LAPORAN LIPID
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid adalah
sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia
yang memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel . Senyawa lipid
tidak mempunyai rumus empiris tertentu atau struktur yang serupa, tetapi
terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid
mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar
seperti eter, kloroform, aseton, dan bebzena. Berdasarkan sifat demikian ,
lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan
menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya.
Sifat
fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya.
Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi wujudnya
berbeda. Dalam pengertian sehari-hari disebut lemak jika berbentuk padat pada
suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar. Umumnya
tujuan percobaan mengenai lemak dan minyak yaitu untuk mengetahui beberapa
sifat fitokimia dari lipid, mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada
identifikasi sifat minyak, mengetahui pembentukan emulsi dari lipid dan
mengidentifikasi adanya sterol pada suatu bahan.Ada
7 percobaan mengenai lemak atau minyak yaitu uji kelarutan lipid, uji
pembentukan emulsi, uji keasaman minyak, uji sifat ketidakjenuhan minyak, uji
penyabunan minyak, uji kolesterol dan uji kristal kolesterol.
1.2 Tujuan Praktikum
-
Mengetahui kelarutan lipid hewani dan nabati
-
Mengetahui reaksi penyabunan pada lemak
dan menentukan angka penyabunan
-
Mengetahui ketidakjenuhan asam lemak
melalui penentuan angka iodium
1.3 Manfaat Praktikum
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi Lipid
Lipid adalah
senyawa organik yang bermminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat
diekstrak dari sel dan jaringan oleh
pelarut non polar , seperti kloroform
dan eter. Asam lemak adalah komponen
unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak memiliki karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon non polar
yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan
tampak berimnyak atau berlemak.
Lipid secaara umum
dapaat dibagi kedalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana antara
lain:
1.
Trigliserida dari lemak atau minyak
seperti ester, asam lemak, dan gliserol,
contohnya adalah lemak babi,
minyak jagung, minyak biji kapas dan
butter.
2.
Lilin
yang merupakan ester asam lemak
dari rantai panjang alkohol
, contohnya adalah beeswax spermaceti, dan carnauba wax.
3.
Sterol
yng didapat dari hidrogenasi
parsial atau menyelluruh fenantrena,
contohnya adalah kolestrol dan ergosterol.
Bilangan
peroksida adalah indeks jumlah lemak
atau minyak yang telah mengalami oksidasi angka peroksida sangat penting untuk
identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam-asam lemak
tidak jenuh dapat teroksidasi oleh
oksigen yang menghasilkan suatu senyawa
peroksida.cara yang sering
digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metode iodometri. Penentuan besarnya
angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri.
Peroksida
dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak
dikehendaaki dalam bahan pangan. Jika
jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat akan sangat beracun dan mempunyai bau yangg tidak enak. Kenaikaan bilangan
peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik.
Selain
itu, peroksida dapat menyebabkan
dekstruksi beberapa macam vitamin dalaam bahan pangan berlemak (misalnya
vitamin A, C, E, D, K dan sejumlah kecil vitamin B). Bergabungnya peroksida dalam
sistem peredaran darah, mengakibatkan kebutuhan vitamin E meningkat lebih besar. Padahal vitamin E
dibutuhkan untuk menangkal radikal bebas yang ada dalaam tubuh.
2.2
Jenis-jenis Lipid
Lipid dapat digolongkan berdasarkan hasil hidrolisisnya
menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, dan sterol
a. Lipid Sederhana
Minyak dan lemak termasuk dalam
golongan lipida sederhana. Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida
campuran, yang merupakan ester dari gliseroldan asam lemak rantai panjang.Secara
kimia yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam
lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai
hasil kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam
lemak, sehingga senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol.Pada
umumnya trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak.
b.
Lipid Majemuk
Lipidmajemuk jika dihidrolisis akan
menghasilkan gliserol, asam lemak dan zatlain. Secara umum lipida kompleks dikelompokkan
menjadi dua, yaitu fosfolipiddanglikolipidFosfolipid adalah suatu lipidyang
jika dihidrolisis akan menghasilkan asamlemak, gliserol, asam fosfat serta
senyawa nitrogen. Contoh senyawa yang termasuk dalamgolongan ini adalah lesitin
dan sephalin. Glikolipidadalah suatu lipidkompleks yang mengandung karbohidrat.
Salah satucontoh senyawa yang termasuk dalam golongan ini adalah serebrosida.
Serebrosida terutama terbentuk dalam jaringan otak, senyawa ini merupakan
penyusun kurang lebih 7 % berat kering otak, dan pada jaringan syaraf.
c. Sterol
Sterol sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol dapat dipisahkan
dari lemak setelah penyabunan. Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak
terdiri dari kolesterol dan fitosterol. Senyawa kolesterol umumnya terdapat
dalam lemak hewani, sedangkan fitosterol terdapat dalam minyak nabati.
Kolesterol merupakan penyusun utama batu empedu. Kolesterol berfungsi membantu
absorbsi asam lemak dari usus kecil, juga merupakan prazat (precursor) bagi
pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Kolesterol di dalam
darah beredar tidak dalam keadaan bebas, akan tetapi berada dalam
partikel-partikel lipoprotein.
2.3 Sifat Lipid
a.
Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam
pelarut organik (benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida)
b. Lipid
mengandungunsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis lipid juga
mengandung nitrogen dan fosfor
c. Hidrolisis
dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada metabolisme tumbuhan
dan hewan.
d. Lipid tidak
mempunyai satuan yang berulang, berbeda dengan karbohidrat dan protein
Lipid secara umum dapat dibagi
ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang
paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit
penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak
netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang
paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol
adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan
dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol
adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan
listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Panjang rantai asam lemak pada
trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang
paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipid lainnya berupa
gliserida, monogliserida, asam lemak bebas, lilin (wax), dan juga
kelompok lipid sederhana (yang tidak mengandung komponen asam lemak) seperti
derivat senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivat steroida. Lipid
sering berupa senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau
karbohidrat (glikolipida) (Anna, 1994).
Asam lemak penyusun lipid ada
dua macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak
jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Halogen dapat
bereaksi cepat dengan atom C pada rantai yang ikatannya tidak jenuh (peristiwa
adisi). Lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat
cairan pada suhu kamar, disebut minyak, sedangkan lipid yang mengandung asam
lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak (Pratt,
1992).
Selama penyimpanan, lemak atau
minyak mungkin menjadi tengik. Ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu
ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal,
atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol) dengan BM relatif rendah
dan bersifat volatil dengan aroma yang tidak enak (tengik/rancid). Karena mudah
terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang dibiarkan
terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan
menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya dari kontak langsung
dengan udara. Dari segi gizinya, asam lemak mengandung energi tinggi
(menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan
diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari
makanan. Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih
reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh (Sudarmadji, 1989).
Lipid adalah senyawa
yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang
mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene. Lipid tidak memiliki
rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang
berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi
menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid. Lemak
secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum
lemak yaitu: R1, R2, dan R3 adalah rntai
hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum
dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).
Suatu lipid didefinisikan
sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non polar sperti suatu hidrokarbon atau
dietil eter. Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,
kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan
antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak
berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan
adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak
(Fessenden, 1982)
Lemak digolongkan berdasarkan
kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak
jenuh dan tak jenuh. Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam
lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak
babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak
tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini
dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus
sehingga terbentuk asam lemak jenuh. Dengan reagen Hubi’s Iod yang
berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2,
maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis
minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang
berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang,
karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan
rangkap. Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu
jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan.
Semakin besar bilangan iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya (
Salirawati et al,2007).
Diantara sekian banyak jenis
Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak kelapa diperoleh
dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minayk seperti
fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas
kurang dari 5% . Warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna
alam karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Warna pada minyak selain
disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena
asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna. Karoten merupakan
hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak
dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi
tengik, tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak
berwarna lagi (Ketaren, 1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang
terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang lain akan
tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam
lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44○C, asam lemak
miristat 54○C, asam lemak palmitat 63○C. Dengan demikian plastisitasa
trigliserida juga terbatas (Gardjito, 1980).
Dengan proses hidrolisis lemak
akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan
menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril
tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat. Proses hidrolisis yang
menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering
disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka
jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol
asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram
lemak disebut bilangan penyabunan. Besar kecilnya bilangan penyabunan
tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon,
semakin kecil bilangan penyabunannya. Jika digunakan NaOH maka akan dihasilka
sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut “sabun cuci”, sedangkan jika
digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa disebut “sabun
mandi” (Salirawati et al,2007).
Minyak
kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam
laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam
minyak. Berdasarkan tingkat ketidak jenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan
iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan kedalam golongan non drying oil,
karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. Asam lemak jenuh minyak
kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga
molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida
denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Lipid adalah senyawa organik
berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel
dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam
lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak adalah
asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam
lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang
panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan
tampak berminyak atau berlemak (Lehninger, 1982).
Lipid secara umum dapat dibagi
ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Yang
termasuk lipid sederhana antara lain adalah: 1) trigliserida dari lemak
atau minyak seperti ester asam lemak dan gliserol, contohnya adalah lemak babi,
minyak jagung, minyak biji kapas, dan butter, 2) lilin yang merupakan
ester asam lemak dari rantai panjang alkohol, contohnya adalah beeswax,
spermaceti, dan carnauba wax, dan 3) sterol yang didapat dari
hidrogenasi parsial atau menyeluruh fenantrena, contohnya adalah kolesterol dan
ergosterol (Encyclopedia, 2008).
Lipid yang paling sederhana
dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol,
juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis lipid
ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia,
hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak
penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak
dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik
nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus
fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Triasilgliserol terakumulasi
di dalam beberapa area, seperti jaringan adiposa, dalam tubuh manusia
dan biji tanaman, dan triasilgliserol ini mewakili bentuk penyimpanan
energi. Lipid yang lebih kompleks berada dekat dan berhubungan dengan protein
dalam membran sel dan partikel subselular. Jaringan yang lebih aktif mengandung
lipid kompleks yang lebih banyak, contohnya adalah dalam otak, ginjal,
paru-paru, dan darah yang mengandung konsentrasi fosfatida dalam jumlah
tinggi pada mamalia (Encyclopedia 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Pipet
tetes, Beacker gelas, Gelas ukur, Penangas air, Erlenmeyer, Buret, Statf dan
Klem, dan Batang pengaduk.
3.2 Bahan
Dan bahan yang dugunakan adalah Minyak Goreng, Mentega, Air, N-Heksan,
Alkohol, NaOH 1N, HCl 1 N.
3.3 Prosedur
kerja
3.3.1
Uji Kelarutan Lemak
ü Siapkan 4 buah tabung reaksi
ü Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1 ml minyak tabung reaks
ü Campurkan dengan bahan sebagai berikut.
Tabung I : ditambah 1 ml air
Tabung II : ditambah 1 ml alkohol
Tabung III :ditambah 1 ml N-Heksan
Tabung IV : ditambah 1 ml NaOH
ü Aduk sampai homogeny
ü Diamkan beberapa menit dan amati serta catat perubahan yang terjadi
ü Ulangi percobaan diatas dengan memekai mentega sebagai sumber lipid
3.3.2
Reaksi
Penyabunan
ü Masukan 5 gra minyak goreng kedalam gelas beacker
ü Tambhkan NaOH 1N sedikit demi sedikit sambil dipanaskan pada suhu 700C.
sebanya 5 X 0,142 gram = 1,71 gram (yang terdapat dalam sekitar 42 ml NaOH).
Pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk sabun
ü Tambahkan HCl 1 N kedalam larutan sabun yang teah terbentuk
ü Amati apa yang terjadi
ü Tambahkan bensin atau alkohol 96% kedalam campuran yang telah ditambahkan
HCl
ü Amati apa yang terjadi
3.3.3 Bilangan Penyabunan
ü Timbang 0,3 gram lemak, masukan kedalam erlenmeyer
ü Tambahkan 25 ml etanol 90% dan tambahkan 5-10 tetes indikator PP
ü Kemudian titrasi dengan KOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah mudah
ü Catat volume KOH yang digunakan
ü Hitung bilangan penyabunan
3.3.4 Uji Ketidakjenhan Lemak
ü Masukan 9 ml kloroform dan 9 tetes pereaksi iod hubl kedalam masing-,asing
2 buah tabung reaksi
ü Tabung 1 di tetesi minyak kelapa dan tabung 2 tambahkan larutan mentega
tetes demi tetes sampai warna merah muda hilang
ü Amati perubahan yang terjadi dan hitung beberapa tetesan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO
|
Nama
Pengujian
|
Reagen
|
keterangan
|
1.
|
Uji Kelarutan Lemak
|
Tabung I: Minyak kelapa + Aquadest
Tabung II: Minyak kelapa +
Alkohol
Tabung III: Minyak kelapa +
N-Heksan
Tabung IV: Minyak kelapa
+NaOH
|
Tidak larut terjadi dua
lapisan
Tidak larut terjadi dua
lapisan
Tidak larut terjadi dua
lapisan
Tidak larut terjadi dua
lapisan
|
|
|
Tabung I: Mentega + Air
Tabung II: Mentega+ Alkohol
Tabung III: Mentega+
N-Heksan
Tabung IV: Mentega+NaOH
|
Tidak larut terjadi dua
lapisan
Tidak larut terjadi dua
lapisan
Larut dan terjadi pngendapan
larut terjadi dua lapisan
|
2.
|
Reaksi Penyabunan
|
|
|
3.
|
Bilangan Penyabunan
|
0,3 gr lemak + 25 ml Etanol
90% + 5-10 tetes indikator PP + titrasi dengan KOH 0,1 N catat volume KOH dan
hitung bilangan penyabunan.
|
Rumus:
![]()
4,52
![]()
4,52
![]()
4,52
![]()
4,52
= 185,84
|
4.
|
Uji Ketidakjenuhan Lemak
|
Tabung I : Minyak Kelapa + 9
ml Kloroform + 9 tetes iod hubl
Tabung II : Mentega + 9 ml
Kloroform + 9 tetes iod hubl dan amati perubahan yang terjadi dan hitung
beberapa tetesan
|
Terjadi perubahan warna
menjadi pink mdah
Terjadi perubahan warna
menjadi orange
|
4.2.1 Uji
Kelarutan Lemak
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu dengan
melakukan pengujian uji kelarutan lemak / daya larut, uji asam lemak bebas dan uji
penyabunan dapat diketahui bagaimana kelarutan dari pada lemak didalam dan
minyak serta untuk apakah lemak dan minyak dapat menghasilkan sabun sebelah
direaksikan dengan beberapa larutan dan dilakukan dengan beberapa perlakuan.
Pada percobaan uji kelarutan / daya larut, disini
digunakan minyak atau lemak cair sebagai sampel. Pengujian pertama minyak kelapa
sebagai sampel uji kelarutan lemak, tabung I diuji dengan aquadest yang dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi minyak kelapa, tabung II yang berisi
minyak kelapa dicampur/dituangkan alkohol, tabung III N-Heksan yang tungkan
kedalam tabung minyak kelapa, tabung IV NaOH dituangkan kedalam tabung yang
berisis minyak kelapa.
Hasilnya minyak kelapa dan larutan yang telah
dicampurkan tadi tidak bisa menyatu
dengan lemak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa minyak bersifat nonpolar atau tidak menyatu dengan
larutan polar. Selanjutnya dilakukan pengujian mentega/margarin dengan larutan auades, NaOH, alkohol,
dan N-Heksan. Hasilnya adalah disini N-Heksan bersifat semipolar, yaitu dapat bereaksi dengan
larutan polar maupun nonpolar. Setelah minyak direaksikan dengan N-Heksan dapat dilihat reaksinya yaitu terbentuk 2 fase/lapisan dimana N-Heksan berada dilapisan bawah. N-Heksan hanya dapat bereaksi / larut sebagian dengan minyak
karena sifat semipolarnya. Reaksi selanjutnya yaitu mereaksikan minyak dengan
larutan dietil eter. Dimana dietil eter bersifat nonpolar, sehingga ketika
minyak direaksikan dengan dietil eter keduanya dapat menyatu atau terbentuk 1
fase, karena sifatnya sama nonpolar sehingga keduanya dapat bereaksi dengan
baik.
4.2.2
Reaksi Penyabunan

Hasil
reaksi ini berupa campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan
alkohol. Setelah tercampur larutan dipanaskan hingga air dan alkohol menguap.
Hasil yang diperoleh adalah hasil hidrolisis karena pengaruh suatu basa kuat
berupa NaOH. Kemudian mengulangi percobaan di atas tetapi mengganti sampel
minyak yang ada dengan minyak kemasan. Dari percobaan ini juga akan diperoleh
sabun hasil reaksi safonifikasi.
Akan
tetapi ada perbedaan sabun yang dihasilkan pada kedua pecobaan perbedaan ini
dapat dilihat dari filtrat, warna dan tekstur sabun yang dihasilkan. Pada sabun
hasil dari minyak pasaran warna dan filtrate sabun lebih bening, sedangkan
tekstur sabun kasar, sementara pada sabun hasil dari minyak kemasan, warna dari
filtrate lebih cerah dam memiliki tekstur yang lebih lembut disbanding minyak
pasaran.
Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan kandungan lemak akibat dari pengaruh kandungan lemak
yang berbeda. Minyak kemasan telah melalui beberapa proses penyaringan sehingga
kandungan lemaknya lebih sedikit dibandingkan lemak pada minyak pasaran. Sabun
yang dihasilkan merupakan suatu surfaktan, Bahan surfaktan ini dapat mengurangi
tegangan permukaan larutan. Hal ini dilakukan dengan menaruh kepala-kepala
hidrofilik pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobik terentang menjauhi
permukaan air.
Sebagai tambahan, ion natrium
hidroksida sebagai basa kuat yang bereaksi dengan minyak / lemak menghasilkan
sabun. Jika dilakukan penambahan NaOH lebih banyak, maka diperoleh sabun yang
bersifat lebih keras dan dapat dibentuk, namun sebaliknya jika dilakukan
penambahan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak.
4.2.3
Bilangan Penyabunan
Perhitungan :
Rumus:

4,52

4,52

4,52

4,52
= 185,84
Prinsip kerja angka penyabunan
adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan dengan basa alkali
berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan griserol dan sabun.
Sisa dari NaOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui konsentrasinya
juga sehingga dapat diketahui berapa banyak NaOH yang bereaksi yang setara
dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel.
Pada saat melakukan percobaan untuk
menguji angka penyabunan sampel minyak direaksikandengan NaOH dalam
alkohol berlebih, seharusnya ditambahkan KOH, namun karena keterbatasan alat
sehingga digantikan fungsinya dengan menggunakan NaOH. Pada saat melakukan
percobaan untuk menentukan angka penyabunan, asam lemak dan asam lemak bebas
dari minyak (sampel) dengan menggunkan NaOH dalam Alkohol dapat membentuk
sabun. Angka penyabunan tersebut adalah banyaknya mg NaOH yang diperlukan untuk
menyabunkan secara sempurnya 1g Lemak atau minyak.
Pada saat percobaan angaka
penyabunan juga digunakan titrasi blanko ( titrasi tanpa menggunakan sampel)
yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan preaksi.
Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
preaksi.
4.2.4 Uji Ketidakjenuhan Lemak
Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak, tabung 1 (minyak kelapa+kloroform) terdapat
asam lemak tidak jenuh setelah ditetesi dengan iodine. Hal ini dikarenakan iodine dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak.
Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh
karena itu, semakin banyak ikatan rangkap, maka semakin banyak pula iodine yang
dapat bereaksi. Sedangkan pada tabung 2 (margarin+kloroform) terdapat
asam lemak jenuh karena tidak mempunyai ikatan rangkap. Selain itu, kejenuhan
ini dapat dilihat dari kepekatan warna, dimana pada tabung 2 warnanya lebih
pekat daripada tabung 1.
Gliserol dapat larut
dalam air karena bukan lemak, iodin bukan merupakan pelarut non polar jadi
tidak dapat menghantarkan listrik, dan larutan iodin berwarna orange. Tabung
yang banyak membutuhkan larutan iodin adalah tabung dengan preparat minyak
kelapa karena dia memiliki ikatan kelapanya rumit, blangko diperlukan karena
untuk membandingkan warna antar tabung reaksi, warna yang timbul setelah
dicampurkan iodin berubah dari warna pertama minyak kelapa dan kloroform yang
bening dan mentega yang keruh berubah menjadi bening kecoklatan untuk kloroform
dengan malinda dan minyak kelapa keruh kecoklatan, minyak ikan, minyak kelapa,
minyak zaitun merupakan minyak tak jenuh karena ikatan esensial, ikatan esensial
adalah ikatan yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh sedangkan esensial bisa
diproduksi oleh tubuh, Iodin berfungsi memutuskan ikatan rangkap dari ganda
menjadi tunggal.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkn uji coba
yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa hasil reaksi ini berupa campuran
sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Setelah tercampur
larutan dipanaskan hingga air dan alkohol menguap. Hasil yang diperoleh adalah
hasil hidrolisis karena pengaruh suatu basa kuat berupa NaOH. Kemudian
mengulangi percobaan di atas tetapi mengganti sampel minyak yang ada dengan
minyak kemasan. Dari percobaan ini juga akan diperoleh sabun hasil reaksi
safonifikasi.
Gliserol dapat larut
dalam air karena bukan lemak, iodin bukan merupakan pelarut non polar jadi
tidak dapat menghantarkan listrik, dan larutan iodin berwarna orange. Tabung
yang banyak membutuhkan larutan iodin adalah tabung dengan preparat minyak
kelapa karena dia memiliki ikatan kelapanya rumit, blangko diperlukan karena
untuk membandingkan warna antar tabung reaksi, warna yang timbul setelah
dicampurkan iodin berubah dari warna pertama minyak kelapa dan kloroform yang
bening dan mentega yang keruh berubah menjadi bening kecoklatan untuk kloroform
dengan malinda dan minyak kelapa keruh kecoklatan, minyak ikan, minyak kelapa,
minyak zaitun merupakan minyak tak jenuh karena ikatan esensial, ikatan
esensial adalah ikatan yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh sedangkan esensial
bisa diproduksi oleh tubuh, Iodin berfungsi memutuskan ikatan rangkap dari
ganda menjadi tunggal.
5.2
Saran
Saran yang saya dapat ajukan yaitu
sebelum memulai praktikum, praktikan diharap untuk menguasai teori serta teknik
pengujiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta : UI-Press
Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya.
Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian Universitas Udayana
Chitika. 2013. Makalah Lipid. http: //www. chitika. kutukuliah. net/makalah-lipid.
html. Diakses tanggal 30 November 2013.
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi
ketiga.Jakarta: Erlangga
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan,
pengelolahan, dan pemurnian. Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGM
Gordon, Gunawan. 1990. Pengaruh
Kadar Asam Lemak Bebas. Bandung : Ilmu dan
Peternakan Institut Teknologi Bandung.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak
pangan.Jakarta:Universitas Indonesia press
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia.
Penerjemah: Maggy Thenawidjaya. Jakarta : Erlangga.
Terjemahan dari Basic of Biochemistry.
Pratt, Pandjiwidjaja. 1992. Teknologi
Minyak dan Lemak I. Bogor : Jurusan Teknologi
Industri Fateta Institut
Pertanian Bogor.
Putri N. 2008. Analisis Lipid. [terhubung
berkala]. http://www.staff.ui.ac.id/
internal/131668156/.../Kel-01-ANALISISLIPID.ppt. Diakses
pada tanggal 01 Desember 2013.
Salirawati
et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo
Scy Tech
Encyclopedia. 2008. Lipid. [terhubung berkala]. http://www.answers.
com/library/Sci%252DTech%20Encyclopedia-cid-47286.html. Diakses pada
tanggal 01 Desember 2013.
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Trilaksani,W.2003.Antioksidan
Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan. Laporan
penelitian.Bogor:IPB
0 Response to "LAPORAN LIPID"
Post a Comment