Lettori fissi

LAPORAN PROTEIN

Related


DOWNLOAD FILE DISINI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Protein adalah suatu senyawa organik yang berbobot molekul tinggi berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan. Protein ini tersusun dari atom C, H, O dan N serta unsur lainnya seperti P dan S yang membentuk unit-unit asam amino, dan unsu- unsur ini tidak dimiliki oleh lemak atau atau karbohidrat. Urutan susunan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino yang satu dengan asam amino yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein. Di alam, ditemukan 20-21 macam asam amino yang membangun protein. Sebagai zat pembangun, protein merupakan  bahan-bahan pembentuk Jaringan-jaringan baru  yang selalu terjadi dalam tubuh dan mempertahankan jaringan  yang telah ada.
Kita memperoleh protein dari hewan dan tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Protein ini mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik. Didalam setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai berbagai proses dalam tubuh  dan menurunkan daya tahan tubuh  terhadap penyakit.
Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50 persen dari berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi. Protein memiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Adapun makanan sebagai sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Protein akan menghasilkan asam-asam amino akibat hidrolisis oleh asam atau enzim.

Berdasarkan uraian tersebut maka kita perlu melakukan praktikum untuk mengetahui kadar protein yang ada pada beberapa sampel seperti ikan, telur, tahu, dan tempe, sehingga diharapkan kita dapat mengetahui sampel mana yang sangat berguna bagi manusia dalam hal sumbangsih proteinnya. Adapun praktikum yang akan dilakukan ini berjudul “Protein”.
1.2  Tujuan Praktikum
-          Mengetahui 4 faktor yang menyebebkan protein dapat terdeneturasi
-          Mengetahui kelarutan protein
-          Mengetahui ikatan  peptida pada protein, adanya amino bebas dan aromatik.
1.3  Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui berbagai  pengujian denaturasi protein.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Protein
Protein (protos yang berarti “paling utama”) adalah senyaawa organik kompleks yang mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer  asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusus protein membentuk senyawa kompleks berwana ungu (violet). Reaksi positif ini terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Protei mengandung asam amino berinti asam benzena, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat  berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawaa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dengan warnanya akan lebih berubah menjadi warna tua atau jingga. Reaksi ini didasarkan pada uji nitrasi paada benzena yang terdapat pada molekul protein menjadi  senyawa nitro  yang berwarna kuning.
Protein dibangun dari asam amino yang bergabung melalui ikatan peptida antara karboksil dan amino (dan imino dalam kasus prolin) kelompok asam amino berikutnya. Rantai polipeptida ini dilipat ke dalam struktur tiga dimensi untuk membentuk protein. Struktur primer atau urutan asam amino dalam protein adalah pra-ditentukan dalam kode genetik. Dua puluh asam amino alami yang disebut asam amino proteinogenic yang membangun protein dalam organisme hidup. Dengan beberapa pengecualian, hanya L-isomer yang dimasukkan ke dalam protein (EFSA, 2012).
Protein adalah makromolekul polimer terbuat dari blok bangunan asam amino yang diatur dalam rantai linear dan bergabung bersama oleh ikatan peptida. Struktur primer biasanya diwakili oleh urutan huruf alfabet, ada 20 huruf terkait dengan 20 asam amino alami. Protein penyusun komponen utama dan molekul fungsional sel, dengan hampir 20% dari berat sel eukariotik yang memiliki kontribusi terbesar setelah air (70%). Salah satu masalah yang paling penting dalam biologi komputasi modern adalah memprediksi struktur protein. Oleh karena itu menjadi semakin penting untuk memprediksi struktur protein dari urutan asam amino, dengan menggunakan wawasan yang diperoleh dari struktur sekunder sudah dikenal.Struktur ditentukan oleh urutan kelompok masing-masing asam amino ke dalam elemen struktur sekunder yang sesuai (misalnya, alpha, beta, atau gamma) (Falvo, 2015).

 2.2 Struktur Protein                            
2.2.1 Struktur Primer
Struktur primer merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-urutan asam amino yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam sebuah kata dan tidak terjadi percabangan rantai. Struktur primer terbentuk melalui ikatan antara gugus α–amino dengan gugus α–karboksil. Ikatan tersebut dinamakan ikatan peptida atau ikatan amida. Struktur ini dapat menentukan urutan suatu asam amino dari suatu polipeptida
2.2.2 Struktur Sekunder
Alpha helix dapat dianggap komponen utama untuk struktur sekunder. Meskipun energi potensial tidak serendah untuk partikel beta, pembentukan ikatan H adalah intra-strand, sehingga ada keuntungan entropis bagi partikel beta, di mana ikatan H harus terbentuk dari struktur sekunder, dengan segmen untai yang mungkin cukup jauh di urutan polipeptida. Dua jenis utama dari struktur sekunder,
alpha helix dan untai beta, yang diusulkan pada tahun 1951 oleh Linus Pauling dan rekan kerja. Struktur sekunder didefinisikan oleh pola ikatan hidrogen antara kelompok peptida utama rantai.
2.2.3 Struktur Tersier
Interaksi hidrofobik lipat didorong oleh non-spesifik (penguburan residu hidrofobik dari air), tetapi struktur yang stabil hanya ketika bagian dari domain protein terkunci pada tempatnya oleh interaksi tersier tertentu, seperti jembatan garam, ikatan hidrogen , dan kemasan ketat rantai samping dan ikatan disulfida. Obligasi disulfida sangat langka dalam protein sitosolik, karena sitosol umumnya lingkungan mengurangi.
2.2.4  Struktur Kuarter
Struktur kuartener protein dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik eksperimental yang memerlukan sampel protein dalam berbagai kondisi eksperimental. Percobaan sering memberikan perkiraan massa protein asli dan, bersama-sama dengan pengetahuan tentang massa dan/atau stoikiometri dari subunit, memungkinkan struktur kuaterner untuk diprediksi dengan akurasi yang diberikan. Hal ini tidak selalu mungkin mendapatkan penentuan tepat komposisi subunit untuk berbagai alasan. Subunit sering berhubungan satu sama lain dengan operasi simetri, seperti sumbu 2 kali lipat dalam dimer. Multimers terdiri dari subunit identik disebut dengan awalan "homo" (misalnya homotetramer ) dan terdiri dari subunit yang berbeda disebut dengan awalan "hetero-" (misalnya heterotetramer, seperti dua alpha dan dua rantai beta hemoglobin) (Tellingen, 2001).
2.3 Asam Amino
Pemecahan protein dalam metabolisme tidak secara khusus menghasilkan zat pembawa energi, meskipun asam amino menghasilkan energi ketika mereka dipecah. Asam amino penting sebagai metabolit yang dapat digunakan oleh organisme dalam proses anabolik untuk membangun protein sendiri. Energi untuk proses ini berasal dari katabolisme karbohidrat (Salazar, 2016).
Banyak asam amino biologis aktif dalam organisme itu sendiri (seperti glutamat atau glisin) atau dengan perubahan kecil struktural (seperti serotonin monoamine, yang terbentuk dari triptofan, dan katekolamin, yang berasal dari tirosin) atau asam amino Umum struktur peptida (rantai asam amino kecil). Mereka aktif sebagai neurotransmitter dalam jaringan saraf, di mana mereka terhubung sel saraf fungsional dengan mengirimkan impuls listrik kimia dari akson ke reseptor pada akson atau sel tubuh dari sel berikutnya. Beberapa memiliki fungsi penting sebagai garam empedu (glisin dalam asam glikokolat), dalam reaksi metilasi (metionin), atau peradangan (histamin dari histidin). Tiroksin merupakan turunan dari tirosin, dan fungsi sebagai zat hormonal penting bagi laju metabolisme. Oksitosin, vasopressin dan insulin adalah hormon peptida, yang efek kontraksi otot polos di rahim, kontraksi otot polos dalam pembuluh darah, dan metabolisme karbohidrat masing-masing. Banyak dari senyawa ini juga dikenal untuk mempengaruhi kesadaran. Serotonin andhistamine dibebaskan dari sengatan lebah memicu sensasi yang kuat dari nyeri serta localinflammation. Skizofrenia kita menemukan tingkat peningkatan serotonin dan katekolamin, termasuk dopamin. Dalam depresi endogen, kurangnya serotonin dan katekolamin metabolisme ditemukan. Efek merangsang kopi pada kesadaran karena pengaruhnya merangsang metabolisme monoamine. Stimulan kesadaran seperti kokain dan LSD meniru aksi sistem saraf pusat katekolamin dan serotonin masing-masing. Laju metabolisme monoamine bervariasi dengan irama tidur dan bangun dalam organisme yang sehat (Tellingen, 2001).














BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
            Adapun alat yang digunakan adalah Pipret tetes, Tabung reaksi, Rak tabung, Penjepit tabung, Penangas air, Gelas kimia, Gelas ukur.
3.2 Bahan
            Dan bahan yang digunakan adalah Albumin 2%, Casein, asam asetat 1M, HgCl2 2%, Pb asetat, 1M (Ph 4,7), AgNO3 5%, Buffer asetat 1M (4,7), Etanol 95%, HCl 0,1M, NaOH 0,1 M, HCl 10%, NaOH 40%, Kloroform, Amonium sulfat, Pereaksi milion, dan HNO3 pekat.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Denaturasi Protein
·      Sediakan 3 tabung  reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 9 ml  larutan protein kedalam tabung
I.    Tambahkan 1 ml HCl 0,1 M
II.   1 ml  NaOH 0,1 M
III. 1 ml Buffer asetat
·      Tempatkan ketiga taabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada temperatur kamar
·      Lihat kedalam tabung mana yang terjadi endapan
·      Lanjutkan percobaan diatas terhadap tabung 1 dan 2 dengan menambahkan 10 ml
3.3.2 Pengendapan  oleh Logam
·      Siapkan 3 buah taabung reaksi
·      Isi masing-masing tabung 3 ml larutaan albumin
·      Tetesi berurutan dengan 5 tetes larutaan Pb-asetat 5% larutan HgCl2 2% dan laarutan AgNO3 5%
·      Amati perubahan yang terjadi
3.3.3 Uji Kelaarutan Protein
·      Sediaakan 5 tabung yang bersih dan kering. Lalu masing-masing diisi dengan aquadest, HCl 10%, NaOH 10%, Alkohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml
·      Tambahkan pada setiap tabung 2  ml  albumin telur
·      Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.
3.3.4 Uji Reaksi-reaksi Pembentukan Warna
          Uji Biuret
·      Sediakan 2  tabung reaksi yang bersihh dan kering, lalu isi masing-masing dengan larutan albumin dan casein sebanyak 2 ml
·      Tambahkan pada setiap tabung 2 ml NaOH 10%, dan CuSO4 0,2% sebanyak maksimum 10 tetes
·      Campurkan dengan baik dan amati, catat perubahan warna yang terjadi.
3.3.5 Uji Xanthoprotein
·      Sediakan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu isi masing-masing dengan larutaan albumin dan larutan casein sebanyak 2 ml
·      Tambahkan pada setiap tabung 1 ml HNO3 pekat. Perhatikan adanya endaapan putih yang tebentuk
·      Paanaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi kuning
·      Amati dan catat warna perubahan yang terjadi. Reaksi adalah positif jika pada bidang perbatasan (inteface) antara protein dn NaOH terbentuk warna jingga 



BAB  IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan hasil pengamatan dapat disajikan sebagai berikut.
NO
Sampel dan Nama Pengujian
Pengujian
Keterangan

1.

Uji Denaturasi Protein
- Albumin (putih telur)





Tabung 1 : 1 ml HCl 0,1 M + 9 ml larutan protein.

Tabung II : 1 ml NaOH 0,1 M + 9 ml larutan protein.

Tabung III : 1 ml Buffer asetat + larutan protein.
 Panaskan selam 15 menit
Endapan dan perubahan warna putih susu.

Terjadi perubahan warna kuning


Terjadi perubahan warna dan pengendapan

2.

Uji Oleh Logam
Tabung I: 3 ml Albumin + 5 tetes Pb Asetat 5% + amati
Tabung II : 3 ml Albumin + 5 tetes HgCl2 2% amati
Tabung III: 3 ml Albumin + 5 tetes AgNO3 5% + amati
Terjadi perubahan warna

Terjadi pengendapan

Terjadi pengendapan


3.

Uji Kelarutan Protein

- Albumin (putih telur)





Tabung  l : Aquades + albumin (putih telur)
Tabung ll : HCl 10% + albumin (putih telur)


Tabung lll : NaOH 10% + albumin (putih telur)

Tabung lV : Alkohol 96% + albumin (putih telur)

Tabung V : Kloroform + albumin (putih  telur)

Terjadi perubahan warna tidak ada endapan hanya gelembung.
Terjadi perubahan warna tidak ada endapan hanya gelembung yang banyak

Terjadi perubahan warna bening dan kosentrasi gelembung yang sedkit
Terjadi perubahan warnaa putih susu  dan mempunyai kosentrasi gelembung yang sedikit
Terjadi endapan dan mempunyai gelembung yang sangat banyak


4.

Uji Biuret
- Albumin (putih telur)




- Casein (susu)


2 ml + Albumin + 2 ml NaOH 10%  + 10 tetea CuSO4 2%  dan campurkan dengan baik dan amati perubahan warna
2 ml + Casein + 2 ml NaOH 10%  + 10 tetea CuSO4 2%  dan campurkan dengan baik dan amati perubahan warna


Larutan tidak mengalaami perubahan warna tetapi terjadi endapan

Terjadi perubahan warna menjadi biru  mudah setelah diaamati lagi terjadi pengendapan serta memiliki gelembung yang banyak.

5.
Uji Xanthoprotein
- Albumin (putih telur)


-
 Casein (susu)

2  ml Albumin + 1 ml HNO3 + panaskan 1 menit sampai kuning + NaOH

2 ml Casein + 1 ml HNO3 + panaskan 1 menit sampai kuning + NaOH

Terjadi perubahan warna kuning terang  + NaOH larutan berubah warna jingga antara protein dan NaOH (+)
Terjadi perubahan warna kuning pucat  dan semakin lama berubah menjadi putih + NaOH tidak terjadi perubahan (-)



4.2 Pembahasan
            Protein terdapat pada semua sel dan merupakan komponen terpenting dalam semua reaksi kimia, rata - rata 2/3 dari berat kering suatu sel terdiri dari protein. Setiap protein merupakan polimer asam amino. Asam - asam amino dalam protein disambung dengan ikatan peptida yang merupakan ikatan kovalen amida yang terbentuk oleh gugus α-karboksil dan α-amino.
4.2.1 Uji Denaturasi Protein
Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik (cth, alkohol atau kloroform), atau panas. Jika protein dalam sel hidup didenaturasi, ini menyebabkan gangguan terhadap aktivitas sel dan kemungkinan kematian sel. protein didenaturasi dapat menunjukkan berbagai karakteristik, dari hilangnya kelarutan untuk agregasi komunal. Denaturisasi dalam pengertian ini tidak digunakan dalam penyusunan bahan kimia industri alkohol didenaturasi.
Dalam pengujian dapat dilakukan seperti prosedur yang telah ditetapkan yaitu dengan menyiapkan 3 tabung reaksi. Tabung I II dan III berisi pengenceran Albumin (putih telur) masing-masing sebanyak 9 ml per tabung, kemudian tabung 1 tambhakan 1 ml HCl 0,1 M dimana larutan ini berfungsi secara alami membantu menghancurkan bahan makanan dan terjadi endapan warnah putih susu, selanjutnya ditambahkan 10 ml Buffer asetat dan panaskan selama 15 menit.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka setelah larutan telur puyuh ditetesi HCl sebanyak 1 ml warnanya menjadi bening keruh dan terdapat sedikit gumpalan. Hal tersebut menunjukan bahwa larutan ini tidak terdenaturasi secara sempurna. Kemudian setelah ditetesi HCl, larutan dipanaskan dengan menggunakan waterbad, maka terjadilah perubahan warna pada larutan yaitu menjadi putih susu dan terdapat buih. Hal ini menunjukan bahwa larutan mengalami denaturasi sempurna ketika suhunya dinaikan, dan terjadi pula endapan itu disebabkan karena proses pemanasan yg menunjukan terjadi denaturasi. Setelah didinginkan larutan kembai ditetesi dengan larutan sebanyak 1 ml yaitu untuk menguji kekuatan denaturasi yang telah terjadi. Perubahan yang terjadi setelah ditetesi buffer asetat, larutan menjadi heterogen dan tidak menyatu, hal tersebut berarti larutan telur puyuh ini tidak terdenaturasi secara sempurna.
Pada percobaan kedua dengan menggunakan larutan abumin berupa telur-teluran yang ditetesi larutan basa kuat berupa NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml. Setelah kocok hasil yang didapatkan sebelum dan sesudah dipanaskan serta setelah ditetesi buffer asetat adalah sebagai berikut:
Berdasarkan percobaan yang dilakukan menggunakan putih telur yang ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml, maka larutan berwarna putih kekuningan dan terdapat sedikit gumpalan. Hal ini berarti larutan mengakami denaturasi yang tidak sempurna. Sedangkan setelah dipanaskan dengan alat berupa waterbad selama 15 menit, maka larutan mengalami denaturasi yang sempurna, dan terjadi pula endapan disebabkan karena proses pemanasan. Kemudian larutan ditetesi dengan larutan buffer asetat dengan pH 4,7 sebanyak 10 ml, maka larutan menjadi heterogen dan mengalami denaturasi yang tidak sempurna.
              Pada percobaan ketiga dengan menggunakan bahan berupa larutan buffer asetat dengan pH 4,7 sebanyak 1 ml pada larutan albumin tanpa adanya perubahan zat kimia selain buffer asetat seperti pada percobaan 1 dan percobaan 2. Adapun pada hasil pengamatan diketahui bahwa pada penambahan buffer asetat sebelum dipanaskan, semua bahan albumin mengalami perubahan yang berbeda dan dapat dilihat sebagai berikut:
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan putih telur yang ditetes dengan larutan buffer asetat pH 4,7 sebanyak 1 ml, sebelum dipanaskan larutan berwarna putih kekuningan, terdapat sedikit gumpalan dan terdenaturasi secara tidak sempurna. Sedangkan setelah larutan dipanaskan selama 10 menit menggunakan waterbad maka terjadi perubahan warna pada larutan yaitu menjadi putih susu dan berbuih. Hal ni menunjukan bahwa pada larutan mengalami denaturasi yang sempurna.

4.2.2 Uji Oleh Logam
              3 tabung reaksi yang berisi larutan albumin, masing-masing sebanyak 3 ml. Pada ketiga tabung yang berisi larutan albumin tersebut ditambahkan 5 tetes Pb asetat 5%, pada tabung pertama, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes HgCl2 2%, dan tabung ketiga yang berisi larutan 3ml larutan albumin ditambahkan 5 tetes AgNO3 5%. Saat penambahan larutan HgCl2 dan AgNO3  pada kedua larutan albumin tersebut secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi. Saat penambahan larutan HgCl2 dan AgNO3 pada kedua larutan albumin, sama-sama terjadi pengendapan. Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan. Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam beratakan terjadi netralisasidari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali dalam penambahan alkali (NH3, NaOH, dan lain-lain). Sifat pengendapan protein ini adalah reversibel. Dan pada larutan albumin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna putih keruh/putih susu, yang mulanya albumin berwarna putih bening kental sebelum ditambahkan larutan Pb asetat 5%, yang berarti menunjukkan bahwa hasilnya adalah negatif karena tidak terbentuk isoelektrik.
4.2.3 Uji Kelarutan Protein
              Pengujian uji kelarutan protein dapat dilakukan dengan prosedur yaitu dengan dengan menyiapkan tabung reaksi yang berish. Tabung 1 isi aquades, tabung II isi HCl, tabung III isi dengan NaOH, tabung IV dengan alkohol, dan tabung V dengan mwnggunakan kloroform, masing-masing sebanyak 1 ml dan tambahkan lagi 2 ml albumin telur per tabung, kocoklah dengan kuat dan amati sifat kelarutannya.
            Uji pertama ialah uji kelarutan protein dengan menggunakan aquades, HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96%, kloroform dan albumin telur. Adapun hasil dari uji ini, pada tabung pertama berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml aquades  menghasilkan albumin telur larut dalam aquades akan tetapi terjadi terjadi perubahan warna bening, tidak terjadi endapan yang ada hanya gelembung. Pada tabung kedua berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml HCl 10% menghasilkan albumin telur larut dalam larutan HCl 10%, terjadi pula perubahan warna dan tidak terjadi endapan tapi mengalami proses gelembung. Pada tabung ketiga berisi 2 ml albumin telur ditambahkan NaOH 40% menghasilkan albumin telur larut dalam larutan NaOH 40%, terjadi perubahan warna bening dan terjadi gelembung  yang amat sedikit. Pada tabung keempat berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml alkohol 96% menghasilkan albumin telur larut dalam alkohol 96%, terjadi perubahan warna putih susu dan mempunyai kosentrasi gelembung yang sedikit. Dan pada tabung kelima yang berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml kloroform menghasilkan albumin telur tidak larut dalam kloroform, terjadi endapan serta memiliki gelembung  yang amat banyak.
4.2.4 Uji Biuret
          Pada praktikum uji kualitatif protein ini akan diamati adanya protein pada larutan putih telur. Casein, albumin  melalui uji biuret
Pada uji biuret, awalnya larutan putih telur berwarna putih bening, kemudian ketika ditambahkan dengan NaOH 1 ml, larutan tidak berubah warna putih bening, setelah itu ketika ditambahkan dengan 2 tetes CuSO4, larutan berubah menjadi berwarna ungu pada bagian atasnya. Dalam hal ini terbentuknya warna ungu  menunjukkan bahwa pada larutan putih telur tersebut mengandung protein.
Sama halnya pada pengujian casein yang menghasilkan warna ungu dan ini menunjukkan bahwa casein mengandung protein. Namun sebenarnya pada albumin warna yang dihasilkan ialah warna ungu namun dalam percobaan ini terjadi kesalahan perubahan warna yaitu biru. Akan tetapi albumin juga mengandung protein.
Dalam uji biuret, bila suatu peptida dan protein dimasukkan kedalam larutan encer kuprisulfat dalam basa kuat, maka warna biru pucat pada larutan akan berubah menjadi violet. Warna yang terbentuk sama dengan warna yang dibentuk oleh biuret, bila diperlakukan sama seperti pada praktikum kali ini, sehingga uji ini dinamakan uji biuret.
4.2.5 Uji Xanthoprotein
            Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan adanya gugus benzena (cincin fenil). Asam amino yang menunjukkan reaksi positif untuk uji ini adalah tyrosin, phenilalanin, dan tryptophan. Reaksi positif ada uji xantoprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning. Pada uji ini, digunakan larutan HNO3 yang berfungsi untuk memecah protein menjadi gugus benzena. Akan tetapi pada saat pengujiannya yaitu dengan 2 ml larutan albumin + 1 ml HNO3 pekat dan kemudian dipanaskan atau sebelum dan sesudah dipanaskan terjadi perubahan warna kuning yang menunjukan adanya kandungan protein, serta terjadi dengan terbentuknya warna pada bidang perbatasan antara protein dan NaOH terbentuknya warna jingga yang berarti positif mengandung protein. Sedang pada casein hanya pada sebelum pemanasan terjadi warna kuning tetapi pada proses pemanasan casein berubah menjadi warna semula yaitu putih susu yang berarti hanya sekitar 15% mengandung protein. Rekasi yang terbentuk:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4SQoJgwAiS99QzLkplkG9G4VHV0YNYek0CuWFrgYTa0w7p66BReKHopAyHKyfESTgAlXOWsJ3RbdsBNiVFeMnQhewmYDlXcNmY9RTAbi0sJdzxtekJVO_Q3eXX4VXKMPLyA7cp23PamU/s1600/reaksi+xantoprotein.jpg









BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pengujian yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan ada empat faktor yang menyebabkan protein dapat terdenaturasi yaitu pemanasan, pengocokan, tingkat pH dan gula dan garam. Sedangkan pada kelarutan protein Adapun hasil dari uji ini, pada tabung pertama berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml aquades  menghasilkan albumin telur larut dalam aquades akan tetapi terjadi terjadi perubahan warna bening, tidak terjadi endapan yang ada hanya gelembung. Pada tabung kedua berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml HCl 10% menghasilkan albumin telur larut dalam larutan HCl 10%, terjadi pula perubahan warna dan tidak terjadi endapan tapi mengalami proses gelembung. Pada tabung ketiga berisi 2 ml albumin telur ditambahkan NaOH 40% menghasilkan albumin telur larut dalam larutan NaOH 40%, terjadi perubahan warna bening dan terjadi gelembung  yang amat sedikit. Pada tabung keempat berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml alkohol 96% menghasilkan albumin telur larut dalam alkohol 96%, terjadi perubahan warna putih susu dan mempunyai kosentrasi gelembung yang sedikit. Dan pada tabung kelima yang berisi 2 ml albumin telur ditambahkan 1 ml kloroform menghasilkan albumin telur tidak larut dalam kloroform, terjadi endapan serta memiliki gelembung  yang amat banyak.
5.2 Saran
Saran yang saya dapat ajukan yaitu sebelum memulai praktikum, praktikan diharap untuk menguasai teori serta teknik pengujiannya.


           
             
DAFTAR PUSTAKA
Adugna, Solomon dkk. (2004). Medical Biochemistry. Adis Ababa: Ethiophia  Public Health Training Initiatifi
EFSA  Panel on Dietetic Products, Nutrition and Allergies (NDA) . (2012).  Scientific Opinion on Dietary Reference Values for protein1. European Food Safety Authory (EFSA) Journal.10 (2):2557
Falvo, Michael J., Hoffman Jay R. (2004). Protein – Which Is Best?. Journal of  Sports Science and Medicine 3: 118-130
Salazar, Andrew., Michael Keusgen., Jörg von Hagen. (2016). Amino Acids In The Cultivation Of Mammalian Cells. Amino Acids Journal. 48:1161–1171. DOI 10.1007
Tellingen, Christa Van. (2001). Biochemistry. Amsterdam: Louis Bolk Instituut


           
           

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN PROTEIN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel