transportasinya
dengan mekanisme difusi pasif yang tidak bisa terjenuhkan (dapat menerima
seberapa banyak pun substrat). Bahkan dosis sangat besar diserap dengan baik.
PN glukosida diserap kurang efektif daripada PLP dan PMP dan pada manusia, PN
glukosida didekonjugasikan oleh glucosidase mukosa usus. Beberapa PN glukosida
diserap utuh dan dapat dihidrolisis pada berbagai jaringan.
Sebagian besar B6 nonfosforilasi diserap masuk ke
hati. PN, PL, dan PM dikonversi ke PNP, PLP, dan PMP oleh PL kinase. PNP,
biasanya hanya ditemukan pada konsentrasi yang sangat rendah, dan PMP
dioksidasi menjadi PLP oleh PNP oksidase. PMP juga dihasilkan dari PLP melalui
reaksi transaminase. PLP terikat ke berbagai protein dalam jaringan, ini
melindunginya dari aksi fosfatase. Kapasitas pengikat protein membatasi
akumulasi PLP jaringan jika masukan B6 sangat tinggi. Ketika kapasitas
ini terlampaui, PLP bebas dengan cepat dihidrolisis dan bentuk nonfosforilasi
dari B6 yang dirilis oleh hati dan jaringan lain ke dalam sirkulasi. Pada dosis
farmakologis dari B6, kapasitas tinggi protein pengikat PLP otot, plasma, dan
eritrosit (hemoglobin) memungkinkan mereka untuk mengakumulasi sangat tinggi
PLP ketika jaringan lainnya jenuh. PLP dalam hati dapat dioksidasi menjadi
4-PA, yang dilepaskan dan diekskresikan. Protein pengikat PLP utama dalam
plasma adalah albumin. PLP adalah bentuk utama dari vitamin B6 dalam plasma dan
seluruhnya berasal dari hati sebagai kompleks PLP-albumin. Jaringan dan
eritrosit dapat mengangkut bentuk nonfosforilasi dari vitamin plasma. Beberapa
ini berasal dari PLP plasma setelah bereaksi dengan fosfatase. B6 dalam
jaringan ditemukan dalam berbagai kompartemen subselular tetapi terutama dalam
mitokondria dan sitosol.
Biasanya, produk ekskretoris B6 utama adalah 4-PA,
yang menyumbang sekitar setengah senyawa B6 dalam urin. Bentuk lain dari
vitamin juga ditemukan dalam urin. Dengan dosis besar B6, proporsi
bentuk-bentuk lain dari vitamin meningkat. Pada dosis yang sangat tinggi dari
PN, banyak yang diekskresikan dalam urin tanpa diubah. B6 juga diekskresikan
dalam feses tapi mungkin sampai batas tertentu.
2.2.6 Vitamin B8 (Biotin)
Biotin ada sebagai
biotin bebas dan terikat protein bentuk dalam makanan. Mekanisme hidrolisis
usus dari biotin terikat protein masih belum jelas, dan sedikit yang diketahui
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas. Meskipun sebagian
besar biotin diet dalam keadaan terikat protein, baik pada daging maupun sereal
sereal, biotin dalam sereal tampaknya kurang berfungsi secara biologis (Mock,
1996). Avidin, protein yang ditemukan dalam jumlah yang cukup di putih telur
mentah, telah terbukti mengikat biotin dalam usus kecil dan mencegah penyerapan
(Mock, 1996). Biotinidase diduga memainkan peran penting dalam pelepasan biotin
dari ikatan kovalennya pada protein (Wolf et al., 1984). Dosis dari biotin
bebas (tidak terikat) diberikan kepada individu yang memiliki kekurangan
biotinidase dan telah terbukti untuk mencegah gejala yang terlihat pada
defisiensi biotinidase, menunjukkan bahwa defisiensi biotinidase disebabkan
kurangnya biotin relatif melalui kurangnya pencernaan protein yang cukup
terikat biotin, tidak memadai reabsorpsi ginjal, atau keduanya.
Sebuah pembawa biotin yang terletak di membran brush border usus mengangkut
biotin terhadap gradien konsentrasi ion natrium dan tergantung struktural
tertentu, suhu, dan electroneutral; pada konsentrasi farmakologis, bersifat
lebih dominan difusi. Biotin disintesis oleh mikroflora usus. Meskipun
penyerapan transporter-dimediasi biotin yang paling aktif dalam usus kecil
proksimal tikus, penyerapan signifikan biotin dari usus proksimal terjadi, yang
memberikan kepercayaan kepada konsep yang biotin dari sintesis mikroba dalam
usus besar dapat berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dari laporan peningkatan
konsentrasi darah setelah berangsur-angsur kolon biotin, itu muncul biotin yang
diserap dari usus manusia. Namun, Kopinski dan rekan telah menunjukkan bahwa
biotin disintesis oleh flora usus mungkin tidak hadir di lokasi atau dalam
bentuk yang kontribusi penting untuk diserap biotin.
Mekanisme
transportasi biotin ke hati dan jaringan lain setelah penyerapannya belum siap.
Biotinidase telah diidentifikasi sebagai kemungkinan sebagai biotin yang
mengikat protein dalam plasma atau sebagai protein transporter untuk membantu
masuknya biotin dunia ke dalam sel. Penelitian lain menunjukkan bahwa serum
biotin lebih dari 80 persen terikat. Pembawa anion asam dengan spesifisitas
relatif untuk biotin menyerupai pembawa usus muncul untuk menengahi penyerapan
oleh sel hati. Serapan plasenta biotin dan transportasi ke janin telah
dibuktikan dan tampaknya khusus untuk biotin. Namun, karena janin tidak
berkonsentrasi biotin, transfer plasenta tampaknya pasif.
Metabolisme
dan Ekskresi
Isolasi
dan kimia identifikasi lebih dari selusin metabolit biotin telah menetapkan
fitur utama dari pemanfaatan di mikroba dan mamalia. Sekitar setengah dari
biotin yang mengalami metabolisme untuk bisnorbiotin dan sulfoksida biotin
sebelum ekskresi. Biotin, bisnorbiotin, dan biotin sulfoksida yang hadir dalam
proporsi molar sekitar 3: 2: 1 dalam urin manusia dan plasma. Dua metabolit
minor tambahan, bisnorbiotin metil keton dan biotin sulfon, baru-baru ini
diidentifikasi dalam urin manusia. Ekskresi dan serum konsentrasi urin biotin
dan metabolitnya meningkatkan kira-kira dalam proporsi yang sama dalam
menanggapi baik intravena atau oral besar dosis biotin.
2.3.7 Vitamin B9 (Asam Folat)
Folat dalam makanan (derivatif poliglutamat)
dihidrolisis menjadi monoglutamate dalam usus sebelum penyerapan di mukosa
usus. Pembelahan ini dicapai oleh γ-glutamylhydrolase, umumnya disebut
conjugase folat. Bentuk monoglutamate folat secara aktif diangkut melewati usus
kecil proksimal dengan proses pH-dependent saturable. Jika yang dikonsumsi
dalam bentuk monoglutamate folat, diserap dengan mekanisme difusi pasif yang
nonsaturable (tidak jenuh jenuh sebanyak apapun substrat). Monoglutamate,
terutama 5-metil-tetrahydrofolate, muncul dalam sirkulasi portal. Banyak folat
ini dapat diambil oleh hati, di mana ia dimetabolisme menjadi turunan
poliglutamat dan ditahan atau dilepaskan ke dalam darah atau kantong empedu.
Sekitar dua-pertiga dari folat dalam plasma adalah terikat protein. Sebagian
folat plasma terikat dengan afinitas rendah oleh protein pengikat, terutama
albumin, yang mengikat sekitar 50 persen folat. Sedikit jumlah pengikat folat dengan afinitas tinggi
pengikat folat juga hadir dalam plasma. Transportasi seluler folat dimediasi
oleh sejumlah sistem transportasi yang berbeda, yang dapat dicirikan baik
sebagai membran carrier atau sistem protein pengikat folat. Sistem transportasi
ini tidak jenuh oleh folat dalam jumlah fisiologis. Konsentrasi folat dalam
hati 4,5 sampai 10 ug / g dilaporkan setelah biopsi hati (Whitehead, 1973).
Karena hati laki-laki dewasa beratnya kira-kira 1.400 g, jumlah total folat
dalam hati akan menjadi sekitar 6 sampai 14 mg. Jika hati diasumsikan
mengandung 50 persen dari simpanan folat tubuh, total simpanannya akan 12-28
mg. Menggunakan asumsi yang sama, Hoppner dan Lampi (1980) menentukan
konsentrasi folat hati-rata menjadi sekitar 8 mg / g (rentang 3,6-14,8 mg / g)
setelah otopsi; isi folat hati akan menjadi sekitar 11 mg dan total folat tubuh
22 mg.
Sebelum disimpan dalam jaringan atau digunakan sebagai
koenzim, monoglutamate folat dikonversi ke bentuk poliglutamat oleh enzim
folylpolyglutamate sintetase. Ketika dilepaskan dari jaringan ke dalam
sirkulasi, polyglutamate folat dikonversi ke bentuk monoglutamate oleh
γ-glutamylhydrolase. Folat harus dikurangi secara enzimatis dan disintesis
kembali ke bentuk poliglutamat berfungsi dalam reaksi transfer satu-karbon.
Keterkaitan metabolik antara folat dan vitamin B12 dapat menjelaskan mengapa
kekurangan salah satu vitamin mengarah ke perubahan hematologi yang sama. Kedua
folat dan vitamin B12 yang diperlukan untuk pembentukan
5,10-methylenetetrahydrofolate dan terlibat dalam sintesis timidilat.
Pembentukan 5,10-methylene tetrahydrofolate tergantung pada regenerasi senyawa
induk (tetrahydrofolate) dalam konversi homosistein-metionin. Reaksi ini
melibatkan pelepasan gugus metil dari metil folat dan memindahkannya ke
homosistein untuk sintesis metionin. Folat terlibat sebagai substrat
(5-metil-tetrahydrofolate) dan vitamin B12 sebagai koenzim.
5,10-methylenetetrahydrofolate memberikan metil untuk deoxyuridylate untuk
mengubahnya menjadi timidilat untuk dimasukkan ke dalam DNA. Baik kekurangan
folat atau kekurangan vitamin B12, perubahan megaloblastik terjadi di sumsum
tulang dan sel-sel lainnya akibat dari kurangnya memadai
5,10-methylenetetrahydrofolate. Rute utama dari omset folat seluruh tubuh
tampaknya melalui katabolisme menjadi produk pembelahannya. Langkah awal dalam
katabolisme folat melibatkan pembelahan folylpolyglutmate intraseluler pada
ikatan C9-N10, dan menghasilkan p-aminobenzoylpolyglutamates yang akan
dihidrolisis ke monoglutamate, yang merupakan N-asetat sebelum ekskresi. Folat
bebas memasuki glomerulus dan diserap kembali di tubulus ginjal proksimal.
Hasil bersih adalah bahwa sebagian besar folat dikeluarkan akan diserap
kembali. Sebagian besar produk ekskresi pada manusia adalah produk pembelahan
folat. Folat yang utuh dalam urin hanya mewakili persentase yang sangat kecil
dari folat yang didapat. Ekskresi bilier folat telah diperkirakan setinggi 100
mg / hari (Herbert dan Das, 1993; Whitehead, 1986); Namun, banyak dari ini
diserap oleh usus kecil (Weir et al., 1985). Pengeluaran folat lewat feses bisa
terjadi, tetapi sulit untuk membedakan feses folat yang sebenarnya atau feses
dari folat disintesis oleh flora normal usus.
2.3.9 Vitamin B12
Tidak ada studi yang ditemukan pada penyerapan B12
dari makanan susu atau dari daging merah selain daging kambing dan efisiensi
penyerapan liver. Penyerapan B12 dari hati dikabarkan rendah karena kandungan
B12nya yang tinggi. Meskipun bukti menunjukkan bahwa kandungan B12 dari 1,5
sampai 2,5 mg / makan, reseptor ileum memiiki batas jenuh, dengan demikian akan
membatasi penyerapan lebih lanjut (Scott, 1997), penyerapan sebanyak 7 mg dalam
satu subjek (18 persen) dilaporkan dari satu porsi pasta hati yang berisi 38 ug
B12 (rata penyerapan adalah 4,1 mg atau 11 persen) (Heyssel et al., 1966).
Secara khusus, diasumsikan bahwa 50 persen dari B12 makanan diserap oleh orang
dewasa yang sehat dengan fungsi lambung normal. Sebuah penyerapan pecahan yang
lebih kecil akan berlaku, namun, hanya jika seseorang mengkonsumsi makanan yang
kaya vitamin B12. Berbagai tingkat penyerapan diasumsikan dalam berbagai
kondisi. B12 muncul dalam diet hanya dalam makanan yang telah difortifikasi
dengan B12, seperti sereal sarapan dan makan pengganti cairan.
B12 terus disekresi dalam empedu. Pada individu yang
sehat sebagian besar B12 ini diserap kembali dan tersedia untuk fungsi
metabolisme. El Kholty dkk. (1991) menunjukkan bahwa sekresi B12 ke dalam
empedu rata-rata 1,0 ± 0,44 nmol / hari (1,4 mg / hari). Jika sekitar 50 persen
dari B12 ini diasumsikan diserap kembali, kehilangan rata-rata B12 melalui
empedu dalam tinja kira kira 0,5 nmol / hari (0,7 mg / hari). Penelitian dengan
babun (Green dkk., 1982) menunjukkan bahwa bentuk B12 hadir dalam empedu dapat
diserap lebih mudah daripada sianokobalamin, tetapi penyerapan kedua bentuk
ditingkatkan oleh faktor intrinsik.Teo dan rekan kerja (1980) melaporkan data
menunjukkan bahwa empedu meningkatkan penyerapan B12. Namun, dengan tidak
adanya faktor intrinsik, pada dasarnya semua B12 dari empedu diekskresikan
dalam tinja daripada diresirkulasikan. Dengan demikian, kekurangan vitamin B12
berkembang lebih cepat pada orang yang tidak memiliki faktor intrinsik atau
yang malabsorb B12 daripada pada mereka yang vegetarian atau tanpa asupan
B12.
Jika B12 beredar melebihi kapasitas pengikatan B12
pada darah, kelebihan akan diekskresikan dalam urin. Ini biasanya terjadi
setelah suntikan B12. Kehilangan tertinggi B12 biasanya terjadi melalui feses.
Sumber B12 tinja diantaranya B12 yang tidak diserap dari makanan atau empedu,
sel deskuamasi, lambung dan sekresi usus, dan B12 yang disintesis oleh bakteri
dalam usus besar. Kehilangan lain terjadi melalui kulit dan reaksi metabolisme.
Kehilangan lewat tinja dan urin menurun ketika simpanan B12 menurun. Berbagai
penelitian telah menunjukkan kehilangan 0,1-0,2 persen dari simpanan B12 per
hari terlepas dari ukuran simpanan, dengan nilai 0,2 persen umumnya berlaku
untuk orang-orang dengan anemia pernisiosa.
2.4 Metode Spektrofotometer
Spektrofotometri
merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector
Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah
Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum
Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka
sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian
lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang
di transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula
sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain :
Radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di absorpsi oleh
sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus
homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi
tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
Beberapa larutan seperti larutan Timbal (Pb2+) dalam
air tidak berwarna, supaya timbul earna larutan Pb diekstraksi dengan dithizone
sehinggaberubah menjadi berwarna merah. Larutan berwarna merah akan menyerap
radiasi pada daerah hijau. Dalam hal ini larutan Pb menunjukkan absorbans
maksimum pada panjang gelombang 515 nm.
2.5
Jenis-jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri
terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada
spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah cahaya
tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut
termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
2)
Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda
dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV berdasarkan interaksi
sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah
dilaut dan didaratan.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi
oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang
merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
3)
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri
ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua
buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber
sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator.
Untuk sistem
spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau
spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan
spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini berarti menggunakan
cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan
inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara
langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di wilayah ini
dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik.
Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan
dengan transisi dari ground state ke eksited state.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
E =
hv
Dimana :
E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
4) Spektrofotometri IR (Infra Red)
E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
4) Spektrofotometri IR (Infra Red)
Spektrofotometri ini berdasar kepada
penyerapan panjang gelombang Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi
inframerah dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah
adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang
2.5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan
intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel
akan dibandingkan dengan signal standard.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah Pipet mohr, Pipet
Otomatik, Mikrosentrifus klinik, tabung
Sentrifus, rak dan tabung reaksi,
kit pemeriksaan trigleserida glukosa, dan urea, spuit 3 cc, torniquet, kapas
alkohol 70%, spektrofotometer, Vitamin B komplek. Dan sampelnya adalah Mie
Bakso.
3.2 Prosedur Kerja
Ø
Untuk percobaan ini
dibutuhkan 2 group
Ø
1 orang pada group
pertama disebut group vitamin B dan
group satunya disebut group kontrol.
Ø
Group vitaminn B
kompleks akan diberikan vitamin B kompleks sebanyak 2 tablet. Diberi makan mie
bakso 2 jam sebelum pengambilan darah
Ø
Group control akan
diberikan makan mie ayam 2 jam sebelum pengambilan darah.
Ø
Ambil darah vena mediana cubiti sebanyak 1 mil dan ditempatkan pada
tabung sentrifus yang berisi EDTA, masukkan kedalam sentrifus klinik untuk
memisahkan sel-sel darah dengan plsama kurang lebih 15 menit.
Ø
Ambil 3 tabung
cuvette
|
Blank
|
Standart
|
Sampel
|
Reagensia
|
1 ml
|
1ml
|
1ml
|
Larutan standar
|
|
10µ
|
|
Spesimen (plasma)
|
|
|
10µ
|
Ø
Masukkan tabung
cuvette blang ke alat spektrofotometer set pada
angka 0 masukkan tabung standart tekan read pada alat, ini adalah
nilai absorbansi standart (As), masukan cuvette sampel dan tekan read ini
adalah nilai absoebansi zat yang diukur (Au)
Ø
Catat nilai
absorbansi standart dan absorbansi sampel pada kelompok vitamin B Kompleks
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disajikan
sebagai berikut:
4.1.1 Tabel Hasil Pemeriksaan Darah.
Bahan/sampel
|
Konsumsi Mie Bakso
|
Control
|
Hasil dan Keterangan
|
Vit B kompleks
Mie Bakso
|
Glukosa : 78,4 mg/dl
Trigleserida : 17,7 mg/dl
Urea : 220 mg/dl
|
180 mg/dl
< 150 mg/dl
5-25 mg/dl
|
(tidak normal) dikarenakan kurang dari
nilai batas maksimum
(normal) dikarenakan kurang dari nilai
batas maksimum
(tidak normal) melebihi ambanng batas kadar
urea
|
4.2 Pembahasan
Pada
pengujian berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 2 jam
sebelum mengkonsumsi Mie Bakso dan
suplemen Vitamin B Kompleks telah didapatkan 78,4 mg/dl, artinya (tidak normal) dikarenakan kurang dari nilai
batas maksimum. Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis, yang dapat terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat. Jaringan aerobik
metabolisme piruvat menjadi
asetil-KoA, yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O, berhubungan dengan pembentukan ATP dalam proses
fosforilasi oksidatif (Murray,
Granner, dan Rodwell, 2006). Glukosa dan metabolitnya juga ambil bagian dalam
beberapa proses lain,
seperti: konversi menjadi polimer glikogen di otot rangka dan hepar jalur
pentosa fosfat yang merupakan
jalur alternaltif dalam
glikolisis untuk biosintesis molekul
pereduksi (NADPH)
dan sumber ribosa
bagi sintesis asam nukleat triosa fosfat membentuk gugus gliserol dari triasilgliserol serta piruvat dan zat-zat antara
dalam siklus asam sitrat yang menyediakan
kerangka karbon untuk sintesis
asam
amino,
dan asetil-KoA sebagai
prekursor asam lemak
dan kolesterol (Murray, Granner,
dan Rodwell, 2006).
Regulasi Kadar Glukosa
Darah adalah satu-satunya nutrisi yang dalam
keadaan normal dapat digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinal dari gonad. Kadar glukosa darah harus dijaga dalam konsentrasi yang cukup untuk menyediakan
nutrisi bagi organ – organ tubuh. Namun sebaliknya, konsentrasi glukosa darah
yang terlalu tinggi juga dapat memberikan
dampak
negatif seperti diuresis osmotik
dan dehidrasi pada sel. Oleh
karena itu, glukosa darah perlu dijaga dalam
konsentrasi yang konstan (Guyton
dan Hall, 2006).
Sama halnya
dengan pemberian Vitamin B kompleks telah
didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan
pada darah yaitu 17,7 mg/dl artinya (normal)
dikarenakan kurang dari nilai batas maksimum. Metabolisme lemak merupakan proses yang dimana asam lemak
dicerna, dipecah untuk energi, atau disimpan dalam tubuh manusia untuk
penggunaan energi di masa depan. Asam lemak ini merupakan sebuah komponen
trigliserida yang membentuk sebagian besar lemak makan dalam makanan seperti
minyak nabati dan produk hewani. Proses metabolisme lemak untuk
langkah pertama dalam metabolisme lemak ialah konsumsi dan pencernaan
trigliserida yang ditemukan baik dalam sebuah makanan nabati seperti buah
zaitun, kacang-kacangan dan alpukat dan makanan hewani seperti daging, telur
dan produk susu. Lemak ini berjalan melalui saluran pencernaan ke usus dimana
mereka tidak dapat diserap dalam bentuk trigliserida.
Sebaliknya, proses
metabolisme dibagi melalui enzim yang disebut lipase menjadi asam lemak, dan
yang paling sering, monogliserida yang merupakan asam lemak rantai tunggal yang
melekat pada gliserol. Trigliserida yang bercabang kemudian dapat diserap
melalui usus dan disusun kembali menjadi bentuk aslinya sebelum diangkut oleh
kilomikron, jenis zat yang mirip dengan kolesterol yang dikenal sebagai
lipoprotein ke dalam sistem getah bening.
Dari sistem getah bening
trigliserida masuk ke dalam aliran darah, dimana proses metabolisme lipid atau
lemak diselesaikan dalam satu dari tiga cara, karena mereka juga diangkut ke
hati, sel-sel otot atau sel-sel lemak, yang dimana hasil metabolisme
trigleserida disimpan atau digunakan untuk energi. Jika mereka berakhir di
sel-sel hati, mereka diubah menjadi jenis kolestrol “jahat” yang dikenal
sebagai very-low-density lipoprotein (VLDL) dan dilepaskan ke dalam aliran
darah dimana mereka bekerja untuk mengangkut lipid lain. Trigliserida dikirim
ke sel-sel otot dapat dioksidasi dalam mitokondria sel-sel untuk energi,
sedangkan yang dikirim ke sel-sel lemak akan disimpan sampai mereka dibutuhkan
untuk energi di lain waktu. Hal ini menyebabkan peningkatan ukuran sel-sel
lemak, terlihat pada seseorang sebagai peningkatan lemak tubuh.
Dan
yang terakhir adalah pemberian Vitamin B kompleks pada kadar urea dalam tubuh. Urea merupakan zat diuretik higroskopik dengan menyerap air dari plasma
darah menjadi urin. Kadar urea dalam
darah manusia disebut BUN (bahasa
Inggris: Blood Urea Nitrogen).
Peningkatan nilai BUN terjadi padasimtoma uremia dalam
kondisi gagal ginjal akut
dan kronis atau kondisi gagal jantung dengan konsekuensi tekanan
darah menjadi rendah dan penurunan
laju filtrasi pada ginjal. Pada kasus yang lebih buruk, hemodialisis ditempuh untuk menghilangkan larutan urea dan produk
akhir metabolisme dari
dalam darah (Poedjiadi, 1994).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
hasil pemeriksaan pada pengaruh pemberian vitamin B kompleks, telah didapatkan hasil dari pemeriksaan kadar
dari glukosa 78,4 mg/dl artinya (tidak normal) dikarenakan kurang
dari nilai batas maksimum, dan Trigleserida : 17,7 mg/dl (normal) dikarenakan
kurang dari nilai batas maksimum, dan Urea : 220 mg/dl (tidak normal) melebihi
ambang batas kadar urea. Secara ilmiah, metabolisme memperlihatkan reaksi kimia tubuh
seseorang setiap harinya untuk menghasilkan energi dari “pembakaran” makanan
oleh sistem pencernaan. Kecepatan metabolisme tergantung dari faktor genetik
sehingga jika seseorang memiliki metabolisme rendah, berat badan orang tersebut
gampang naik, dibandingkan orang yang metabolismenya cepat. Dari semua
hasil yang didapatkan tidak terdapat pengaruh dari suplemen vitamin B Kompleks dikarenakan
isu tentang suplemen obat
yang dapat mempercepat metabolisme tubuh, dan ternyata hal itu belum tentu benar 100%.
Pada
pengujian berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 2 jam
sebelum mengkonsumsi Mie Bakso dan
suplemen Vitamin B Kompleks telah didapatkan 78,4 mg/dl, artinya (tidak normal) dikarenakan kurang dari nilai
batas maksimum. Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis, yang dapat terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat.
5.2 Saran
Saran yang saya dapat ajukan yaitu
sebelum memulai praktikum, praktikan diharap untuk menguasai teori serta teknik
pengujiannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://organiksmakma3b30.blogspot.com/2013/04/spektrofotometri.html
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11.
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.
LAMPIRAN

Setelah
mengkonsumsi mie bakso, dilakukan pengambilan darah

Kemudian diisi ditabung dan siap untuk
dentrifus selama 15 menit


Dan selanjutnya dicampurkan 1 pipet blanko dan regen
kedalam tabung yang beridi plasma.

Yang terakhir setelah diberikan blanko dan regen
selanjutnya plsama(darah)
Siap melakukan pemeriksaan menggunakan alat
spektrofotometer.
0 Response to "LAPORAN VITAMIN B KOMPLEKS"
Post a Comment