Lettori fissi

LAPORAN LIPID

Related


DOWNLOAD FILE DISINI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia yang memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel . Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu atau struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform, aseton, dan bebzena. Berdasarkan sifat demikian , lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya.
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar. Umumnya tujuan percobaan mengenai lemak dan minyak yaitu untuk mengetahui beberapa sifat fitokimia dari lipid, mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi sifat minyak, mengetahui pembentukan emulsi dari lipid dan mengidentifikasi adanya sterol pada suatu bahan.Ada 7 percobaan mengenai lemak atau minyak yaitu uji kelarutan lipid, uji pembentukan emulsi, uji keasaman minyak, uji sifat ketidakjenuhan minyak, uji penyabunan minyak, uji kolesterol dan uji kristal kolesterol.
1.2  Tujuan Praktikum
-          Mengetahui kelarutan lipid  hewani dan nabati
-          Mengetahui reaksi penyabunan pada lemak dan menentukan angka penyabunan
-          Mengetahui ketidakjenuhan asam lemak melalui penentuan angka iodium
1.3  Manfaat Praktikum


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lipid
            Lipid adalah senyawa organik yang bermminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari  sel dan jaringan oleh pelarut non  polar , seperti kloroform dan eter. Asam lemak adalah  komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak memiliki karboksil tunggal  dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan  lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berimnyak atau berlemak.
            Lipid secaara umum  dapaat dibagi kedalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana antara lain:
1.      Trigliserida dari lemak atau minyak seperti ester, asam lemak, dan gliserol,  contohnya  adalah lemak babi, minyak jagung,  minyak biji kapas dan butter.
2.      Lilin  yang merupakan ester asam lemak  dari rantai  panjang alkohol ,  contohnya adalah beeswax spermaceti,   dan carnauba wax.
3.      Sterol  yng didapat  dari hidrogenasi parsial  atau menyelluruh fenantrena, contohnya adalah kolestrol dan ergosterol.
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah  lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat  teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa  peroksida.cara yang sering  digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metode  iodometri. Penentuan  besarnya  angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaaki  dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak  akan bersifat akan  sangat beracun dan mempunyai bau  yangg tidak enak. Kenaikaan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik.
Selain itu, peroksida dapat menyebabkan  dekstruksi beberapa macam vitamin dalaam bahan pangan berlemak (misalnya vitamin  A, C,  E, D, K dan sejumlah kecil  vitamin B). Bergabungnya peroksida dalam sistem peredaran darah, mengakibatkan kebutuhan vitamin  E meningkat lebih besar. Padahal vitamin E dibutuhkan untuk menangkal  radikal  bebas yang ada  dalaam tubuh.

2.2 Jenis-jenis Lipid
Lipid dapat digolongkan berdasarkan hasil hidrolisisnya menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, dan sterol

a.       Lipid Sederhana
Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliseroldan asam lemak rantai panjang.Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai hasil kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol.Pada umumnya trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak.

b.      Lipid Majemuk
Lipidmajemuk jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol, asam lemak dan zatlain. Secara umum lipida kompleks dikelompokkan menjadi dua, yaitu fosfolipiddanglikolipidFosfolipid adalah suatu lipidyang jika dihidrolisis akan menghasilkan asamlemak, gliserol, asam fosfat serta senyawa nitrogen. Contoh senyawa yang termasuk dalamgolongan ini adalah lesitin dan sephalin. Glikolipidadalah suatu lipidkompleks yang mengandung karbohidrat. Salah satucontoh senyawa yang termasuk dalam golongan ini adalah serebrosida. Serebrosida terutama terbentuk dalam jaringan otak, senyawa ini merupakan penyusun kurang lebih 7 % berat kering otak, dan pada jaringan syaraf.

c.       Sterol
Sterol sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol dapat dipisahkan dari lemak setelah penyabunan. Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak terdiri dari kolesterol dan fitosterol. Senyawa kolesterol umumnya terdapat dalam lemak hewani, sedangkan fitosterol terdapat dalam minyak nabati. Kolesterol merupakan penyusun utama batu empedu. Kolesterol berfungsi membantu absorbsi asam lemak dari usus kecil, juga merupakan prazat (precursor) bagi pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Kolesterol di dalam darah beredar tidak dalam keadaan bebas, akan tetapi berada dalam partikel-partikel lipoprotein.
2.3 Sifat Lipid
a.       Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik (benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida)
b.      Lipid mengandungunsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis lipid juga mengandung nitrogen dan fosfor
c.       Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
d.      Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, berbeda dengan karbohidrat dan protein

Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipid lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak bebas, lilin (wax), dan juga kelompok lipid sederhana (yang tidak mengandung komponen asam lemak) seperti derivat senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivat steroida. Lipid sering berupa senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat (glikolipida) (Anna, 1994).
Asam lemak penyusun lipid ada dua macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Halogen dapat bereaksi cepat dengan atom C pada rantai yang ikatannya tidak jenuh (peristiwa adisi). Lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada suhu kamar, disebut minyak, sedangkan lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak (Pratt, 1992).
Selama penyimpanan, lemak atau minyak mungkin menjadi tengik. Ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol) dengan BM relatif rendah dan bersifat volatil dengan aroma yang tidak enak (tengik/rancid). Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya dari kontak langsung dengan udara. Dari segi gizinya, asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan. Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh (Sudarmadji, 1989).
Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene. Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid. Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R1, R2, dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).
Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (Fessenden, 1982)
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh. Dengan reagen Hubi’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap. Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).
Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas kurang dari 5% . Warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Warna pada minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna. Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44C, asam lemak miristat 54C, asam lemak palmitat 63C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Gardjito, 1980).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat. Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya. Jika digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut “sabun cuci”, sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa disebut “sabun mandi” (Salirawati et al,2007).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat ketidak jenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan  kedalam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger, 1982).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah: 1) trigliserida dari lemak atau minyak seperti ester asam lemak dan gliserol, contohnya adalah lemak babi, minyak jagung, minyak biji kapas, dan butter, 2) lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai panjang alkohol, contohnya adalah beeswax, spermaceti, dan carnauba wax, dan 3) sterol yang didapat dari hidrogenasi parsial atau menyeluruh fenantrena, contohnya adalah kolesterol dan ergosterol (Encyclopedia, 2008).
Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Triasilgliserol terakumulasi di dalam beberapa area, seperti jaringan adiposa, dalam tubuh manusia dan biji tanaman, dan triasilgliserol ini mewakili bentuk penyimpanan energi. Lipid yang lebih kompleks berada dekat dan berhubungan dengan protein dalam membran sel dan partikel subselular. Jaringan yang lebih aktif mengandung lipid kompleks yang lebih banyak, contohnya adalah dalam otak, ginjal, paru-paru, dan darah yang mengandung konsentrasi fosfatida dalam jumlah tinggi pada mamalia (Encyclopedia 2008).







BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
            Adapun alat yang digunakan adalah Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Pipet tetes, Beacker gelas, Gelas ukur, Penangas air, Erlenmeyer, Buret, Statf dan Klem, dan Batang pengaduk.
3.2 Bahan
            Dan bahan yang dugunakan adalah Minyak Goreng, Mentega, Air, N-Heksan, Alkohol, NaOH 1N, HCl 1 N.
3.3 Prosedur kerja
            3.3.1 Uji Kelarutan Lemak
ü  Siapkan 4 buah tabung reaksi
ü  Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1 ml minyak tabung reaks
ü  Campurkan dengan bahan sebagai berikut.
Tabung I          : ditambah 1 ml air
Tabung II        : ditambah 1 ml alkohol
Tabung III       :ditambah 1 ml N-Heksan
Tabung IV       : ditambah 1 ml NaOH
ü  Aduk sampai homogeny
ü  Diamkan beberapa menit dan amati serta catat perubahan yang terjadi
ü  Ulangi percobaan diatas dengan memekai mentega sebagai sumber lipid
3.3.2        Reaksi Penyabunan
ü  Masukan 5 gra minyak goreng kedalam gelas beacker
ü  Tambhkan NaOH 1N sedikit demi sedikit sambil dipanaskan pada suhu 700C. sebanya 5 X 0,142 gram = 1,71 gram (yang terdapat dalam sekitar 42 ml NaOH). Pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk sabun
ü  Tambahkan HCl 1 N kedalam larutan sabun yang teah terbentuk
ü  Amati apa yang terjadi
ü  Tambahkan bensin atau alkohol 96% kedalam campuran yang telah ditambahkan HCl
ü  Amati apa yang terjadi
3.3.3 Bilangan Penyabunan
ü  Timbang 0,3 gram lemak, masukan kedalam erlenmeyer
ü  Tambahkan 25 ml etanol 90% dan tambahkan 5-10 tetes indikator PP
ü  Kemudian titrasi dengan KOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah mudah
ü  Catat volume KOH yang digunakan
ü  Hitung bilangan penyabunan
3.3.4 Uji Ketidakjenhan Lemak
ü  Masukan 9 ml kloroform dan 9 tetes pereaksi iod hubl kedalam masing-,asing 2 buah tabung reaksi
ü  Tabung 1 di tetesi minyak kelapa dan tabung 2 tambahkan larutan mentega tetes demi tetes sampai warna merah muda hilang
ü  Amati perubahan yang terjadi dan hitung beberapa tetesan













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO
Nama Pengujian
Reagen
keterangan
1.
Uji Kelarutan Lemak
Tabung I: Minyak kelapa + Aquadest
Tabung II: Minyak kelapa + Alkohol
Tabung III: Minyak kelapa + N-Heksan
Tabung IV: Minyak kelapa +NaOH
Tidak larut terjadi dua lapisan
Tidak larut terjadi dua lapisan
Tidak larut terjadi dua lapisan
Tidak larut terjadi dua lapisan


Tabung I: Mentega + Air
Tabung II: Mentega+ Alkohol
Tabung III: Mentega+ N-Heksan
Tabung IV: Mentega+NaOH
Tidak larut terjadi dua lapisan
Tidak larut terjadi dua lapisan
Larut dan terjadi pngendapan
larut terjadi dua lapisan
2.
Reaksi Penyabunan


3.
Bilangan Penyabunan
0,3 gr lemak + 25 ml Etanol 90% + 5-10 tetes indikator PP + titrasi dengan KOH 0,1 N catat volume KOH dan hitung bilangan penyabunan.
Rumus:
(V2-V1) × N × MR
           4,52
(36-21) × 1 × mr.KOH
             4,52
(15) × 1 × 56
                  4,52
=840
                   4,52
                = 185,84


4.
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Tabung I : Minyak Kelapa + 9 ml Kloroform + 9 tetes iod hubl
Tabung II : Mentega + 9 ml Kloroform + 9 tetes iod hubl dan amati perubahan yang terjadi dan hitung beberapa tetesan
Terjadi perubahan warna menjadi pink mdah

Terjadi perubahan warna menjadi orange

4.2 Pembahasan
            4.2.1 Uji Kelarutan Lemak
            Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan pengujian uji kelarutan lemak / daya larut, uji asam lemak bebas dan uji penyabunan dapat diketahui bagaimana kelarutan dari pada lemak didalam dan minyak serta untuk apakah lemak dan minyak dapat menghasilkan sabun sebelah direaksikan dengan beberapa larutan dan dilakukan dengan beberapa perlakuan.
            Pada percobaan uji kelarutan / daya larut, disini digunakan minyak atau lemak cair sebagai sampel. Pengujian pertama minyak kelapa sebagai sampel uji kelarutan lemak, tabung I diuji dengan aquadest yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi minyak kelapa, tabung II yang berisi minyak kelapa dicampur/dituangkan alkohol, tabung III N-Heksan yang tungkan kedalam tabung minyak kelapa, tabung IV NaOH dituangkan kedalam tabung yang berisis minyak kelapa. Hasilnya minyak kelapa dan larutan yang telah dicampurkan tadi  tidak bisa menyatu dengan lemak, sehingga dapat disimpulkan bahwa minyak bersifat nonpolar atau tidak menyatu dengan larutan polar. Selanjutnya dilakukan pengujian mentega/margarin dengan larutan auades, NaOH, alkohol, dan             N-Heksan. Hasilnya adalah disini N-Heksan bersifat semipolar, yaitu dapat bereaksi dengan larutan polar maupun nonpolar. Setelah minyak direaksikan dengan N-Heksan dapat dilihat reaksinya yaitu terbentuk 2 fase/lapisan dimana  N-Heksan berada dilapisan bawah. N-Heksan hanya dapat bereaksi / larut sebagian dengan minyak karena sifat semipolarnya. Reaksi selanjutnya yaitu mereaksikan minyak dengan larutan dietil eter. Dimana dietil eter bersifat nonpolar, sehingga ketika minyak direaksikan dengan dietil eter keduanya dapat menyatu atau terbentuk 1 fase, karena sifatnya sama nonpolar sehingga keduanya dapat bereaksi dengan baik.
            4.2.2 Reaksi Penyabunan
            https://tewewe.files.wordpress.com/2014/11/foto-1.jpg
            Hasil reaksi ini berupa campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Setelah tercampur larutan dipanaskan hingga air dan alkohol menguap. Hasil yang diperoleh adalah hasil hidrolisis karena pengaruh suatu basa kuat berupa NaOH. Kemudian mengulangi percobaan di atas tetapi mengganti sampel minyak yang ada dengan minyak kemasan. Dari percobaan ini juga akan diperoleh sabun hasil reaksi safonifikasi.
            Akan tetapi ada perbedaan sabun yang dihasilkan pada kedua pecobaan perbedaan ini dapat dilihat dari filtrat, warna dan tekstur sabun yang dihasilkan. Pada sabun hasil dari minyak pasaran warna dan filtrate sabun lebih bening, sedangkan tekstur sabun kasar, sementara pada sabun hasil dari minyak kemasan, warna dari filtrate lebih cerah dam memiliki tekstur yang lebih lembut disbanding minyak pasaran.
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kandungan lemak akibat dari pengaruh kandungan lemak yang berbeda. Minyak kemasan telah melalui beberapa proses penyaringan sehingga kandungan lemaknya lebih sedikit dibandingkan lemak pada minyak pasaran. Sabun yang dihasilkan merupakan suatu surfaktan, Bahan surfaktan ini dapat mengurangi tegangan permukaan larutan. Hal ini dilakukan dengan menaruh kepala-kepala hidrofilik pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobik terentang menjauhi permukaan air.
Sebagai tambahan, ion natrium hidroksida sebagai basa kuat yang bereaksi dengan minyak / lemak menghasilkan sabun. Jika dilakukan penambahan NaOH lebih banyak, maka diperoleh sabun yang bersifat lebih keras dan dapat dibentuk, namun sebaliknya jika dilakukan penambahan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak.
            4.2.3 Bilangan Penyabunan
Perhitungan :
Rumus:
(V2-V1) × N × MR
           4,52
(36-21) × 1 × mr.KOH
             4,52
       (15) × 1 × 56
                  4,52
                 =840
                   4,52
                = 185,84
            Prinsip kerja angka penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan griserol dan sabun. Sisa dari NaOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak NaOH yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel.
Pada saat melakukan percobaan untuk menguji angka penyabunan sampel minyak  direaksikandengan NaOH dalam alkohol berlebih, seharusnya ditambahkan KOH, namun karena keterbatasan alat sehingga digantikan fungsinya dengan menggunakan NaOH. Pada saat melakukan percobaan untuk menentukan angka penyabunan, asam lemak dan asam lemak bebas dari minyak (sampel) dengan menggunkan NaOH dalam Alkohol dapat membentuk sabun. Angka penyabunan tersebut adalah banyaknya mg NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan secara sempurnya 1g Lemak atau minyak.
Pada saat percobaan angaka penyabunan juga digunakan titrasi blanko ( titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan preaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh preaksi.
4.2.4 Uji Ketidakjenuhan Lemak
Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak, tabung 1 (minyak kelapa+kloroform) terdapat asam lemak tidak jenuh setelah ditetesi dengan iodine. Hal ini dikarenakan iodine dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu, semakin banyak ikatan rangkap, maka semakin banyak pula iodine yang dapat bereaksi. Sedangkan pada tabung 2 (margarin+kloroform) terdapat asam lemak jenuh karena tidak mempunyai ikatan rangkap. Selain itu, kejenuhan ini dapat dilihat dari kepekatan warna, dimana pada tabung 2 warnanya lebih pekat daripada tabung 1.
Gliserol dapat larut dalam air karena bukan lemak, iodin bukan merupakan pelarut non polar jadi tidak dapat menghantarkan listrik, dan larutan iodin berwarna orange. Tabung yang banyak membutuhkan larutan iodin adalah tabung dengan preparat minyak kelapa karena dia memiliki ikatan kelapanya rumit, blangko diperlukan karena untuk membandingkan warna antar tabung reaksi, warna yang timbul setelah dicampurkan iodin berubah dari warna pertama minyak kelapa dan kloroform yang bening dan mentega yang keruh berubah menjadi bening kecoklatan untuk kloroform dengan malinda dan minyak kelapa keruh kecoklatan, minyak ikan, minyak kelapa, minyak zaitun merupakan minyak tak jenuh karena ikatan esensial, ikatan esensial adalah ikatan yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh sedangkan esensial bisa diproduksi oleh tubuh, Iodin berfungsi memutuskan ikatan rangkap dari ganda menjadi tunggal.




BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkn uji coba yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa hasil reaksi ini berupa campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Setelah tercampur larutan dipanaskan hingga air dan alkohol menguap. Hasil yang diperoleh adalah hasil hidrolisis karena pengaruh suatu basa kuat berupa NaOH. Kemudian mengulangi percobaan di atas tetapi mengganti sampel minyak yang ada dengan minyak kemasan. Dari percobaan ini juga akan diperoleh sabun hasil reaksi safonifikasi.
Gliserol dapat larut dalam air karena bukan lemak, iodin bukan merupakan pelarut non polar jadi tidak dapat menghantarkan listrik, dan larutan iodin berwarna orange. Tabung yang banyak membutuhkan larutan iodin adalah tabung dengan preparat minyak kelapa karena dia memiliki ikatan kelapanya rumit, blangko diperlukan karena untuk membandingkan warna antar tabung reaksi, warna yang timbul setelah dicampurkan iodin berubah dari warna pertama minyak kelapa dan kloroform yang bening dan mentega yang keruh berubah menjadi bening kecoklatan untuk kloroform dengan malinda dan minyak kelapa keruh kecoklatan, minyak ikan, minyak kelapa, minyak zaitun merupakan minyak tak jenuh karena ikatan esensial, ikatan esensial adalah ikatan yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh sedangkan esensial bisa diproduksi oleh tubuh, Iodin berfungsi memutuskan ikatan rangkap dari ganda menjadi tunggal.
5.2 Saran
Saran yang saya dapat ajukan yaitu sebelum memulai praktikum, praktikan diharap untuk menguasai teori serta teknik pengujiannya.







DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian Universitas Udayana
Chitika. 2013. Makalah Lipid. http: //www. chitika. kutukuliah. net/makalah-lipid. html. Diakses tanggal 30 November 2013.
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian. Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGM
Gordon, Gunawan. 1990. Pengaruh Kadar Asam Lemak Bebas. Bandung : Ilmu dan Peternakan Institut Teknologi Bandung.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas Indonesia press
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Penerjemah: Maggy Thenawidjaya.     Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Basic of Biochemistry.
Pratt, Pandjiwidjaja. 1992. Teknologi Minyak dan Lemak I. Bogor : Jurusan Teknologi Industri Fateta Institut Pertanian Bogor.
Putri N. 2008. Analisis Lipid. [terhubung berkala]. http://www.staff.ui.ac.id/ internal/131668156/.../Kel-01-ANALISISLIPID.ppt. Diakses pada tanggal 01 Desember 2013.
Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo
Scy Tech Encyclopedia. 2008. Lipid. [terhubung berkala]. http://www.answers. com/library/Sci%252DTech%20Encyclopedia-cid-47286.html. Diakses pada tanggal 01 Desember 2013.
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Trilaksani,W.2003.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan. Laporan penelitian.Bogor:IPB


Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN LIPID"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel