Lettori fissi

LAPORAN UJI PROTEIN

Related



DOWNLOAD FILE DISINI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
      Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu “Uji Protein“. 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen mata kuliah Kimia Analitik II yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Walaupun laporan ini masih banyak memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Gorontalo, April 2017

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ……...…………………………………………………….     ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ……………………………………………...   1
1.1.   Latar Belakang ……………………………………………………...    1
1.2.   Tujuan Praktikum …………………………………………………..     2
1.3.   Manfaat Praktikum …………………………………………………     2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ………………………………………    3
2.1.   Protein ……………….…..…………………………….…………...     3
2.2.   Struktur Protein ……..….…………………………….………….....     4
2.2.1.   Struktur Primer ……………………………………………..      4
2.2.2.   Struktur Sekunder …………………………………………..      4
2.2.3.   Struktur Tersier ……………………………………………..      4
2.2.4.   Struktur Kuartener ………………………………………….      5
2.3.   Penggolongan Protein ....…………………………………………..      5
2.3.1.   Berdasarkan Bentuk dan Sifat Fisik ……….……………….      5
2.3.2.   Berdasarkan Kelarutannya ………..………………………..       5
2.3.3.   Berdasarkan Fungsi Biologis ……..…………………….….       6
2.4.   Sifat-sifat Protein …………………………………………….……      7
2.5.   Uraian Bahan ………………………………………………………      9
2.5.1.   Etanol (C2H5OH) .....…………………………….………….      9
2.5.2.   Kloroform ………….……………………………………….      10
2.5.3.   Asam asetat (CH3COOH) ..…………………………………     10
2.5.4.   Natrium Hidroksida (NaOH) ……………………………….      10
2.5.5.   Asam Klorida (HCl) ..………………………………………      10
2.5.6.   Perak Nitrat (AgNO3) ………………………………………..    10
2.5.7.   Tembaga Sulfat (CuSO4) …………………………………….    10


BAB III METODE KERJA ……………………………………………..    11
3.1.   Alat …………………………………………………………………     11
3.2.   Bahan ……………………………………………………………….    11
3.3.   Prosedur Kerja ……………………………………………………...     11
3.3.1.   Denaturasi Protein ..…………………………………………     11
3.3.2.   Pengendapan oleh Logam …………………………………..      11
3.3.3.   Pengendapan oleh Alkohol ..………………………………..      11
3.3.4.   Uji Kelarutan Protein ……………………………………….      12
3.3.5.   Uji Biuret …………..……………………………………….      12
3.3.6.   Uji Xanthoprotein …………………………………………..      12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……..…………………………   13
4.1.   Hasil …….…………………………………………………………..    13
4.2.   Pembahasan …………………………………………………………    14
BAB V PENUTUP ……………………………………………………..     18
5.1.   Kesimpulan ………………………………………………………..       18
5.2.   Saran ……………………………………………………………….      18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..     19
LAMPIRAN I …………………………………………………………..     20
LAMPIRAN II ………………………………………………………….     21


DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Denaturasi Protein ..……….………………..     13
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengendapan oleh Alkohol …………………    13
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kelarutan Protein …………………………..     13
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pengendapan oleh Logam ………………….     14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Protein memegang peranan yang penting dalam kehidupan. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.
Protein terdiri atas satu atau beberapa rantai polipeptida yang mempunyai BM (berat molekul) tinggi. Banyaknya asam amino pada suatu protein antara 50-100.000. Bila BM asam amino 100, BM protein berkisar antara 5.000 – 5.000.000.
Struktur dari protein sangat berpengaruh terhadap aktivitas fisiologis. Ada empat macam struktur dari protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Pemeriksaan protein umumnya berdasarkan reaksi warna (secara kualitatif). Reaksi ini adalah berdasarkan adanya ikatan peptida maupun adanya sifat-sifat tertentu dari asam amino yang dikandungnya, misalnya uji biuret dan xanthoprotein. Selain itu terdapat juga uji untuk mengetahui denaturasi serta uji pengendapan protein.
Oleh karena itu, mempelajari uji kualitatif protein, uji denaturasi dan uji pengendapan protein dalam lingkup laboratorium ialah wajib dilakukan karena merupakan dasar bagi praktikan untuk dapat melakukan identifikasi zat protein yang terkandung dalam suatu bahan makanan.



1.2.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini adalah sebagai beikut :
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui 4 penyebab denaturasi protein
2.      Agar mahasiswa mengetahui kelarutan protein..
1.3.   Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang penyebab denaturasi protein.
2.      Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang kelarutan protein.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Protein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein  berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus (Aditia, 2013).
Istilah protein pertama kali dikemukakan oleh Mulder (ahli kimia belanda) pada tahun 1830-an. Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Protein ada yang bersifat mudah larut dalam air (putih telur) dan ada yang bersifat sukar larut dalam air (rambut dan kuku) (Aldwin, 2014).
Protein merupakan polimer L-α-amino. Suatu asam amino adalah senyawa yang mengandung gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam amino α-amino, kedua gugus ini terikat pada atom karbon yang sama, yang dinamakan sebagai karbon-α. Karbon-α setiap asam amino juga berikatan dengan atom H dan berbagai pengganti, dinamakan gugus R atau rantai samping (Fakhrunnisa, 2011).
Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting peranannya dalam makhluk hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Apabila tulang dan kitin adalah beton, maka protein struktural adalah dinding batu batanya. Beberapa protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga yang berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen (Maharani, 2010).


2.2.   Struktur Protein
2.2.1.   Struktur Primer
Struktur ini terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida. Struktur ini terdiri atas asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida. Ujung dari polipeptida yang terbentuk ini memiliki sifat kimia yang berbeda, yaitu mempunyai gugus amino bebas (ujung N atau amino, NH2-) dan mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau karboksil, COOH-). Oleh karena itu arah polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan) maupun C →N (kanan ke kiri) (Maharani, 2010).
2.2.2.   Struktur sekunder
Protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam amino. Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur sekunder, yaitu: α-heliks dan β-sheet. Ikatan yang membentuk struktur ini didominasi oleh ikatan hidrogen antara rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya (Maharani, 2010).
2.2.3.   Struktur Tersier
Struktur tersier terbentuk karena adanya lipatan yang membentuk struktur yang kompleks. Lipatan distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida, interaksi ionik, ikatan hidrofobik, dan ikatan hidrofilik. Interaksi intra molekuler  yang terjadi seperti ikatan hidrogan, ikatan ion, van der waals, dan hidropobik yang turut menentukan orientasi struktur tiga dimensi dari protein (Maharani, 2010).


2.2.4.   Struktur Kuartener
Struktur Kuartener terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan kata lain multi subunit. Interaksi intermolekul antar subunit protein ini membentuk struktur keempat atau kuartener. Interaksi intermolekul antar subunit protein ini membentuk struktur keempat/kwaterner. Setiap subunit protein dapat melakukan komunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain melalui interaksi intermolekuler. Beberapa struktur protein terikat dengan jembatan disulfida antara polipeptida yang berbeda, tetapi banyak protein terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini dapat kembali pada komponen polipeptidanya atau berubah komposisi subunitnya tergantung pada kebutuhan fungsinya (Maharani, 2010).
2.3.  Penggolongan Protein
2.3.1.   Berdasarkan Bentuk dan Sifat Fisik
1.      Protein Globular
Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat rapat) membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin, protamin. Protein ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol (Maharani, 2010)
2.      Protein Fibrous
Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol (Maharani, 2010)
2.3.2.   Berdasarkan Kelarutannya
1.      Albumin
Larut dalam air dan larutan garam. Tidak mempunyai asam amino khusus, misalnya albumin telur dan albumin serum (Aldwin, 2014).


2.      Globulin
Tidak larut dalam larutan netral, larut asam dan basa encer. Glutenin (gandum), orizenin (padi) (Aldwin, 2014).
3.      Gliadin (Prolamin)
Larut etanol 70-80%, tidak larut air dan etanol 100%. Gliadin/gandum, zein/jagung (Aldwin, 2014).
4.      Histon
Bersifat basa, cenderung berikatan dengan asam nukleat di dalam sel. Globin bereaksi dengan heme (senyawa asam menjadi hemoglobin). Tidak larut air, garam encer dan pekat (jenuh 30-50%). Misalnya globulin serum dan globulin telur (Aldwin, 2014).
5.      Protamin
Larut dalam air dan bersifat basa, dapat berikatan dengan asam nukleat menjadi nukleoprotamin (sperma ikan). Contohnya salmin (Aldwin, 2014).
2.3.3.   Berdasarkan Fungsi Biologis
Adapun protein yang digolongkan berdasarkan fungsi biologisnya ialah sebagai berikut (Aditia, 2013)
1.      Enzim (ribonukease, tripsin)
2.      Protein transport (hemoglobin, mioglobin, serum, albumin)
3.      Protein nutrien dan penyimpan (gliadin/gandum, ovalbumin/telur, kasein/susu, feritin/jaringan hewan)
4.      Protein kontraktil (aktin dan tubulin)
5.      Protein Struktural (kolagen, keratin, fibrion)
6.      Protein Pertahanan (antibodi, fibrinogen dan trombin, bisa ular)
7.      Protein Pengatur (hormon insulin dan hormon paratiroid)


2.4.   Sifat-sifat Protein
Adapun sifat-sifat dari protein ialah sebagai berikut (Laelatunni’mah, 2014):
1.      Ionisasi
Protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negative. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negative. Protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda.
2.      Denaturasi
Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya. Suatu protein mempunyai arti bagi tubuh apabila protein tersebut di dalam tubuh dapat melakukan aktivitas biokimiawinya yang menunjang kebutuhan hidup.Aktivitas ini banyak tergantung pada struktur dan konformasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, ion-ion logam, maka aktivitas biokimiawinya akan berkurang. Perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu merupakan suatu proses yang disebut denaturasi. Proses denaturasi ini kadang-kadang dapat berlangsung secara reversible,kadang-kadang tidak. Penggumpalan protein biasanya didahului oleh proses denaturasi yang berlangsung dengan baik pada titik isolistrik protein tersebut. Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 50 atau lebih.
3.      V iskositas
Viskositas adalah tahanan yang timbul oleh adanya gesekan antara molekul-molekul di dalam zat cair yang mengalir.Suatu larutan protein dalam air mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative lebih besar daripada viskositas air sebagai pelarutnya.Pada umumnya viskositas suatu larutan tidak ditentukan atau diukur secara absolute, tetapi ditentukan viskositas relatif, yaitu dibandingkan terhadap viskositas zat cair tertentu.Alat yang digunakan untuk menentukan viskositas ini ialah viscometer Oswald.Pengukuran viskositas dengan alat ini didasarkan pada kecepatan aliran suatu zat cair atau larutan melalui pipa tertentu.Serum darah misalnya, mempunyai kecepatan aliran yang lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan aliran air.Apabila viskositas air diberi harga satu, maka viskositas serum darah mempunyai harga kira-kira antara 1,5 sampai 2,0. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi serta larutan.Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding terbalik dengan suhu.Larutan suatu protein yang bentuk molekulnya panjang mempunyai viskositas lebih besar daripada larutan suatu protein yang berbentuk bulat.Pada titik isolistrik viskositas larutan protein mempunyai harga terkecil.
4.      Kristalisasi
Banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal. Meskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang sukar.Beberapa enzim antara pepsin, tripsin, katalase, dan urease telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal. Albumin pada serum atau telur sukar dikristalkan. Proses kristalisasi protein sering dilakukan dengan jalan penambahan garam ammoniumsulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya. Kadang-kadang dilakukan pula penambahan asetonatau alcohol dalam jumlah tertentu. Pada dasarnya semua usaha yang dilakukan itu dimaksudkan untuk menurunkan kelarutan protein dan ternyata pada titik isolistrik kelarutan protein paling kecil, sehingga mudah dapat dikristalkan dengan baik.
5.      Sistem koloid
Pada tahun 1861 Thomas Graham membagi zat-zat kimia dalam dua kategori, yaitu zat yang dapat menembus membran atau kertas perkamen dan zat yang tidak dapat menembus membran. Oleh karena yang mudah menembus membrane adalah zat yang dapat mengkristal, maka golongan ini disebut kristaloid, sedangkan golongan lain yang tidak dapat menembus membrane disbut koloid. Pengertian koloid pada waktu ii lebih banyak dihubungkan dengan besarnya molekul atau pada bobot molekul yang besar. Molekul yang besar atau molekul makro apabila dilarutkan dalam air mempunyai sifat koloid, yaitu tidak dapat menembus membrane atau kertas perkamen, tetapi tidak cukup besar sehigga tidak dapat mengendap secara alami. System koloid adalah system yang heterogen, terdiri atas dua fase, yaitu partikel keci yang terdispersi dan medium atau pelarutnya. Pada umumnya partiel koloid mempunyai ukuran antara 1 milimikaro-100 milimikro, namun batas ini tidak selalu tetap, mungkin lebih besar. Bobot molekul beberapa protein telah ditentukan berdasarkan kecepatan pengendapan dengan menggunakan ultrasentrifuga yang mempunyai kecepatan putar kira-kira 60.000 putaran per menit.
2.5.  Uraian Bahan
2.5.1.   Etanol (C2H5OH)
Etanol berwujud cair, berbau ringan sampai kuat, berasa tajam dan membakar, jernih tidak berwarna, berat molekul 46,07 g/mol, titik didih 78,5°C, titik lebur -114,1°C, mudah larut dalam air, methanol, dietil eter dan aseton (Anonim, 2005)
2.5.2.   Kloroform
Kloroform berwujud cair, berbau manis, berasa manis dan membakar, jernih dan tidak berwarna, berat molekul 119,38 g/mol, titik didih 61°C, titik lebur -63,5°C, dan sangat larut dalam air (Anonim, 2005).
2.5.3.   Asam asetat (CH3COOH)
Berwujud cair, rasa kecut seperti cuka, tidak berwarna, berbau tajam, larut dalam air, dietil dan aseton (Anonim, 2005).
2.5.4.   Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH berwarna putih atau praktis putih, bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab, kelarutan mudah larut dalam air dalam etanol tetapi tidak larut dalam dalam eter, titik leleh 3180C, titik didih 13900C, berbentuk pellet, serpihan atau bentuk lain (Thayban, 2014).


2.5.5.   Asam Klorida (HCl)
HCl akan berasap tebal di udara lembab, Gas nya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang, dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform,dan eter, merupakan oksidator kuat, massa atom  36,45, massa jenis 3,21 gr/cm3, titik leleh -1010C, energi ionisasi 1250 kj/mol, dan Kalor jenis : 0.115 kal/gr0C (Thayban, 2014).
2.5.6.   Perak Nitrat (AgNO3)
AgNO3 larut dalam air, merupakan garam, oksidator kuat, dapat di isolasi, beracun, padatan kristal, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak aromatis (Thayban, 2014).
2.5.7.   Tembaga Sulfat (CuSO4)
Tembaga sulfat larut dalam air dan gliserol, sangat larut dalam etanol (95%), hablur, tidak berwarna, tidak berbau, dan rasa dingin (Nurul, 2014).





BAB III
METODE KERJA
3.1.   Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum uji protein ialah rak tabung, tabung reaksi, penangas air, penjepit tabung, gelas ukur, gelas kimia dan pipet tetes.
3.2.   Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum uji protein ialah putih telur, susu, kaldu ayam, dan tahu.
3.3.   Prosedur Kerja
3.3.1.   Denaturasi Protein
Siapkan bahan dan alat yang digunakan. Masukkan putih telur kedalam 3 tabung reaksi masing-maisng 9 ml. Tabung I, tambahkan 1 ml HCl 0,1 M. Tabung II, tambahkan 1 ml NaOH 0,1 M dan Tabung III tambahkan 1 ml buffer asetat. Panaskan selama 15 menit dan dinginkan. Lihat ke dalam tabung mana yang terjadi endapan. Lanjutkan percobaan terhadap tabung I dan II dengan menambahkan 10 ml buffer asetat.
3.3.2.   Pengendapan oleh Logam
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Isi masing-masing tabung 3 ml putih telur. Tabung I, tetesi 5 tetes Pb-asetat 5%. Tabung II, tetesi 5 tetes HgCl2 2%. Tabung III, tetesi 5 tetes AgNo3 5%. Amati perubahan yang terjadi.
3.3.3.   Pengendapan oleh Alkohol
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Isi masing-masing tabung dengan 5 ml putih telur. Tabung I, tambahkan 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Tabung II, tambahkan 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Tabung III, tambahkan 1 ml buffer asetat dan 6 ml etanol 95%. Lihat tabung mana yang tidak larut.


3.3.4.   Uji Kelarutan Protein
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Sediakan 5 tabung yang masing-masing diisi 1 ml aquadest, HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96% dan kloroform. Tambahkan pada masing-masing tabung sebanyak 2 ml putih telur. Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.
3.3.5.   Uji Biuret
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan kedalam masing-masing tabung putih telur, susu, kaldu ayam, dan tahu sebanyak 2 ml. tambahkan pada setiap tabung 2 ml NaOH 10% dan CuSO4 0,2% sebanyak 10 tetes. Campurkan dengan baik. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
3.3.6.   Uji Xanthoprotein
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Sediakan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi putih telur dan susu sebanyak 2 ml. tambahkan pada setiap tabung 1 ml HNO3 pekat. Perhatikan adnaya endapan putih yang terbentuk. Panaskan 1 menit sampai endpaan larut kembali dan larutan berubah menjadi berwarna kuning. Amati perubahan warna yang terjadi. Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan antara protein dan NaOH terbentuk warna jingga.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap praktikum uji protein, hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Denaturasi Protein
Sampel
Reagen
Perubahan
Pertama
Kedua
Putih Telur
HCl
Buffer asetat
Terjadi endapan
NaOH
Buffer asetat
Terjadi endapan
Buffer asetat
-
Terjadi endapan

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengendapan oleh Alkohol
Sampel
Reagen
Perubahan
Putih Telur
HCl + Etanol
Tidak larut dan terjadi endapan
NaOH + Etanol
Larut tanpa endapan
Buffer asetat + Etanol
Tidak larut dan mengendap

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kelarutan Protein
Sampel
Reagen
Perubahan
Putih Telur
Aquadest
Larut berwarna bening
HCl
Sebagian Larut
NaOH
Larut berwarna bening
Alkohol
Tidak Larut
Kloroform
Tidak Larut

Tabel 4. Hasil Pengamatan Pengendapan oleh Logam
Sampel
Reagen
Perubahan
Putih Telur
Pb-Asetat
Terjadi endapan
HgCl2
Terjadi endapan
AgNO3
Terjadi endapan

4.2.   Pembahasan
Protein merupakan zat organik yang sangat penting bagi tubuh selain karbohidrat. Protein merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang saling berikatan dnegan ikatan peptida. Sumber makanan yang mengandung banyak protein ialah bahan makanan yang berasal dari daging-dagingan serta produk-produk berbahan dasar hewani lainnya seperti susu. Protein memiliki sifat-sifat yaitu denaturasi, pengendapan serta kelarutan dalam suatu pelarut tertentu. Untuk mengetahui sifat-sifat protein tersebut, maka dilakukan uji denaturasi, pengendapan dan kelarutan protein.
Menurut Madyaningratri, dkk (2015) denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat-sifat biologis suatu protein. Berdasarkan hasil pada uji denaturasi, pada tabung I ditambahkan dengan larutan albumin (larutan putih telur) dan ditambahkan HCl kemudian dipanaskan, hasilnya terjadi kekeruhan pada sampel. Hal ini sesuai dengan Kasturi (2015) bahwa setelah ditambah dengan HCl dan dipanaskan terjadi perubahan pada larutan protein yaitu larutan menjadi keruh. Hal ini terjadi karena penambahan HCl yang bersifat sebagai asam kuat menyebabkan pH larutan protein menjadi sangat asam. Setelah dipanaskan, kemudian larutan ditambahkan dengan buffer asetat, perubahan yang terjadi ialah terdapat endapan putih pada larutan. Dari percobaan tabung I dapat dipastikan terjadi denaturasi protein. Hal ini sesuai dengan Kasturi (2015) bahwa endapan putih yang terbentuk mengindikasikan terjadinya denaturasi protein.
Pada tabung II, larutan albumin ditambahkan dengan NaOH kemudian di panaskan, hasil yang diperoleh ialah tidak terjadi perubahan pada larutan. Menurut Febrianti (2014) hal ini disebabkan karena larutan NaOH bersifat sebagai basa kuat, sehingga terjadi perubahan pH yang sangat extrem pada larutan protein menjadi basa. Perubahan larutan protein menjadi basa membuat kelarutan protein meningkat. Setelah dilakukan pemanasan, kemudian larutan albumin ditambahkan buffer asetat, hasil yang diperoleh ialah terjadi endapan putih pada larutan. Endapan putih menandakan bahwa terjadi denaturasi protein.
Selanjutnya untuk tabung III, larutan albumin ditambahkan dengan buffer asetat, hasil yang diperoleh ialah terjadi kekeruhan dan endapan putih. Menurut Madyaningratri, dkk (2015) penambahan buffer asetat ini menyebabkan protein mengendap. Hal ini dikarenakan kondisi larutan berada di bawah pH isoelektrik. Maka dapat dipastikan telah terjadi denaturasi protein. Dari perocobaan I, II, dan III dapat diketahui bahwa yang mempengaruhi terjadinya detanurasi pada protein ialah pH suasana asam dan perubahan suhu (pemanasan).
Selanjutnya dilakukan percobaan pengendapan oleh alkohol. Menurut Hasrah (2014) pengendapan protein dengan alkohol adalah kompetisi pembentukan ikatan antara protein-air dengan alkohol-air. Pada tabung I, larutan albumin ditambahkan dengan HCl, hasil yang diperoleh ialah terjadi kekeruhan dan pengendapan. Hal ini sesuai dengan Madyaningratri, dkk (2015) bahwa penambahan larutan HCl ini menyebabkan larutan protein mengendap. Mengendapnya larutan protein ini disebabkan karena setelah ditambahkan dengan larutan HCl, pH larutan protein berada di bawah titik isoelektrik. Pada keadaan ini kelarutan protein berada pada titik minimumnya, sehingga dengan penambahan asam kuat membuat larutan protein semakin cepat mengendap karena kelarutannya dalam air sangat berkurang. Setelah ditambahkan HCl kemudian ditambahkan alkohol, hasil yang diperoleh ialah terjadi pengendapan. Hal ini terjadi karena menurut Madyaningratri, dkk (2015) alkohol menyebabkan protein semakin banyak yang mengendap, Ini disebabkan karena molekul protein kalah bersaing dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga molekul protein akan mengendap. Maka dari percobaan I, protein dapat diendapkan oleh alkohol pada suasana asam. Endapan protein oleh alkohol ini juga menandakan bahwa alkohol dapat menyebabkan denaturasi.
Kemudian pada tabung II, larutan albumin ditambahkan dengan NaOH, hasil yang diperoleh ialah terjadi kelarutan antara NaOH dan albumin. Selanjutnya ditambahkan alkohol pada larutan albumin, hasil yang diperoleh ialah tidak terjadi endapan. Menurut Hasrah (2014) pada keadaan ini, molekul-molekul protein yang kelarutanya telah meningkat akibat penambahan basa bersaing dengan gugus OH dari etanol untuk mengikat air tapi gugus OH dari NaOH lebih kuat dari gugus OH etanol sehingga pada kondisi basa alkohol tidak akan mengendapkan protein. Maka dari percobaan II, protein tidak dapat diendapkan oleh alkohol pada suasana basa.
Pada tabung III, larutan albumin ditambahkan buffer asetat dan menghasilkan endapan sama seperti pada percobaan denaturasi. Selajutnya di tambahkan alkohol, hasil yang diperoleh ialah terjadi endapan putih pada larutan. Hal ini sesuai dengan Madyaningratri, dkk (2015) bahwa Ini disebabkan karena molekul protein kalah bersaing dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga molekul protein akan mengendap. Dari percobaan I, II, dan III dapat ditarik kesimpulan bahwa alkohol akan bersaing dengan protein untuk mengikat air sehingga pada keadaan asam alkohol dapat mengikat air dan menyebabkan protein terendapkan. Dalam hal ini, mampu mengendapkan protein menyebabkan alkohol menjadi salah satu faktor penyebab denaturasi protein.
Selanjutnya dilakukan percobaan pengendapan oleh logam. Tiap tabung diisi dengan larutan albumin, kemudian masing-masing tabung ditetesi dengan Pb-asetat, HgCl2 dan AgNO3. Dari ketiga percobaan tersebut, hasil yang diperoleh ialah endapan putih. reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut :


    (          
    (          
    (              
Menurut Mardiana (2011) endapan terjadi karena protein mengalami denaturasi, berbeda dengan denaturasi yang diakibatkan oleh asam organik, denaturasi oleh logam bersifat irreversible yang berarti protein tidak dapat kembali kewujud semula. Berdasarkan hasil percobaan pengendapan oleh logam, dapat disimpulkan bahwa albumin dapat diendapkan oleh logam berat dimana pengendapan yang terjadi menandakan bahwa albumin dapat terdenaturasi oleh logam berat.
Kemudian dilakukan percobaan mengenai kelarutan protein. Pada percobaan pertama, tabung I dimasukkan albumin dan ditambahkan air. Hasil yang diperoleh ialah albumin larut dalam air. Hal ini sesuai dengan Mardiana (2011) bahwa albumin yang ditambahkan dengan air suling membentuk 1 fase yang berarti larut. Pada tabung II ditambahkan alkohol, hasil yang diperoleh ialah terjadi endapan putih. Pada prinsipnya, uji kelarutan protein terhadap alkohol ialah merujuk pada pengendapan protein oleh alkohol. Alkohol dapat mengendapkan protein karena kalah bersaing dalam memperebutkan ikatan dengan air.  Pada tabung III, larutan albumin ditambahkan NaOH dan hasil yang diperoleh ialah albumin larut dalam NaOH.  
Pada tabung IV ditambahkan dengan HCl dan hasil yang diperoleh ialah terjadi kekeruhan yang menandakan bahwa albumin larut sebagian dalam HCl. Hal ini sesuai dengan Mardiana (2011) bahwa daya larut protein berbeda didalam air, larutan asam dan basa. Hal ini membuktikan bahwa protein bersifat amfoter, dapat larut dengan air, larutan asam maupun basa. Pada tabung V ditambahkan kloroform dan hasil yang diperoleh ialah tidak larut. Menurut Mardiana (2011) pada kloroform, albumin tidak larut, ini membuktikan bahwa protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti kloroform. Berdasarkan percobaan I sampai V, maka dapat disimpulkan baha protein dapat laruta dalam air, NaOH dan HCl.
BAB V
PENUTUP
5.1.   Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Pada uji denaturasi, dapat diketahui 4 faktor penyebab denaturasi protein yaitu pemanasan, pH, alkohol dan logam berat.
2.      Pada uji kelarutan, protein dapat larut pada aquades, NaOH dan HCl.
5.2.   Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu adanya praktikum kembali karena praktikum sebelumnya masih belum terlalu maksimal. Pada praktikum sebelumnya terlalu dipaksakan untuk menghabiskan lebih dari satu modul praktikum dalam satu waktu sehingga akan berimbas pada pengetahuan mahasiswa yang tidak maksimal menyerap ilmu dalam praktikum.










DAFTAR PUSTAKA
Aditia, Lasinrang. 2013. Makromolekul Protein. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Sulawesi Selatan
Aldwin. 2014. Asam Amino dan Protein. Universitas Padjadjaran. Jawa Barat
Anonim. 2005. Material Safety Data Sheet. Texas. Diakses pada : https://www.sciencelab.com/ (21 April 2017, 03.30 WITA)
Fakhrunnisa, Dera. 2011. Pemeriksaan Total Protein. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Febriani, Yunisha. 2015. Protein. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta
Febrianti, Anggi. 2014. Denaturasi Protein. Universitas Sriwijaya. Palembang
Hasrah. 2014. Uji Kualitatif Protein Metode Alkohol. Universitas Hasanuddin. Makassar
Kasturi, Dess. 2015. Denaturasi Protein. Universitas Sriwijaya. Palembang
Laelatunni’mah, Fitriana. 2014. Protein Plasma. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa. Purwokerto
Madyaningratri, Ambar Puspita., Irma A. P., Tri M., dan Ramli M. L. 2015. Identifikasi Protein. Universitas Islam Bandung. Jawa Barat
Maharani, Endah Fitria. 2010. Protein dan Asam Amino. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Mardiana. 2011. Protein. Universitas Hasanuddin. Makassar
Nurul, Karimah. 2014. Kation Anion. Diakses pada : https://www. academia.edu/9739659/Laporan_Praktikum_Kation_Anion (21 April 2017, 02.00 WITA)
Thayban. 2014. Konsep Dasar Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Universitas Negeri Gorontalo








LAMPIRAN I
DOKUMENTASI HASIL ANALISA
Text Box: Pengendapan oleh Logam17838691_408525599503202_764813715_o.jpg
Text Box: Pengendapan oleh Alkohol17837559_408525606169868_572542189_o.jpgText Box: Kelarutan Protein17820643_408525592836536_1354778919_o.jpg







LAMPIRAN II
SKEMA KERJA SECARA UMUM
DENATURASI PROTEIN
 



Dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi sebanyak 9 ml.
masing-masing tabung dimasukkan 1 ml HCl 0,1 M, 1ml NaOH 0,1 M dan 1 ml Buffer asetat
Didihkan pada penangas air selama 15 menit.
Lihat tabung mana yang terjdi endapan.
Lanjutkan percobaan dengan menambahkan buffer asetat 10 ml pada tabung yang tidak beri.

HASIL PENGAMATAN
 
 





PENGENDAPAN OLEH LOGAM
 



Masukkan ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi sebanyak 3 ml.
masing-masing tabung ditetesi 5 tetes Pb asetat 5%, HgCl2 2% dan AgNO3 5%.
Amati perubahan yang terjadi

HASIL PENGAMATAN
 
 












PENGENDAPAN OLEH ALKOHOL
 



Masukkan ke masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml.
Tabung I tambahkan 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95%, tabung II tambahkan 1 NaOH 0,1 M dan 6 etanol 95% dan Tabung III tambahkan 1 ml buffer asetat  dan 6 ml etanol 95%.
Amati tabung mana yang tidak larut

HASIL PENGAMATAN
 
 










UJI KELARUTAN PROTEIN
 



Masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2ml setelah dimasukkan reagen disetiap tabung
Tabung I masukkan 1 ml aquadest, Tabung II HCl 10%, Tabung III NaOH 40%, Tabung IV Alkohol 96% dan tabung V Kloroform.
Kocok dengan kuat.
Amati perubahan yang terjadi.

HASIL PENGAMATAN
 
 







Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN UJI PROTEIN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel