LAPORAN PROTEIN
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah suatu senyawa organik
yang berbobot molekul tinggi berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan.
Protein ini tersusun dari atom C, H, O dan N serta unsur lainnya seperti P dan
S yang membentuk unit-unit asam amino, dan unsu- unsur ini tidak dimiliki oleh lemak atau atau karbohidrat. Urutan
susunan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino yang satu
dengan asam amino yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein. Di alam,
ditemukan 20-21 macam asam amino yang membangun protein. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan-bahan pembentuk Jaringan-jaringan
baru yang selalu terjadi dalam tubuh dan
mempertahankan jaringan yang telah ada.
Kita memperoleh protein dari hewan
dan tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani sedangkan
yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Protein ini mudah
dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik. Didalam
setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada
sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air.
Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai berbagai proses
dalam tubuh dan menurunkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit.
Protein terdapat pada semua sel
hidup, kira-kira 50 persen dari berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun
struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan
bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi. Protein memiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000
sampai jutaan. Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh
kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Adapun makanan sebagai sumber protein
adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan.
Protein akan menghasilkan asam-asam amino akibat hidrolisis oleh asam atau
enzim.
Berdasarkan uraian tersebut maka
kita perlu melakukan praktikum untuk mengetahui kadar protein yang ada pada
beberapa sampel seperti ikan, telur, tahu, dan tempe, sehingga diharapkan kita
dapat mengetahui sampel mana yang sangat berguna bagi manusia dalam hal
sumbangsih proteinnya. Adapun praktikum yang akan dilakukan ini berjudul
“Protein”.
1.2 Tujuan Praktikum
-
Mengetahui 4 faktor yang menyebebkan
protein dapat terdeneturasi
-
Mengetahui kelarutan protein
-
Mengetahui ikatan peptida pada protein, adanya amino bebas dan
aromatik.
1.3 Manfaat Praktikum
Mahasiswa
dapat mengetahui berbagai pengujian
denaturasi protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Protein
Protein
(protos yang berarti “paling utama”) adalah senyaawa organik kompleks yang
mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida.
Biuret
adalah senyawa dengan dua ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan dua
molekul urea. Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusus protein
membentuk senyawa kompleks berwana ungu (violet). Reaksi positif ini terhadap
dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau
dipeptida.
Protei
mengandung asam amino berinti asam benzena, jika ditambahkan asam nitrat pekat
akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.
Senyawaa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dengan
warnanya akan lebih berubah menjadi warna tua atau jingga. Reaksi ini
didasarkan pada uji nitrasi paada benzena yang terdapat pada molekul protein
menjadi senyawa nitro yang berwarna kuning.
Protein dibangun dari asam amino yang bergabung melalui ikatan peptida
antara karboksil dan amino (dan imino dalam kasus prolin) kelompok asam amino
berikutnya. Rantai polipeptida ini dilipat ke dalam struktur tiga dimensi untuk
membentuk protein. Struktur primer atau urutan asam amino dalam protein adalah
pra-ditentukan dalam kode genetik. Dua puluh asam amino alami yang disebut asam
amino proteinogenic yang membangun protein dalam organisme hidup. Dengan
beberapa pengecualian, hanya L-isomer yang dimasukkan ke dalam protein (EFSA,
2012).
Protein adalah makromolekul polimer
terbuat dari blok bangunan asam amino yang diatur dalam rantai linear dan
bergabung bersama oleh ikatan peptida. Struktur primer biasanya diwakili oleh
urutan huruf alfabet, ada 20 huruf terkait dengan 20 asam amino alami. Protein
penyusun komponen utama dan molekul fungsional sel, dengan hampir 20% dari
berat sel eukariotik yang memiliki kontribusi terbesar setelah air (70%). Salah
satu masalah yang paling penting dalam biologi komputasi modern adalah
memprediksi struktur protein. Oleh karena itu menjadi semakin penting untuk
memprediksi struktur protein dari urutan asam amino, dengan menggunakan wawasan
yang diperoleh dari struktur sekunder sudah dikenal.Struktur ditentukan oleh
urutan kelompok masing-masing asam amino ke dalam elemen struktur sekunder yang
sesuai (misalnya, alpha, beta, atau gamma) (Falvo, 2015).
2.2 Struktur Protein
2.2.1 Struktur Primer
Struktur primer merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-urutan asam amino yang
tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam sebuah kata dan
tidak terjadi percabangan rantai. Struktur primer terbentuk melalui ikatan
antara gugus α–amino dengan gugus α–karboksil. Ikatan tersebut dinamakan ikatan
peptida atau ikatan amida. Struktur ini dapat menentukan urutan suatu asam
amino dari suatu polipeptida
2.2.2
Struktur Sekunder
Alpha helix dapat dianggap komponen
utama untuk struktur sekunder. Meskipun energi potensial tidak serendah untuk
partikel beta, pembentukan ikatan H adalah intra-strand, sehingga ada
keuntungan entropis bagi partikel beta, di mana ikatan H harus terbentuk dari
struktur sekunder, dengan segmen untai yang mungkin cukup jauh di urutan
polipeptida. Dua jenis utama dari struktur sekunder,
alpha helix dan untai beta, yang diusulkan pada tahun 1951 oleh Linus Pauling dan rekan kerja. Struktur sekunder didefinisikan oleh pola ikatan hidrogen antara kelompok peptida utama rantai.
alpha helix dan untai beta, yang diusulkan pada tahun 1951 oleh Linus Pauling dan rekan kerja. Struktur sekunder didefinisikan oleh pola ikatan hidrogen antara kelompok peptida utama rantai.
2.2.3
Struktur Tersier
Interaksi hidrofobik lipat didorong
oleh non-spesifik (penguburan residu hidrofobik dari air), tetapi struktur yang
stabil hanya ketika bagian dari domain protein terkunci pada tempatnya oleh
interaksi tersier tertentu, seperti jembatan garam, ikatan hidrogen , dan
kemasan ketat rantai samping dan ikatan disulfida. Obligasi disulfida sangat
langka dalam protein sitosolik, karena sitosol umumnya lingkungan mengurangi.
2.2.4 Struktur Kuarter
Struktur kuartener protein dapat
ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik eksperimental yang memerlukan
sampel protein dalam berbagai kondisi eksperimental. Percobaan sering
memberikan perkiraan massa protein asli dan, bersama-sama dengan pengetahuan
tentang massa dan/atau stoikiometri dari subunit, memungkinkan struktur
kuaterner untuk diprediksi dengan akurasi yang diberikan. Hal ini tidak selalu
mungkin mendapatkan penentuan tepat komposisi subunit untuk berbagai alasan.
Subunit sering berhubungan satu sama lain dengan operasi simetri, seperti sumbu
2 kali lipat dalam dimer. Multimers terdiri dari subunit identik disebut dengan
awalan "homo" (misalnya homotetramer ) dan terdiri dari subunit yang
berbeda disebut dengan awalan "hetero-" (misalnya heterotetramer,
seperti dua alpha dan dua rantai beta hemoglobin) (Tellingen, 2001).
2.3 Asam
Amino
Pemecahan protein dalam metabolisme
tidak secara khusus menghasilkan zat pembawa energi, meskipun asam amino
menghasilkan energi ketika mereka dipecah. Asam amino penting sebagai metabolit
yang dapat digunakan oleh organisme dalam proses anabolik untuk membangun
protein sendiri. Energi untuk proses ini berasal dari katabolisme karbohidrat
(Salazar, 2016).
Banyak asam
amino biologis aktif dalam organisme itu sendiri (seperti glutamat atau glisin)
atau dengan perubahan kecil struktural (seperti serotonin monoamine, yang
terbentuk dari triptofan, dan katekolamin, yang berasal dari tirosin) atau asam
amino Umum struktur peptida (rantai asam amino kecil). Mereka aktif sebagai
neurotransmitter dalam jaringan saraf, di mana mereka terhubung sel saraf
fungsional dengan mengirimkan impuls listrik kimia dari akson ke reseptor pada
akson atau sel tubuh dari sel berikutnya. Beberapa memiliki fungsi penting
sebagai garam empedu (glisin dalam asam glikokolat), dalam reaksi metilasi
(metionin), atau peradangan (histamin dari histidin). Tiroksin merupakan
turunan dari tirosin, dan fungsi sebagai zat hormonal penting bagi laju
metabolisme. Oksitosin, vasopressin dan insulin adalah hormon peptida, yang
efek kontraksi otot polos di rahim, kontraksi otot polos dalam pembuluh darah,
dan metabolisme karbohidrat masing-masing. Banyak dari senyawa ini juga dikenal
untuk mempengaruhi kesadaran. Serotonin andhistamine dibebaskan dari sengatan
lebah memicu sensasi yang kuat dari nyeri serta localinflammation. Skizofrenia
kita menemukan tingkat peningkatan serotonin dan katekolamin, termasuk dopamin.
Dalam depresi endogen, kurangnya serotonin dan katekolamin metabolisme
ditemukan. Efek merangsang kopi pada kesadaran karena pengaruhnya merangsang
metabolisme monoamine. Stimulan kesadaran seperti kokain dan LSD meniru aksi
sistem saraf pusat katekolamin dan serotonin masing-masing. Laju metabolisme
monoamine bervariasi dengan irama tidur dan bangun dalam organisme yang sehat
(Tellingen, 2001).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah
Pipret tetes, Tabung reaksi, Rak tabung, Penjepit tabung, Penangas air, Gelas
kimia, Gelas ukur.
3.2 Bahan
Dan bahan yang digunakan adalah
Albumin 2%, Casein, asam asetat 1M, HgCl2 2%, Pb asetat, 1M (Ph
4,7), AgNO3 5%, Buffer asetat 1M (4,7), Etanol 95%, HCl 0,1M, NaOH
0,1 M, HCl 10%, NaOH 40%, Kloroform, Amonium sulfat, Pereaksi milion, dan HNO3
pekat.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1
Denaturasi Protein
· Sediakan
3 tabung reaksi, masing-masing tabung
diisi dengan 9 ml larutan protein
kedalam tabung
I. Tambahkan
1 ml HCl 0,1 M
II. 1
ml NaOH 0,1 M
III. 1 ml Buffer asetat
· Tempatkan
ketiga taabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada temperatur
kamar
· Lihat
kedalam tabung mana yang terjadi endapan
· Lanjutkan
percobaan diatas terhadap tabung 1 dan 2 dengan menambahkan 10 ml
3.3.2
Pengendapan oleh Logam
·
Siapkan 3 buah taabung reaksi
·
Isi masing-masing tabung 3 ml larutaan
albumin
·
Tetesi berurutan dengan 5 tetes larutaan
Pb-asetat 5% larutan HgCl2 2% dan laarutan AgNO3 5%
·
Amati perubahan yang terjadi
3.3.3
Uji Kelaarutan Protein
·
Sediaakan 5 tabung yang bersih dan
kering. Lalu masing-masing diisi dengan aquadest, HCl 10%, NaOH 10%, Alkohol
96%, dan kloroform sebanyak 1 ml
·
Tambahkan pada setiap tabung 2 ml
albumin telur
·
Kocoklah dengan kuat, kemudian amati
sifat kelarutannya.
3.3.4
Uji Reaksi-reaksi Pembentukan Warna
Uji
Biuret
·
Sediakan 2 tabung reaksi yang bersihh dan kering, lalu
isi masing-masing dengan larutan albumin dan casein sebanyak 2 ml
·
Tambahkan pada setiap tabung 2 ml NaOH
10%, dan CuSO4 0,2% sebanyak maksimum 10 tetes
·
Campurkan dengan baik dan amati, catat
perubahan warna yang terjadi.
3.3.5
Uji Xanthoprotein
·
Sediakan 2 tabung reaksi yang bersih dan
kering, lalu isi masing-masing dengan larutaan albumin dan larutan casein
sebanyak 2 ml
·
Tambahkan pada setiap tabung 1 ml HNO3
pekat. Perhatikan adanya endaapan putih yang tebentuk
·
Paanaskan 1 menit sampai endapan larut
kembali dan larutan berubah menjadi kuning
·
Amati dan catat warna perubahan yang
terjadi. Reaksi adalah positif jika pada bidang perbatasan (inteface) antara
protein dn NaOH terbentuk warna jingga
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat disajikan sebagai berikut.
NO
|
Sampel dan Nama Pengujian
|
Pengujian
|
Keterangan
|
1.
|
Uji Denaturasi
Protein
- Albumin
(putih telur)
|
Tabung
1 : 1 ml HCl 0,1 M + 9 ml larutan protein.
Tabung
II : 1 ml NaOH 0,1 M + 9 ml larutan protein.
Tabung
III : 1 ml Buffer asetat + larutan protein.
Panaskan selam 15 menit
|
Endapan
dan perubahan warna putih susu.
Terjadi
perubahan warna kuning
Terjadi
perubahan warna dan pengendapan
|
2.
|
Uji Oleh Logam
|
Tabung
I: 3 ml Albumin + 5 tetes Pb Asetat 5% + amati
Tabung
II : 3 ml Albumin + 5 tetes HgCl2 2% amati
Tabung
III: 3 ml Albumin + 5 tetes AgNO3 5% + amati
|
Terjadi
perubahan warna
Terjadi
pengendapan
Terjadi
pengendapan
|
3.
|
Uji Kelarutan Protein
- Albumin
(putih telur)
|
Tabung l : Aquades + albumin (putih telur)
Tabung
ll : HCl 10% + albumin (putih telur)
Tabung
lll : NaOH 10% + albumin (putih telur)
Tabung
lV : Alkohol 96% + albumin (putih telur)
Tabung
V : Kloroform + albumin (putih telur)
|
Terjadi
perubahan warna tidak ada endapan hanya gelembung.
Terjadi
perubahan warna tidak ada endapan hanya gelembung yang banyak
Terjadi
perubahan warna bening dan kosentrasi gelembung yang sedkit
Terjadi
perubahan warnaa putih susu dan
mempunyai kosentrasi gelembung yang sedikit
Terjadi
endapan dan mempunyai gelembung yang sangat banyak
|
4.
|
Uji Biuret
-
Albumin (putih telur)
-
Casein (susu)
|
2
ml + Albumin + 2 ml NaOH 10% + 10
tetea CuSO4 2% dan
campurkan dengan baik dan amati perubahan warna
2
ml + Casein + 2 ml NaOH 10% + 10 tetea
CuSO4 2% dan campurkan
dengan baik dan amati perubahan warna
|
Larutan
tidak mengalaami perubahan warna tetapi terjadi endapan
Terjadi
perubahan warna menjadi biru mudah
setelah diaamati lagi terjadi pengendapan serta memiliki gelembung yang
banyak.
|
5.
|
Uji Xanthoprotein
-
Albumin (putih telur)
-
Casein (susu)
|
2 ml Albumin + 1 ml HNO3 +
panaskan 1 menit sampai kuning + NaOH
2
ml Casein + 1 ml HNO3 + panaskan 1 menit sampai kuning + NaOH
|
Terjadi
perubahan warna kuning terang + NaOH
larutan berubah warna jingga antara protein dan NaOH (+)
Terjadi
perubahan warna kuning pucat dan
semakin lama berubah menjadi putih + NaOH tidak terjadi perubahan (-)
|
4.2
Pembahasan
Protein terdapat pada semua sel dan merupakan komponen terpenting
dalam semua reaksi kimia, rata - rata 2/3 dari berat kering suatu sel terdiri
dari protein. Setiap protein merupakan polimer asam amino. Asam - asam amino
dalam protein disambung dengan ikatan peptida yang merupakan ikatan kovalen
amida yang terbentuk oleh gugus α-karboksil dan α-amino.
4.2.1
Uji Denaturasi Protein
Denaturasi
adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur
tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau
senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik terkonsentrasi, sebuah
misalnya pelarut organik (cth, alkohol atau kloroform), atau panas. Jika
protein dalam sel hidup didenaturasi, ini menyebabkan gangguan terhadap
aktivitas sel dan kemungkinan kematian sel. protein didenaturasi dapat
menunjukkan berbagai karakteristik, dari hilangnya kelarutan untuk agregasi
komunal. Denaturisasi dalam pengertian ini tidak digunakan dalam penyusunan
bahan kimia industri alkohol didenaturasi.
Dalam pengujian dapat dilakukan seperti
prosedur yang telah ditetapkan yaitu dengan menyiapkan 3 tabung reaksi. Tabung
I II dan III berisi pengenceran Albumin (putih telur) masing-masing sebanyak 9
ml per tabung, kemudian tabung 1 tambhakan 1 ml HCl 0,1 M dimana larutan ini
berfungsi secara alami membantu menghancurkan bahan makanan dan terjadi endapan
warnah putih susu, selanjutnya ditambahkan 10 ml Buffer asetat dan panaskan
selama 15 menit.
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, maka setelah larutan telur puyuh ditetesi HCl
sebanyak 1 ml warnanya menjadi bening keruh dan terdapat sedikit gumpalan. Hal
tersebut menunjukan bahwa larutan ini tidak terdenaturasi secara sempurna.
Kemudian setelah ditetesi HCl, larutan dipanaskan dengan menggunakan waterbad,
maka terjadilah perubahan warna pada larutan yaitu menjadi putih susu dan
terdapat buih. Hal ini menunjukan bahwa larutan mengalami denaturasi sempurna
ketika suhunya dinaikan, dan terjadi pula endapan itu disebabkan karena proses
pemanasan yg menunjukan terjadi denaturasi. Setelah didinginkan larutan kembai
ditetesi dengan larutan sebanyak 1 ml yaitu untuk menguji kekuatan denaturasi
yang telah terjadi. Perubahan yang terjadi setelah ditetesi buffer asetat,
larutan menjadi heterogen dan tidak menyatu, hal tersebut berarti larutan telur
puyuh ini tidak terdenaturasi secara sempurna.
Pada
percobaan kedua dengan menggunakan larutan abumin berupa telur-teluran yang
ditetesi larutan basa kuat berupa NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml. Setelah kocok hasil
yang didapatkan sebelum dan sesudah dipanaskan serta setelah ditetesi buffer
asetat adalah sebagai berikut:
Berdasarkan percobaan
yang dilakukan menggunakan putih telur yang ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M
sebanyak 1 ml, maka larutan berwarna putih kekuningan dan terdapat sedikit
gumpalan. Hal ini berarti larutan mengakami denaturasi yang tidak sempurna.
Sedangkan setelah dipanaskan dengan alat berupa waterbad selama 15 menit, maka
larutan mengalami denaturasi yang sempurna, dan terjadi pula endapan disebabkan
karena proses pemanasan. Kemudian larutan ditetesi dengan larutan buffer asetat
dengan pH 4,7 sebanyak 10 ml, maka larutan menjadi heterogen dan mengalami
denaturasi yang tidak sempurna.
Pada
percobaan ketiga dengan menggunakan bahan berupa larutan buffer asetat dengan
pH 4,7 sebanyak 1 ml pada larutan albumin tanpa adanya perubahan zat kimia
selain buffer asetat seperti pada percobaan 1 dan percobaan 2. Adapun pada
hasil pengamatan diketahui bahwa pada penambahan buffer asetat sebelum
dipanaskan, semua bahan albumin mengalami perubahan yang berbeda dan dapat
dilihat sebagai berikut:
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan dengan menggunakan putih telur yang ditetes dengan
larutan buffer asetat pH 4,7 sebanyak 1 ml, sebelum dipanaskan larutan berwarna
putih kekuningan, terdapat sedikit gumpalan dan terdenaturasi secara tidak
sempurna. Sedangkan setelah larutan dipanaskan selama 10 menit menggunakan
waterbad maka terjadi perubahan warna pada larutan yaitu menjadi putih susu dan
berbuih. Hal ni menunjukan bahwa pada larutan mengalami denaturasi yang
sempurna.
4.2.2
Uji Oleh Logam
3 tabung reaksi yang berisi larutan albumin, masing-masing
sebanyak 3 ml. Pada ketiga tabung yang berisi larutan albumin tersebut
ditambahkan 5 tetes Pb asetat 5%, pada tabung pertama, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan
5 tetes HgCl2 2%, dan tabung ketiga yang berisi larutan 3ml
larutan albumin ditambahkan 5 tetes AgNO3 5%. Saat penambahan larutan HgCl2 dan AgNO3 pada kedua
larutan albumin tersebut secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan
mana yang lebih cepat bereaksi. Saat penambahan larutan HgCl2 dan AgNO3 pada kedua larutan albumin, sama-sama
terjadi pengendapan. Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah
penetralan muatan. Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam
bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari
logam beratakan terjadi netralisasidari protein dan dihasilkan garam netral
proteinat yang mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali dalam
penambahan alkali (NH3, NaOH, dan lain-lain). Sifat pengendapan
protein ini adalah reversibel. Dan
pada larutan albumin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna putih
keruh/putih
susu, yang mulanya
albumin berwarna putih bening kental sebelum ditambahkan larutan Pb asetat 5%,
yang berarti menunjukkan bahwa hasilnya adalah negatif karena tidak terbentuk
isoelektrik.
4.2.3
Uji Kelarutan Protein
Pengujian uji kelarutan protein
dapat dilakukan dengan prosedur yaitu dengan dengan menyiapkan tabung reaksi
yang berish. Tabung 1 isi aquades, tabung II isi HCl, tabung III isi dengan
NaOH, tabung IV dengan alkohol, dan tabung V dengan mwnggunakan kloroform,
masing-masing sebanyak 1 ml dan tambahkan lagi 2 ml albumin telur per tabung, kocoklah
dengan kuat dan amati sifat kelarutannya.
Uji pertama ialah uji kelarutan
protein dengan menggunakan aquades, HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96%, kloroform
dan albumin telur. Adapun hasil dari uji ini, pada tabung pertama berisi 2 ml
albumin telur ditambahkan 1 ml aquades
menghasilkan albumin telur larut dalam aquades akan tetapi terjadi
terjadi perubahan warna bening, tidak terjadi endapan yang ada hanya gelembung.
Pada tabung kedua berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml HCl 10%
menghasilkan albumin telur larut dalam larutan HCl 10%, terjadi pula perubahan
warna dan tidak terjadi endapan tapi mengalami proses gelembung. Pada tabung
ketiga berisi 2 ml albumin telur ditambahkan NaOH 40% menghasilkan albumin
telur larut dalam larutan NaOH 40%, terjadi perubahan warna bening dan terjadi
gelembung yang amat sedikit. Pada tabung
keempat berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml alkohol 96% menghasilkan
albumin telur larut dalam alkohol 96%, terjadi perubahan warna putih susu dan
mempunyai kosentrasi gelembung yang sedikit. Dan pada tabung kelima yang berisi
2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml kloroform menghasilkan albumin telur tidak
larut dalam kloroform, terjadi endapan serta memiliki gelembung yang amat banyak.
4.2.4 Uji Biuret
Pada praktikum
uji kualitatif protein ini akan diamati adanya protein pada larutan putih telur. Casein, albumin melalui uji biuret
Pada uji
biuret, awalnya larutan putih telur berwarna putih bening, kemudian ketika
ditambahkan dengan NaOH 1 ml, larutan tidak berubah warna putih bening, setelah
itu ketika ditambahkan dengan 2 tetes CuSO4, larutan berubah menjadi
berwarna ungu pada bagian atasnya. Dalam hal ini terbentuknya warna
ungu menunjukkan bahwa pada larutan putih telur tersebut mengandung
protein.
Sama halnya pada pengujian casein
yang menghasilkan warna ungu dan ini menunjukkan bahwa casein mengandung
protein. Namun sebenarnya pada albumin warna yang dihasilkan ialah warna ungu
namun dalam percobaan ini terjadi kesalahan perubahan warna yaitu biru. Akan
tetapi albumin juga mengandung protein.
Dalam uji
biuret, bila suatu peptida dan protein dimasukkan kedalam larutan encer
kuprisulfat dalam basa kuat, maka warna biru pucat pada larutan akan berubah
menjadi violet. Warna yang terbentuk sama dengan warna yang dibentuk oleh
biuret, bila diperlakukan sama seperti pada praktikum kali ini, sehingga uji
ini dinamakan uji biuret.
4.2.5 Uji
Xanthoprotein
Uji xantoprotein
merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan adanya
gugus benzena (cincin fenil). Asam amino yang menunjukkan reaksi positif untuk
uji ini adalah tyrosin, phenilalanin, dan tryptophan. Reaksi positif ada uji
xantoprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning. Pada uji ini,
digunakan larutan HNO3 yang berfungsi untuk memecah protein menjadi
gugus benzena. Akan tetapi pada saat pengujiannya yaitu dengan 2 ml larutan
albumin + 1 ml HNO3 pekat dan kemudian dipanaskan atau sebelum dan
sesudah dipanaskan terjadi perubahan warna kuning yang menunjukan adanya
kandungan protein, serta terjadi dengan terbentuknya warna pada bidang
perbatasan antara protein dan NaOH terbentuknya warna jingga yang berarti
positif mengandung protein. Sedang pada casein hanya pada sebelum pemanasan
terjadi warna kuning tetapi pada proses pemanasan casein berubah menjadi warna
semula yaitu putih susu yang berarti hanya sekitar 15% mengandung protein.
Rekasi yang terbentuk:

BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pengujian yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan ada empat faktor
yang menyebabkan protein dapat terdenaturasi yaitu pemanasan, pengocokan,
tingkat pH dan gula dan garam. Sedangkan pada kelarutan protein Adapun hasil
dari uji ini, pada tabung pertama berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml
aquades menghasilkan albumin telur larut
dalam aquades akan tetapi terjadi terjadi perubahan warna bening, tidak terjadi
endapan yang ada hanya gelembung. Pada tabung kedua berisi 2 ml albumin telur ditambahkan
1 ml HCl 10% menghasilkan albumin telur larut dalam larutan HCl 10%, terjadi
pula perubahan warna dan tidak terjadi endapan tapi mengalami proses gelembung.
Pada tabung ketiga berisi 2 ml albumin telur ditambahkan NaOH 40% menghasilkan
albumin telur larut dalam larutan NaOH 40%, terjadi perubahan warna bening dan
terjadi gelembung yang amat sedikit.
Pada tabung keempat berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml alkohol 96%
menghasilkan albumin telur larut dalam alkohol 96%, terjadi perubahan warna
putih susu dan mempunyai kosentrasi gelembung yang sedikit. Dan pada tabung
kelima yang berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml kloroform menghasilkan
albumin telur tidak larut dalam kloroform, terjadi endapan serta memiliki
gelembung yang amat banyak.
5.2 Saran
Saran yang saya dapat ajukan yaitu
sebelum memulai praktikum, praktikan diharap untuk menguasai teori serta teknik
pengujiannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Adugna, Solomon dkk. (2004). Medical
Biochemistry. Adis Ababa: Ethiophia Public
Health Training Initiatifi
EFSA Panel on Dietetic Products, Nutrition and Allergies (NDA) .
(2012). Scientific Opinion on Dietary Reference Values for protein1. European Food Safety Authory (EFSA) Journal.10
(2):2557
Falvo,
Michael J., Hoffman Jay R. (2004). Protein – Which Is Best?. Journal of Sports Science and Medicine 3: 118-130
Salazar,
Andrew., Michael Keusgen., Jörg von Hagen. (2016). Amino Acids In The
Cultivation Of Mammalian Cells. Amino
Acids Journal. 48:1161–1171.
DOI 10.1007
Tellingen,
Christa Van. (2001). Biochemistry.
Amsterdam: Louis Bolk Instituut
0 Response to "LAPORAN PROTEIN"
Post a Comment