MAKALAH LIPID
DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja
dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya
limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yaitu “ Lipid “.
Dalam penyusunan
dan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan
senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen mata kuliah Biokimia yang telah
membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.
Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan
doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan
disusunnya makalah ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah
wawasan bagi para pembaca. Walaupun makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata
dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan
saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, Maret 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ……..………………..…………………………. i
DAFTAR ISI ……....…………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ……...…….……………………………….. 1
A. Latar
Belakang ……………………………….…………………. 1
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………. 2
C. Tujuan
…………………………….…………………..………… 2
D. Manfaat
……………………………….………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ……… ………....………………………….... 3
A. Lipid
…………….……….………..……………….……………. 3
B. Fungsi
Lipid ………….…..…………..……………………...…. 3
C. Karakteristik
Lipid …...………………………………………… 4
a. Karakteristik
Fisik Lipid .…….…………………………….. 4
b. Karakteristik
Kimia Lipid ………………………………….. 5
D. Jenis-jenis
Lipid ……………………………………………….. 8
a. Asam
Lemak ……………………………..………….……... 8
b. Gliserida
………………………………..………………….. 9
c. Lipid
Kompleks ……………………………………………. 10
d. Lipid
Non Gliserida ………………………………………… 11
E. Uji
Lipid ………………...……………………………………… 13
a. Uji
Kualitatif .……………………………………………… 13
b. Uji
Kuantitatif ………...……………………………………. 15
BAB III PENUTUP ..…….…………………………………………..…. 17
A. Kesimpulan
…………………………………………………….. 17
B. Saran
…………… ……………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………….. 18
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
II.I Asam Lemak Jenuh ……….….………….…………. 9
Gambar
II.II Asam
Lemak Tidak Jenuh ..……………………..….. 9
Gambar
II.III Trigliserida …………….. ..…………………………. 10
Gambar
II.IV Fosfolipid ………………. ..………………………..... 10
Gambar
II.V Sfingomielin ……………..………………………….. 11
Gambar
II.VI Kolesterol ………………...………………………….. 12
Gambar
II.VII Progesteron dan Testosteron ..……………………….. 12
Gambar
II.VIII Malam Lilin
……………....………………………….. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata lemak atau minyak pasti sudah tidak
asing lagi di telingan setiap kalangan orang. Lemak atau minyak sering
diidentikkan dengan sesuatu yang licin dan sesuatu yang sulit bersatu dengan
air. Lemak dan minyak bahkan sering dikatakan sama di beberapa kalangan orang.
Nyatanya lemak dan minyak merupakan dua jenis zat yang berbeda. Lemak berasal
dari hewan dan minyak berasal dari tumbuhan. Walaupun demikian, lemak dan
minyak masih tergolong ke dalam suatu senyawa oraganik yang sangat dibutuhkan
oleh makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Senyawa tersebut disebut
lipid.
Lipid memiliki peran dan fungsi yang
sangat bermanfaat. Lipid adalah penyusun penting dari makanan karena
mereka adalah sumber nilai energi tinggi. Selain itu, lipid juga berkontribusi
terhadap struktur sel, menyediakan bahan bakar yang disimpan dan juga mengambil
bagian dalam berbagai proses biologi (Salsabil, 2014).
Senyawa lipid banyak terdapat di alam maupun pada
manusia sendiri. Kebutuhan lipid manusia yang didapat dari luar tubuh disebut
lemak esensial. Dan kebutuhan lipid manusia yang didapat dari dalam tubuh
manusia disebut lemak nonesensial. Senyawa lipid banyak terdapat di alam dalam
berbagai bentuk. Senyawa yang termasuk lipid tidak memiliki rumus struktur yang
serupa atau mirip, selain itu sifat kimia dan fisikanya pun berbeda-beda. Sehingga
lipid terbagi atas beberapa kelompok utama yang memiliki perbedaan struktural.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah kali ini ialah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan lipid?
2. Apa
fungsi lipid?
3. Bagaimana
karakteristik lipid?
4. Apa
saja jenis-jenis lipid?
5. Apa
saja uji lipid?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dalam makalah kali ini ialah sebagai berikut :
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan lipid.
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi lipid.
3. Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami karakteristik lipid.
4. Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis lipid.
5. Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami uji lipid.
D. Manfaat
Adapun
manfaat dalam makalah kali ini ialah sebagai berikut :
1. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai lipid.
2. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai fungsi lipid.
3. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai karakteristik.
4. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai jenis-jenis lipid.
5. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai uji lipid.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Lipid
Lipid adalah golongan senyawa
organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid
merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan
kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari. Lipid mempunyai sifat umum
sebagai berikut (Julianti, 2011):
1. Tidak larut dalam air.
2. Larut dalam pelarut organik seperti
benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida.
3. Mengandung unsur-unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor.
4. Apabila dihidrolisis akan
menghasilkan asam lemak.
5. Berperan pada metabolisme tumbuhan
dan hewan.
Struktur lipid yaitu memiliki kepala
yang bersifat polar dan ekor hidrokabon yang bersifat nonpolar. Dalam suatu
larutan, kepala yang bersifat polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga
membentuk senyawa amfipatik (memiliki dua kutub positif dan negatif). Selain
itu, lipid dapat membentuk formasi satu lapis lipid (monolayers), dua lapis
lipid (bilayers), misel, dan vesikula (Julianti, 2011).
B. Fungsi
Lipid
Adapun
fungsi lipid ialah sebagai berikut (Sari, 2013):
1. Lipid
dapat digunakan sebagai pengganti protein yang sangat berharga untuk
pertumbuhan, karena dalam keadaan tertentu, trigliserida (fat dan oil) dapat diubah
menjadi asam lemak bebas sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi
metabolik dalam otot ternak, khususnya unggas dan monogastrik. Lipid adalah
komponen esensial dalam membran sel dan membran sub sel. Lipid yang termasuk
dalam kelompok ini adalah asam lemak polyunsaturated/PUFA yang mengandung
fosfolipid dan ester sterol.
2. Lipid
dapat berguna sebagai penyerap dan pembawa vitamin A, D, E dan K.
3. Lipid
adalah sebagai sumber asam lemak esensial, yang bersifat sebagai pemelihara dan
integritas membran sel, mengoptimalkan transpor lipid (karena keterbatasan fosfolipid
sebagai agen pengemulsi) dan
4. Sebagai
prekursor hormon-hormon sex seperti prostagtandin hormon endrogen, estrogen.
5. Lipid
berfungsi sebagai pelindung organ tubuh yang vital.
6. Lipid
sebagai sumber steroid, yang sifatnya meningkatkan fungsi-fungsi biologis yang
penting Contoh : Sterol (kolesterol) dilibatkan dalam sistem pemeliharaan membran,
untuk transpor lipid dan sebagai prekursor vitamin D3 asam empedu dan, adrenal
dan kortikosteroid).
7. Dari
aspek teknologi makanan, lipid bertindak sebagai pelicin makanan yang berbentuk
pellet, sebagai zat yang mereduksi kotoran dalam makanan dan berperan dalam
kelezatan makanan.
C. Karakteristik Lipid
a. Karakteristik Fisik Lipid
Berikut ini merupakan beberapa karakteristik
fisik lipid, yaitu (Sari, 2013) :
1. Pada
suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak dari
tumbuhan berupa zat cair.
2. Lemak
yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak
yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak jenuh. Contoh:
Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat) mempunyai titik
lebur 71 °C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat)
mempunyai titik lebur –17 °C.
3. Lemak
yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan lemak yang
mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
4. Semua
lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panas merupakan pelarut lemak
yang baik.
5. Pada
suhu kamar, jika berbentuk cair cenderung disebut dengan minyak.
Jika berbentuk padat disebut sebagai lemak.
6. Tidak
larut dalam air sehingga disebut hidrofobik (takut air), sifat ini sangat
penting dalam pembentukan membran sel.
7. Namun,
fosfolipid bersifat ampifatik, yaitu dalam satu molekul ada bagian molekul yang
nonpolar dan hidrofob dan di bagian ada yang polar dan hidrofil (suka air).
8. Larut
dalam solven semacam alkohol, hidrogen, dan oksigen, tetapi kadar oksigen
setiap molekulnya lebih rendah dari yang dimiliki karbohidrat. Juga larut dalam
pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Minyak mempunyai titik leleh dan
titik didih lebih rendah daripada lemak.
b.
Karakteristik Kimia Lipid
Beberapa karakteristik lipid adalah sebagai
berikut (Sari, 2013):
1.
Penyabunan atau
Saponifikasi
Hidrolisis yang paling umum adalah dengan
alkali atau enzim lipase. Hidrolisis dengan alkali disebut penyabunan karena
salah satu hasilnya adalah garam asam lemak yang disebut sabun. Reaksi
hidrolisis berguna untuk menentukan bilangan penyabunan. Bilangan penyabunan
adalah bilangan yang menyatakan jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabun satu gram lemak atau minyak. Besar kecilnya bilangan penyabunan
tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat juga
dikatakan bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada massa molekul
lemak tersebut.
Hidrolisis dari trigliserida biasanya oleh
enzim lipase akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Fosfolipase merupakan
enzim yang menghidrolisis fosfolipid dan ternyata terdapat beberapa
fosfolipase, diantaranya fosfolipase A, yang dapat mengurai ikatan antara
gliserol dan asam lemak tidak jenuh. Fosfolipase B, menguraikan ikatan antara
asam lemak baik yang jenuh dan yang tidak. Fosfolipase C membebaskan ikatan
antara gliserol dengan fosfat-basa-nitrogen. Fosfolipase D akan membebaskan
ikatan antara basa-nitrogen dengan asam fosfat.
Reaksi lemak dengan alkali dinamakan
penyabunan. Beberapa zat pada lipid tidak dapat disabunkan, akan tetapi larut
dalam eter. Karena sabun tidak larut dalam eter, maka kedua zat tersebut dapat
dipisahkan dengan memakai eter. Beberapa zat yang tidak dapat disabunkan
diantaranya, beberapa macam keton, alkohol dengan jumlah atom C yang tinggi,
steroid. Bila lemak dapat disabunkan maka dia mempunyai nilai yang disebut
angka penyabunan. Angka penyabunan ialah banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 gr lemak atau minyak. Gunanya untuk menentukan berat molekul
lemak atau minyak tersebut.
2.
Misel (micelle) dan emulsi.
Pada
umumnya lipid tidak larut dalam air, karena mengandung hidrokarbon adalah
nonpolar. Akan tetapi asam lemak, beberapa fosfolipid, sfingolipid mengandung
lebih banyak bagian yang polar dibandingkan dengan bagian yang non polar.
Karena itu dinamakan polar lipid. Polar lipid tersebut sebagian larut dalam
air, dan bagian lain larut dalam pelarutan nonpolar. Pada oil water
interface, bagian yang polar dalam fase air (water phase) sedangkan bagian yang nonpolar pada fase minyak (oil phase). Dengan adanya polar lipid
tersebut dapat membentuk membran biologik dengan lapis ganda (double layer).
Misel
(Micelle), bila polar lipid mencapai konsentrase tertentu yang terdapat pada
aqueous medium, maka akan terbentuk misel. Pembentukan garam empedu menjadi
misel, sehingga memudahkan pencernaan lemak, merupakan mekanisme yang penting
untuk penyerapan lemak di usus halus.
Emulsi
adalah partikel-partikel koloid yang besar, yang dibentuk dari non polar lipid
di dalam aqueous medium. Untuk kestabilannya biasanya dipakai emulgator (emulsifying agent) seperti lesitin
(polar lipid).
3.
Halogenasi
Asam
lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau
minyak mengadisi halogen (I2 tau Br2) pada ikatan rangkapnya. Karena
derajat absorpsi lemak atau minyak sebanding dengan banyaknya ikatan rangkap
pada asam lemaknya, maka jumlah halogen yang dapat bereaksi dengan lemak
dipergunakan untuk menentukan derajat ketidakjenuhan.
Untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung dalam lemak,
diukur dengan bilangan yodium. Bilangan yodium adalah bilangan yang
menyatakan banyaknya gram yodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak.
Yodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul
yodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu makin
banyak ikatan rangkap, maka makin besar pula bilangan yodium.
4.
Hidrogenasi
Dengan
adanya katalisator (Pt atau Ni) maka lemak-lemak tak jenuh (biasanya lemak
tumbuh-tumbuhan) dapat dihidrogenasi sehingga membentuk asam lemak jenuh,
sehingga dapat menjadi lebih keras. Metode ini dapat dipakai unutuk membuat
lemak buatan (margarin) dari minyak. Sejumlah besar industri telah dikembangkan
untuk merubah minyak tumbuhan menjadi lemak padat dengan cara hidrogenasi
katalitik (suatu reaksi reduksi). Proses konversi minyak menjadi lemak dengan
jalan hidrogenasi kadang-kadang lebih dikenal dengan proses pengerasan. Salah
satu cara adalah dengan mengalirkan gas hidrogen dengan tekanan ke dalam tangki
minyak panas (200°C) yang mengandung katalis nikel yang terdispersi.
5.
Ransid (Rancidity)
Ransid
atau tengik adalah perubahan kimiawi dari lemak atau minyak sehingga terjadi
perubahan bau dan rasa dari minyak tersebut. Proses ini agaknya proses oksidasi
dari udara bebas, pada ikatan rangkap sehingga terbentuk ikatan peroksida.
Timbel (Pb) dan tembaga (Cu) mempercepat proses ketengikan. Sebaliknya
menghindarkan udara dan pemberian antioksidan mencegah ketengikan.
6.
Angka Keasaman
Angka
keasaman ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dari 1
gr lemak. Gunanya untuk menetukan banyaknya asam lemak yang terdapat pada lemak
tersebut.
7.
Angka Iodine
Banyaknya
iodine (dalam gr) yang diperlukan untuk diabsorbsi oleh 100 gr lemak (minyak).
Gunanya untuk menetukan banyaknya (derajad) ketidakjenuhan dari lemak.
8.
Angka Asetat
Angka
asetat ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralisasikan asam asetat yang
didapat dari 1 gr lemak yang telah diasetilkan. Gunanya untuk menetukan
banyaknya gugusan hidroksil dari lemak tersebut.
D.
Jenis-jenis Lipid
1.
Asam Lemak
Asam lemak
tersusun dari komponen hidrofobik berupa rantai hidrokarbon dan komponen
hidrofilik berupa gugus karboksil. Asam lemak disebut juga asam karboksilat,
diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak. Jenis lipid ini terdiri atas
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (Julianti, 2011). Ada dua macam asam lemak
yaitu (Nugroho, 2016):
1.
Asam lemak jenuh (saturated fatty acid), yaitu asam lemak ini tidak memiliki ikatan
rangkap.
2.
Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) yaitu, asam lemak ini memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap.

2.
Gliserida
1.
Gliserida Netral
Gliserida netral adalah
ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi dasar dari gliserida netral
adalah sebagai simpanan energi (berupa lemak atau minyak). Setiap gliserol
mungkin berikatan dengan 1, 2 atau 3 asam lemak yang tidak harus sama. Jika gliserol
berikatan dengan 1 asam lemak disebut monogliserida, jika berikatan dengan 2
asam lemak disebut digliserida dan jika berikatan dengan 3 asam lemak dinamakan
trigliserida. Trigliserida merupakan cadangan energi penting dari sumber lipid.
Lemak dan minyak
keduanya merupakan trigliserida. Adapun perbedaan sifat secara umum dari
keduanya adalah (Nugroho, 2016):
a)
Lemak
1)
Umumnya
diperoleh dari hewan
2)
Berwujud
padat pada suhu ruang
3)
Tersusun
dari asam lemak jenuh
b) Minyak
1)
Umumnya diperoleh dari tumbuhan
2)
Berwujud cair pada suhu ruang
3) Tersusun dari asam lemak
tak jenuh



2.
Fosfolipid
Fosfolipid atau fosfotidat merupakan suatu
gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Oleh karena
itu, fosfolipid ialah suatu fosfogliserida. Merupakan lipid yang mengandung
gugus ester fosfat. Fosfolipid menunjukkan perilaku ambivalen terhadap air.
Ekornya, yang terdiri atas hidrokarbon, bersifat hidrofobik dan tidak dapat
bercampur dengan air. Namun demikian, gugus fosfat dan ikatannya akan membentuk
sebuah kepala hidrofilik yang memiliki afinitas yang kuat terhadap air
(Julianti, 2011).


c.
Lipid Kompleks
Lipid
kompleks adalah lipid yang terdapat dalam alam bergabung dengan senyawa lain,
misalnya dengan protein atau dengan karbohidrat. Gabungan antara lipid dengan
protein disebut lipoprotein. Lipoprotein terdapat dalam plasma darah. Bagian
lipid dalam lipoprotein pada umumnya adalah trigliserida, fosfolipid, atau
kolesterol (Julianti, 2011).
Ada 4 klas mayor dari lipoprotein plasma yang masing-masing
tersusun atas beberapa jenis lipid, yaitu (Nugroho, 2016):
1.
Kilomikron berfungsi sebagai alat transportasi trigliserid
dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal
2.
VLDL (very low - density
lypoproteins) berfungsi mengikat
trigliserid di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan lemak
3.
LDL (low - density
lypoproteins) berperan mengangkut kolesterol ke jaringan perifer
4.
HDL (high - density
lypoproteins) berfungsi mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol ke
hati
d.
Lipid non gliserida
1.
Sfingolipid
Sfingolipid merupakan
lipid yang tidak mengandung gliserol amfifatik, terutama berlimpah di dalam
jaringan otak dan saraf. Salah satunya adalah sfingomielin. Sfingomielin
merupakan kelompok senyawa yang mempunyai rumus dan merupakan satu-satunya
sfingolipid yang mengandung fosfat. Sfingomielin terutama terdapat dalam
jaringan syaraf (Julianti, 2011).


2.
Kolesterol
Kolesterol merupakan
salah satu senyawa sterol yang penting dan terdapat banyak di alam. Dari rumus
kolesterol yang dapat dilihat bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada atom C
nomor 3 mempunyai posisi β oleh karena dihubungkan dengan garis penuh. Kolesterol
dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzene, dan alkohol
panas. Apabila dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk
kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, dan mempunyai titik
lebur 150°C (Julianti, 2011).


3.
Steroid


4.
Malam Lilin
Malam tidak larut di
dalam air dan sulit dihidrolisis. Malam sering digunakan sebagai lapisan
pelindung untuk kulit, rambut dan lain-lain. Malam merupakan ester antara asam
lemak dengan alkohol rantai panjang (Nugroho, 2016).
![]() |
||||
|
E. Uji Lipid
a.
Uji Kualitatif
Adapun uji lipid secara
kualitatif ialah sebagai berikut (Hastyani, 2015) :
1. Uji
Kelarutan Lipid
Pada
umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam
alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform,
aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk
emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah
menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3)
akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan
lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif
permukaan, sehingga tetes-tetes minyak tersebar seluruhnya.
2. Uji Acrolein
Uji
kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi
gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat
atau akrolein. Uji acrolein digunakan
untuk menguji keberadaan
gliserin atau lemak.
Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4)
yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk
aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang
memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih.
3. Uji
Kejenuhan pada Lipid
Uji
ketidak jenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah
termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod
Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji
ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah
itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil
dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak
jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya.
Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi
positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam
lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang
kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbon asam lemak.
4. Uji
Salkowski untuk Kolesterol
Uji
Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu
dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai
pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol,
maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat
terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008).
5.
Ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji
ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan
yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji
dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan
floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah
itu, kertas digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji.
Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl
yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah
unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas.
Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi
akan dihasilkan peroksida.
b.
Uji Kuantitatif
Adapun uji lipid secaran kuantitatif ialah
sebagai berikut (Histyani, 2015) :
1. Uji
Bilangan Reichert Meisel (BRM)
BRM
adalah jumlah 0,1N basa yang di perlukan setiap 5 gram lemak untuk menetralkan
asam-asam lemak yang mudah menguap pada destilasi, yaitu asam lemak dengan C6
dan C4 (kaproat dan butirat). Analisis ini banyak digunakan untuk
menganalisis pemalsuan mentega yang di campur minyak lain. Minyak BRM untuk
mentega antara 24-34, lebih tinggi dari minyak lain.
2. Uji
Penyabunan
Uji
penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml KOH
alkoholis 10% atau NaOH 10 % kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian
dikocok. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak
saling campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas
penangas air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH
alkoholisis dan larutan berwarna kuning muda. Reaksi di atas dikenal dengan reaksi
penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam
lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah
larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak
dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida) atau NaOH
(Natrium hidroksida).
Proses
hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlahmol basa yang
digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak. Untuk
lemak dengan berat tertentu, jumlah mol asam lemak tergantung pada panjang
rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon itu pendek, maka
jumlah mol asam lemak besar, sebaliknya apabila rantai karbon itu panjang, jumlah
mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram
lemak disebut bilangan penyabunan. Jadi besar atau kecilnya bilangan penyabunan
ini tergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat
dikatakan jugabahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul
lemak tersebut. Makin kecil berat molekul lemak, makin besar bilangan
penyabunannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari
makalah ini ialah sebagai berikut :
1.
Lipid
merupakan senyawa organik yang meliputi sejumlah
senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut
organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air.
2.
Fungsi lipid ialah sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K, sebagai
pelindung organ tubuh yang vital, sebagai pengganti protein yang sangat
berharga untuk pertumbuhan dan sebagai sumber asam lemak esensial.
3.
Karakteristik
lipid secara fisik ialah larut dalam pelarut organik, bersifat ampifatik, pada
suhu kamar, jika berbentuk cair cenderung disebut dengan minyak dan
jika berbentuk padat disebut sebagai lemak. Karakteristik lipid secara kimia
ialah saponifikasi, misel dan emulsi, halogenasi, hidrogenasi, ransid dan
lain-lain.
4.
Lipid
terbagi menjadi 4 jenis yaitu asam lemak, gliserida, lipid kompleks dan non
lipid gliserida.
5.
Uji
lipid terbagi menjadi 2 yaitu uji kualitatif meliputi uji kelarutan lipid, uji
acrolein, uji kejenuhan, uji ketengikan dan uji salkowski. Sedangkan uji lipid
kuantitaif meliputi uji bilangan reichert meisel dan uji penyabunan.
B.
Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu untuk
dilakukan percobaan mengenai lipid seperti pengujian lipid pada suatu bahan.
Hal ini diutarakan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami adanya senyawa
lipid pada suatu bahan serta bagaimana cara untuk dapat membuktikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hastyani,
Merry 2015. Lipida. Universitas
Brawijaya
Julianti,
Dinda Erni. 2011. Lipid. Universitas
Padjadjaran. Bandung
Nugroho,
Heru S.W. 2016. Metabolisme Lipid. Universitas
Negeri Yogyakarta. Jawa Tengah
Salsabil,
Muhammad. 2014. Lipid. Universitas
Padjadjaran. Bandung
Sari,
Asmiar Puspa. 2013. Lemak dan Lipid. Universitas
Hasanuddin. Makassar
0 Response to "MAKALAH LIPID"
Post a Comment