Lettori fissi

LAPORAN UJI KONTAMINASI

Related


DOWNLOAD FILE DISINI

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan di sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi, dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Dwyana, 2009).
Udara sekitar ruang pengolahan sering terkontaminasi mikroba yang berasal dari debu, udara yang dikeluarkan oleh penderita penyakit saluran napas dll. Peralatan pengolahan yang tidak dicuci bersih seperti pisau (slicer), talenan, dan peralatan lain yang berhubungan langsung dengan bahan pangan; juga peralatan saji seperti piring, gelas, sendok, botol dan lain-lain. dapat menjadi sumber kontaminan (Rachmawan, 2001).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat/wadah. Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Dwyana, 2009).
Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena merupakan usaha atau tindakan yang diterapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi (Rachmawan, 2001).
Pengetahuan dasar dan keterampilan pengujian adanya kontaminan, pengujian pengaruh penggunaan sanitasi terhadap kontaminan serta cara-cara sanitasi yang baik sangat diperlukan dalam industri pangan baik skala kecil, menengah ataupun industri besar (Rachmawan, 2001).
1.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
§ Untuk mengetahui dan menghitung jumlah koloni mikroorganisme di udara dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA) dan Potato Dekstrose Agar (PDA),
§ Untuk mengetahui jumlah koloni dengan menguji kebersihan tangan sebelum dicuci dan setelah dicuci dengan antiseptik menggunakan media Eosin Methyle Blue Agar (EMBA) dan Vogel Johson Agar (VJA).
§ Untuk mengetahui jumlah koloni dari pengujian kebersihan alat dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA).
1.3 manfaat percobaan
1.      Pembaca diharapkan lebih mengerti bagaimana cara pemeriksaan uji udara.
2.      Peralatan laboratorium menjadi steril. Agar terbebas mikroorganisme patogen yang tidak diinginkan.
3.      Agar pembaca mengetahui macam – macam cara untuk uji udara.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mikrobiologi
            Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam-macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik secara lebih rinci atau menurut kemanfaatannya (Sumarsih, 2003).
Whittaker membagi jasad hidup menjadi tiga tingkat perkembangan, yaitu: (1) Jasad prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera), (2) Jasad eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio Protista), dan (3) Jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan Divisio Animalia. Sedangkan Woese menggolongkan jasad hidup terutama berdasarkan susunan kimia makromolekul yang terdapat di dalam sel. Pembagiannya yaitu terdiri Arkhaebacteria, Eukaryota (Protozoa, Fungi, Tumbuhan dan Binatang), dan Eubacteria (Sumarsih, 2003).
Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen, maupun redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan energi sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae dan bakteri fotosintetik. Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Contoh mikroba konsumen adalah protozoa. Jasad redusen menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia. Contoh mikroba redusen adalah bakteri dan jamur (fungi) (Sumarsih, 2003).
Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu, dan tetesan cairan yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu dari permukaan bumi diedarkan oleh aliran udara (Pelczar, 2006).
Mikroorganisme asal udara dapat terbawa partikel debu, dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan hanya sebentar, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer. Sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme asal udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembapan, cahaya matahari dan suhu, ukuran partikel yang membawa mikroorganisme, ciri-ciri mikroorganismenya, terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer (Pelczar, 2006).
Keselamatan tiap-tiap makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan di sekitarnya, terutama mikroorganisme. Mikroorganisme tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya (Dwidjoseputro, 1987).



Faktor-faktor yang menguasai kehidupan bakteri antara lain sebagai berikut:
2.1.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas. Berkait dengan pertumbuhan dikenal suhu minimum, maksimum, dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan jasad. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisiologi yang paling rendah (Hidayat, 2006).
2.1.2 Bahan Bentuk Gas
Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, selain dari jenis-jenis gas yang telah dibicarakan pada bab terlebih dahulu, seperti oksigen dan karbondioksida yang sangat penting untuk kehidupan bakteri. Nitrogen dan amonia adalah esensial untuk siklus nitrogen, dan H2S mengambil peranan utama dalam siklus sulfur. Tetapi selain gas yang diperlukan untuk pertumbuhan, ada pula gas-gas toksik yang digunakan sebagai bahan untuk mematikan mikroba, seperti formalin dan etilenoksida yang sering dipakai untuk bahan disinfeksi (Irianto, 2006).
2.1.3 Tekanan Osmosis
Terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam lingkungan dengan tekanan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. Karena itu, untuk mempertahankan kehidupan sel harus diciptakan tekanan osmosis yang seimbang antara lingkungan dan isi sel (Irianto, 2006).
2.1.4 Kelembaban dan Pengeringan
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Tidak semua air dalam medium dapat digunakan mikroba. Air yang dapat digunakan disebut air bebas. Banyak mikroba yang tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora, spora, dan bentuk-bentuk kista. Pada proses pengeringan air akan menguap sehingga kegiatan metabolisme terhenti (Hidayat, 2006).

























BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
            Pada praktikum kali ini alat yang digunakkan  adalah cawan petri, inkubator dan colony counter.
3.2 Bahan
            Bahaan yang digunakan adalah Nutrien Agar (NA), Patato Dextrose Agar (PDA),  Eosin Methyle Blue Agar (EMBA).
3.3 Prosedur kerja
Uji  Kontaminasi Udara:
1.      Letakkan cawan petri yang berisi media Nutrien Agar dan Patato Dextrose Agar dalam suatu ruangan tertutup dalam kondisi cawan petri terbuka.
2.      Biarkan dalam keadaan terbuka 30-60 menit.
3.      Cawan ditutup dan di inkubasikan pada suhu 370C selama 1-2  24 jam. Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik.
4.      Koloni yang tumbuh pada agar caawan duhitung. Kemudian dihitung jumlah koloni bakteri (pada  Nutrien Agar) dan jumlah koloni khamir/kapang (pada PDA). Densitas bakteri diudara.
Jumlah koloni per cawan  60 menit / 30 menit  144 in2 / luas caawan (in2)
Uji Kebersihan Tangan:
1.      Siapkan metode EMBA 2 cawan.
2.      Sentuhkan tangan pada media EMBA. Cawa  petri EMBA sentuhkan pada tangan sebelum dicuci. Cawan petri EMBA yang lain sentuhkan pada tangan sesudah dicuci dengan saabun antiseptik.
3.      Semua cawan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 300C selama 1-2 hari. Amati pertumbuhan mikroba tersebut. Perhatikan koloni hijau metalik  dan merah muda pada EMBA.


Bakteri
Warna Koloni
Hijau Metalik
escherichia
Ungu
Enterobacter cloacea
Ping, hitan ditengah
/
Salmonella typhimurium
Transparan
Shigella flexneri
Transparan
Klebsiella pneunomia
Ping, hitam ditengah
/

Uji Kebersihan Alat:
1.      Siapkann  swab yang telah direndam dalam laarutan buffer fosfat / NaCl 0,85 %.
2.      Swab diperas dengan cara menekankan paada dinding tabung kemudian dipakai untuk menyeka permukaan alat-alat gelas seluas 10 cm.
3.      Selanjutnya diusapkan secara merata pada seluruh permukaan media cawan petri berisi medium nutrien agar dan diinkubasi pada suhu 300C selama 24 jam.
4.      Dihitung jumlah  koloni yang tumbuh pada permukaan cawan.












BAB  IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Tabel 4.1.1
NO
Nama dan Gambar Media
Keterangan



1.
Uji kontaminasi udara NA
Bakteri yang  muncul  8 koloni


2.
Uji kontaminasi alat NA
Bakteri yang tumbuh pada media ini berjumlah 11 koloni dan diserati  dengan jamur.

3.
Uji kontaminasi udara PDA
Bakteri yang muncul pada media ini sebanyak 11 koloni dan isertai dengan jamur yang sudah berserabut






4.2 Pembahasan
   Media yang digunakan untuk menguji adanya kontaminasi udara adalah media NA dan PDA. Masing-masing media tersebut dituangkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan terbuka selama 30 menit. Setelah itu ditutup dan kemudian diinkubasikan selama 1 hari pada suhu 137°C.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa untuk media udara NA tumbuh koloni bakteri yang berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat-bulatan kecil dan kasar, dan jumlah koloni yang tumbuh adalah 8 koloni. Uji kontaaminasi alat NA berjumlah 11 koloni.
Sedangkan pada media Potato Dextrose (PDA) Hari pertama inkubasi, terdapat sedikit bakteri, lalu pada hari ketiga tumbuh jamur yang bercabang–cabang dan berserabut yang dikenal sebagai hifa dan terdapat 11 koloni yang tumbuh pada media ini.
Tumbuhnya bakteri pada NA dan kapang pada PDA menunjukkan bahwa medium agar (NA dan PDA) terkontaminasi dengan udara sekitarnya. Dan ini membuktikan bahwa mikroorganisme ada yang hidup di udara. Hal ini berarti bahwa udara di dalam ruangan dapat   merupakan sumber kontaminasi mikroba.
Uji kebersihan tangan
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat/wadah. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
Media selektif memungkinkan beberapa jenis organisme untuk tumbuh, dan menghambat pertumbuhan organisme lain. Selektivitas dicapai dengan beberapa cara. Sebagai contoh, organisme yang memanfaatkan gula sebagai satu-satunya sumber karbon dapat dipisahkan dengan menambahkan gula dalam medium. Di sisi lain, penghambatan selektif beberapa jenis mikroorganisme dapat dicapai dengan menambahkan zat pewarna, antibiotik, garam atau inhibitor spesifik yang mempengaruhi metabolisme atau sistem-sistem enzim organisme. Misalnya, media yang mengandung potassium tellurite, natrium azida atau thallium asetat (pada konsentrasi 0,1-0,5 g / l) akan menghambat pertumbuhan bakteri Gram-negatif, sehingga media yang disentuh oleh tangan yang tidak steri dan steril tidak menimbulkan bakteri apapun.
Media Diferensial digunakan untuk membedakan organisme atau kelompok organisme yang terkait erat. Karena adanya zat pewarna atau bahan kimia tertentu di media, organisme akan menghasilkan perubahan karakteristik atau pola pertumbuhan yang digunakan untuk identifikasi atau diferensiasi. Jadi tangan yang menyentuh  media tersebut tidak mengandung bakteri gram negatif namun bakteri gram positif.
 Eosin metilen biru agar merupakan media diferensial digunakan untuk deteksi dan isolasi patogen Gram-negatif usus (fecal bacteria). Kombinasi eosin dan metilen biru yang digunakan sebagai indikator dan memungkinkan diferensiasi antara organisme yang memfermentasi laktosa dan yang tidak memfermentasi laktosa. Sukrosa juga termasuk didalam medium ini karena anggota tertentu dari Enterobacteria atau kelompok coliform lebih mudah memfermentasi sukrosa daripada memfermentasi laktosa. Selain itu metilen biru bertindak sebagai inhibitor untuk organisme Gram-positif.

             Bakteri E coli merupakan Fermentor kuat laktosa sehingga menghasilkan koloni ungu gelap dengan kemilau hijau metalik, hal ini disebabkan besarnya kuantitas asam (yang dihasilkan dari fermentasi) sehingga mengendapan zat pewarna di atas permukaan agar. Bakteri coliform lain seperti Enterobacter aerogenes memfermentasi laktosa lebih lambat sehingga hanya menghasilkan koloni merah muda ke unguan. Bakteri non-fermentasi menghasilkan koloni tanpa warna atau terlihat trnasparan.


Uji kebersihan alat
Media yang digunakan untuk menguji kebersihan alat adalah nutrient agar (NA). Adapun hasil yang telah didapat adalah bahwa tumbuh koloni mikroba pada permukaan cawan, berbentuk bulat-bulat kecil atau bisa juga dikatakan berbentuk titik-titik. Koloni tersebut berwarna putih kekuningan.
























BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari percobaan ini berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas adalah sebagi berikut: Pada uji kontaminasi udara, Media Nutrien Agar, jumlah koloni sebanyak 8 koloni, sedangkan pada media Potato Dekstrose Agar jumlah koloni sebanyak 11 koloni, dan uji kontaminasi alat sebanyak 11 koloni.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai nama mikroba yang tumbuh pada medium yang diujikan. Sebaiknya kebersihan laboratorium ditingkatkan lagi.



















DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
Dwyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2009. Penuntun praktikum Mikrobiologi  Pangan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV. Yrama Widya, Bandung.
.Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Penerbit UI-Pres. Jakarta.
Rachmawan, Obin. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. http://202.152.31.170/modul/pertanian/pengendalian_mutu/sumber_kontaminasi_dan_teknik_sanitasi.pdf. Didownload pada tanggal 25 Maret 2009
Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Upn”Veteran”. Yogyakarta.










LAMPIRAN
Lampiran 1: Skema Kerja











Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN UJI KONTAMINASI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel