LAPORAN Pemeriksaan Staphylococcus aureus
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja
dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya
limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yaitu “ Pemeriksaan Staphylococcus aureus“.
Dalam penyusunan
dan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan
senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Rijal, AMAK., S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum Bakteriologi
II yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan makalah ini.
2.
Ayah dan Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran,
dan doanya penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan
disusunnya makalah ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah
wawasan bagi para pembaca. Walaupun makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata
dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan
saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, September
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ……..………………..…………………………. i
DAFTAR ISI ……....…………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL
……………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ……...…….……………………………….. 1
A. Latar
Belakang ……………………………….…………………. 1
B. Tujuan
Praktikum ……………………………………..………… 2
C. Manfaat
Praktikum ……………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ……...………....………………………….... 3
A. Bakteri
……………….….………..……………….……………. 3
B. Klasifikasi
Bakteri .….…..…………..…….………………...…. 3
a. Berdasarkan
Bentuk ………………………………………... 3
b. Berdasarkan
Kebutuhan Akan Oksigen …………………… 4
c. Berdasarkan
Jumlah dan Kedudukan Flagel ………………. 4
d. Berdasarkan
Pewarnaan Gram …………………………….. 5
C. Media
…………………………..……………………………… 6
D. Media
BAP …………………………………………………….. 7
E. Media
BHIB …………………………………………………… 8
F. Media
TSIA …………………………………………………… 8
G. Media
NA ……………………………………………………… 8
H. Media
MSA ……………………………………………………. 9
I. Media
Gula-gula ………………………………………………. 9
J. Inokulasi
………………………………………………………. 11
K. Pewarnaan
Gram …………………………………………….... 13
L. Staphylococcus aureus ………………………………………… 14
a. Definisi
……………………………………………………. 14
b. Klasifikasi
…………………………………………………. 14
BAB III METODE
KERJA ……………………………………………. 16
A. Alat
…………………………………………………………….. 16
B. Bahan
…………………………………………………………... 16
C. Prosedur
Kerja ………………………………………………….. 16
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN ……………………………….. 20
A. Hasil
…………………………………………………………….. 20
B.
Pembahasan ……………………………………………………… 21
BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 26
A. Kesimpulan
…………………………………………………….. 26
B. Saran
…………… ……………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPRAN
DAFTAR
TABEL
Tabel IV.I Hasil Pemeriksaan ………………………………… 20
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bakteri
adalah organism yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies
yang hidup di darat dan lautan serta pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri
ada yang menguntungkan tapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri
yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme
uniseluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran
renik atau mikroskopik.
Mikroorganisme
dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari kemampuannya
menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan dab menimbulkan penyakit yang berkisar
dari infeksi ringan sampai pada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari
makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi di dalamnya, membuat
makanan tersebut tidak dapat dikonsumsi atau bahkan beracun.
Manusia
dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang biasanya
tidak menyebabkan penyakit tetapi mencapai keseimbangan yang menjamin bakteri
dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi. Beberapa bakteri
penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan biasanya tumbuh bersama
dengan flora normal (misalnya Streptoccocus
pneumonia, Staphyloccocus aureus). Ada beberapa bakteria yang sudah jelas
patogen (misalnya Salmonela typhi),
tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan “pembawa”
bakteri.
Bakteri
kelompok Staphyloccocus sp. merupakan
bakteri gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada saat sistim
imun menurun maka bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh baik melalui mulut,
inhalasi maupun penetrasi kulit. Jika bakteri ini masuk ke dalam peredaran
darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya maka akan merusak organ-organ tubuh
tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit. Misalnya Staphyloccocus aureus dapat menyebabkan penyakit infeksi pada
folikel rambut dan kelenjar keringat, meningitis, endocharditis, piyelonefritis
dan osteomyelitis (Entjang, 2003).
Untuk
pemeriksaan laboratorium, diperlukan bahan pemeriksaan sampel, yang wujudnya
bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan penyakit
tersebut. Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada
manusia maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen
yang diperoleh dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri.
Salah
satu hal yang sering dilakukan petugas laboratorium adalah pemeriksaan bakteri,
dimana salah satu tahapannya adalah perbenihan bakteri. Tujuan dari perbenihan
yaitu untuk mencari bakteri penyebab suatu penyakit, mencari obat yang dapat
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, mempelajari sifat-sifat
bakteri lebih mendalam dari setiap jenis bakteri khususnya pada bakteri Staphyloccocus.
B. Tujuan
Adapun
tujuan praktikum kali ini yaitu untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Staphyloccocus aureus.
C. Manfaat
Adapun
manfaat praktikum kali ini yaitu dapat mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri
Staphyloccocus aureus.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri
Bakteri adalah suatu organisme
yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme
lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel
tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran
mikroskopik (sangat kecil). (Srikandi Rahayu, 2014).
Bakteri berasal dari kata
bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies mencapai ratusan
ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di air, di
organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang
ekstrim.(Srikandi Rahayu, 2014).
Dalam tumbuh kembang bakteri
baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu temperatur, kandungan garam,
sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme.(Srikandi Rahayu, 2014).
B. Klasifikasi bakteri
a.
Berdasarkan bentuk tubuh
Bentuk dan ukuran bakteri bervariasi, ukurannya berkisar
0.4-2.0m. Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan
spiral (spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut
kokobasil.
Berbagai macam bentuk bakteri (Dian, 2016) :
1.
Bakteri Kokus:
a.
Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b.
Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c.
Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.
d.
Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
e.
Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk
rantai.
f.
Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti
buah anggur.
2.
Bakteri Basil :
a.
Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal
b.
Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan
c.
Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai
3.
Bakteri Spirilia :
a.
Spiral yaitu bentuk sel bergelombang
b.
Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup
c.
Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma
b.
Berdasarkan kebutuhan oksigen
Dari segi kebutuhan akan oksigen, baketri dapat dibedakan
menjadidua golongan
1.
Bakteri aerob untuk hidup memerlukan oksigen bebas. Bakteri aerob dapat
dibedakan lagimenjadi aerob obligat, artinya untuk hidupnya mutlak diperlukan
adanya oksigen bebas.Tetapi bila oksigen yang diperlukan bersifat tidak mutlak
maka disebut dengan aerobfakultatif.
2.
Bakteri anaerob untuk hidup tidak tergantung pada oksigen bebas, karena
dalampernapasannya tidak memerlukan oksigen.(Dian, 2016).
c.
Berdasarkan Jumlah dan Kedudukan Flagel
1.
Monotrik
Monotrik, berflagel
satu pada salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh: Pseudomonas araginosa. (Aghry
A. Anugrah, 2013).
2.
Amfitrik
Amfitrik, flagel
masing-masing satu pada kedua ujung tubuh bakteri. Contoh: Spirillium serpen.(Aghry
A. Anugrah, 2013).
3.
Lofotrik
Lofotrik, berflagel banyak pada
salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh: Pseudomonas flourencens.(Aghry A.
Anugrah, 2013).
4.
Peritrik
Peritrik, berflagel
banyak pada semua sisi tubuh bakteri. Contoh: Salmonella thypii. (Aghry A.
Anugrah, 2013).
d.
Berdasarkan pewarnaan gram
1.
Gram positif
Gram positif adalah
bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram
sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop.Bakteri gram positif
seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya
mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa
peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas
peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam
teikhoat.Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu (Mutia, 2011):
1.
Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
2.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada
yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat
ringan. Mengandung asam tekoat.
3.
Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4.
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6.
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
7.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
8.
Tidak peka terhadap streptomisin
9.
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
2.
Bakteri gram negatif
Bakteri gram negatif
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu
proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop.
Bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana
membran pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai
dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam
dan membran luarnya. Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu (Mutia, 2011):
1.
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau
multilayer.
2.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam
3.
lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.
4.
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
5.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal
violet.
6.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
7.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
8.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
9.
Peka terhadap streptomisin
10.
Toksin yang dibentuk Endotoksin
C. Media
Media adalah suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi/nutriet/zat makanan yang dipakai untuk menumbuhkan
mikroba (Rusdin,2015).
Media diklasifikasikan berdasarkan
susunan kimia, konsistensi, dan fungsinya:
1.
Klasifikasi media berdasarkan atas kosistensi:
a.
Media cair (Liquid Medium), yaitu media yang berbentuk cair.
b.
Media padat (Solid Medium), yaitu media yang berbentuk padat
c.
Media padat yang dicairkan (Semi Solid Medium), yaitu media
yang dalam keadaan panas (dipanasi) berbentuk cair tetapi dalam keadaan dingin,
berbentuk padat sebab media ini dapat mengandung agar – agar atau gelatin. (Rusdin,2015).
2.
Klasifikasi media berdasarkan atas fungsinya:
a.
Transport media, pembenihan yang digunakan untuk mengrimkan
spesimen dari suatu tempat ke laboratorium.Contoh: carry and blair untuk tinja
atau rectal swab stuart, medium amies untuk usap nasofaring.(Rusdin,2015).
b.
Media selektif (selective media), yaitu media yang
ditambahkan zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah
pertumbuhan mikroba lain, misalnya media yang mengandung Kristal violet pada
kadar tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tampa
mempengaruhi gram negatif atau pembenihan yang dapat digunakan untuk membedakan
golongan satu dengan lainnya, sehingga dapat dipilih koloni – koloni bakteri
yang dicarinya.Contoh: blood agar, BHIB, SSA. Untuk Shallmonela shigella.(Rusdin,2015).
c.
Enrichment media, pembenihan yang dapat digunakan untuk
memperbanyak bakteri, baik yang ada dalam spesimen mupun koloni-koloni yang
kecil–kecil.Contoh: BHIB untuk darah (aerob), thioglycolate broth untuk darah.(Rusdin,2015).
d.
Enrichment exclusive media, pembenihan yang dapat
memperbanyak segolongan bakteri sedangkan yang lainnya di hambat atau tidak
dapat tumbuh.Contoh: Alkalis pepton water untuk fibro sp, selenite broth, tell
urite broth, azide broth untuk salmonella sp.(Rusdin,2015).
e.
Exlusive media, pembenihan yang hanya dapat ditumbuhi
segolongan bakteri saja, sedangkan bakteri lainnya tidak tumbuh dan dapat
dibeda-bedakan koloni spesies satu dngan yang lainnya.Contoh: Blood tellurit
plateb untuk fibrio cholera, azide agar untuk salmonella. (Rusdin,2015).
D.
Media BAP
Media ini digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakan dan juga untuk membedakan
kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisiskan butir darah merah.
Lisis butir darah merah terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar koloni. Bila
proses lisis sempurna akan terlihat di wilayah yang benar-benar jernih dan
jenis hemalisisnya di sebut beta-hemolisis. Bila proses lisis tidak sempurna
dan media berwarna kehijauan maka jenis hemolisisnya disebut Alpha-Hemolisis.
Bakteri yang tidak mampu melisiskan butir darah dan tidak menyebabkan perubahan
nyata pada media tersebut di sebut gamma hemolisis. Kelompok mikroorganisme
yang sering di bedakan berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah merah
adalah streptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis di sebabkan oleh
enzim yang di lepas mikro organisme.Komposisinya ialah Ekstrak daging 3 gram, Basic fuchsin 10% 4 ml, Bacto pepton 10 gram, Na2CO3 2,5
gram, Bacto pepton 10 gram, NaCl 5 gram, Laktosa 10 gram, Bacto agar 15 gram, Aquadest, Darah O. (Margaretha
Wea, 2014).
E. Media BHIB
BHIB merupakan media dasar dan tergolong media non-selektif,
termasuk media yang diperkaya digunakan untuk pertumbuhan bermacam-macam
mikroorganisme phatogenik (bakteri). Berisi irisan kecil dari jaringan otak dan
dapat digunakan untuk menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus,
staphylococcus, dll. Komposisinya ialah Calf brain infusion 200 gram, Beef heart infusion 250 gram, Proteose peptone atau gelysate 10 gram, NaCl 5 gram, Na2HPO4.12H2O
2,5 gram, Dextrose 2 gram, Aquadest 1 liter. (Margaretha
Wea, 2014).
F. Media
TSIA
Media TSIA (Sulfida Indol Motility)
memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa, pemanfaatan gula laktosa dan
sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik. Proses pernapasan yang menggunakan
belerang sebagai penerima elektron terakhir untuk menghasilkan hidrogen
sulfida. Informasi ini berguna dalam identifikasi basil Gram negatif Komposisi
dari media TSIA ialah bakto ektrak daging dan ragi, bakto pepton, preteosa
pepton, bakto laktosa, sukrosa dan destrosa, FeSO4, Na2S2O3,
bakto agar, bakto merah fenol, dan aquades. (Dyah Anggraini, 2008).
G.
Media NA
Nutrient
agar adalah medium pertumbuhan mikrobiologi
umum digunakan untuk budidaya rutin non-pemilih bakteri. Hal ini berguna karena
tetap solid bahkan pada suhu relatif tinggi. Juga, bakteri tumbuh di nutrient
agar tumbuh di permukaan, dan jelas terlihat sebagai koloni kecil. Dalam kaldu
nutrisi, bakteri tumbuh dalam cairan, dan dipandang sebagai zat pekat, bukan
rumpun sejelas dibedakan.
(Andi Tri Saputra, 2013).
Nutrient
Agar (NA) merupakan suatu medium yang
berbentuk padat yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan
senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone
dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai
pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang
berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal
ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan
sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA) merupakan
medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana
medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk
menumbuhkan bakteri.(Andi
Tri Saputra, 2013).
Komposisi atau kandungan dalam pembuatan media NA yaitu ekstrak daging,
pepton, NaCl, aquades dan agar-agar. (Andi Tri
Saputra, 2013).
H. Media MSA
Mannitol salt agar merupakan media pertumbuhan bakteri selektif yang
mengandung 7,5% NaCl, yang dapat menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteria
selain Streptococcus. Kebanyakan bakteri
tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan, sangat saline hipertonik. Namun
Staphylococcus genus ini juga disesuaikan dengan lingkungan garam dan tumbuh dengan
baik di media ini. Medium ini juga mengandung mannitol, fenol red sebagai
indikator pH yang berguna untuk mendeteksi adanya asam yang dihasilkan oleh
Staphylococcus yang memfermentasi mannitol dapat menghasilkan zona berwarna
kuning di sekitar pertumbuhannya, sedangkan yang tidak dapat memfermentasikan
manitol tidak akan menimbulkan perubahan warna. Hal ini digunakan untuk isolasi
selektif patogen dugaan staphlococcus. (Indah Dwi Oktaviani, 2013).
Produk limbah yang dihasilkan bakteri, metabolit asam organik, mengubah
indikator pH di MSA dari merah menjadi kuning cerah. Patogen Staph, seperti
Staphylococcus aureus, adalah fermentor manitol, dan ketika tumbuh di Salt Agar
Manitol, limbah mereka mengubah MSA warna kuning cerah.(Indah Dwi Oktaviani,
2013).
Sebaliknya, nonpathogenic Staph seperti Staphylococcus epidermidis (alias
Staph epi), flora normal yang tumbuh pada kulit manusia, tidak memfermentasi
manitol. Ketika Staph epi tumbuh di Salt Manitol, warna alami oranye-merah muda
agar tidak berubah, karena Staphylococcus epidermidis tidak makan manitol atau
menghasilkan limbah asam yang dihasilkan organik.(Indah Dwi Oktaviani, 2013).
I.
Media gula-gula
Uji gula-gula dilakukan untuk menentukan kemampuan
dari bakteri untuk menfermentasikan beberapa jenis gula-gula seperti glukosa,
laktosa, maltose, manitol dan sukrosa. (Ulic Harda, 2015).
Media Gula-Gula termasuk media Identifikasi, media
identifikasi adalah perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri.
Biasanya digunakan beberapa media bersama-sama. Disebut media gula-gula karena
terbuat dari beberapa gula seperti, glukosa, laktosa, mannosa, maltosa,
sakarosa. Media gula-gula adalah air pepton yang ditambah gula tertentu.
Tujuannya adalah untuk mengetahui bakteri memfermentasi karbohidrat. Pada uji
gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media gula-gula yang berubah
menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi
glukosa. Pada media gula-gula juga terbentuk gelembung pada tabung durham yang
diletakan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas.(Ulic Harda, 2015).
Selain itu juga, dipergunakan tabung durham untuk
mengetahui ada tidaknya pembentukan gas sebagai hasil penguraian gula dalam
medium. Tabung durham diletakan terbalik di dalam tabung gula sehingga gas yang
terbentuk akan tertampung di dalam tabung tersebut. Sebelum dipakai, media
gula-gula ini harus selalu diperiksa apakah masih steril atau tidak. Bila telah
keruh atau kuning berarti media tidak dapat dipergunakan lagi. Sifat penguraian
terhadap gula dari setiap mikroba adalah berlainan, dengan demikian hasil
penguraian (reaksi) ini dapat dipakai untuk determinasi suatu jenis bakteri
sehingga dapat ditentukan spesiesnya.Media ini digunakan untuk pemeriksaan
bakteri Coli.(Ulic Harda, 2015).
J. Inokulasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi
biakan murnimikroorganisme yaitu (Sofiatul
Rahmani, 2015):
1.
Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut
ekonomi dan waktu, tetapimemerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh
dengan latihan. Penggoresan yangsempurna akan menghasilkan koloni yang
terpisah. Inokulum digoreskan di permukaanmedia agar nutrien dalam cawaan petri
dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antaragaris-garis goresan akan terdapat
sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.(Sofiatul Rahmani, 2015).
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat
bentuk lempeng. Biladilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis.
Dalam pengerjaannya terkadangberbeda pada masing-masing laboratorium tapi
tujuannya sama yaitu untuk membuatgoresan sebanyak mungkin pada lempeng medium
pembiakan.(Sofiatul Rahmani, 2015).
Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni :
a.
Goresan T
Cara kerja antara lain bagi cawan menjadi 3 bagian
menggunakan spidol marker, inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag, panaskan
jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada
daerah 2. Cawan diputar untuk memperoleh
goresan yang sempurna, dan lakukan hal yang sama pada daerah 3.(Sofiatul Rahmani, 2015).
b.
Goresan kuadran
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang
berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih
mengandung banyak sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau
disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya
terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.(Sofiatul
Rahmani, 2015).
c.
Goresan Sinambung
Sentuhkan inokolum loop pada
koloni dan goreskan secara kontinu sampai setengah permukaan agar Jangan
pijarkan loop, lalu putar cawan 1800C lanjutkan goreskan sampai habis. Goreskan
sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan
untuk peremajaan ke cendawan atau medium baru.(Sofiatul Rahmani, 2015).
2.
Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar
nutrien dalam cawanpetridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok
dan steril. Inokulasi itudisebarkan dalam medium batang yang sama dapat
digunakan dapat menginokulasikanpinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran
bakteri yang merata dengan baik. Padabeberapa pinggan akan muncul koloni koloni
yang terpisah-pisah.(Sofiatul Rahmani,
2015).
3.
Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan
ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam
media.(Sofiatul Rahmani, 2015).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan
murni dari suatubiakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan
adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip
pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan
bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati.(Sofiatul Rahmani, 2015).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode
mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk
mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan
mikroba yang berasal dari satu spesies. (Sofiatul
Rahmani, 2015).
Ada dua metode yang dilakukan
untuk memperoleh biakan murni yaitu :
1.
Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua
keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang
dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme
yang diinginkan.(Sofiatul Rahmani,
2015).
Metode cawan gores memiliki dua
keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang
baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari
pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam
kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai
mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan
sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang
lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan.(Sofiatul Rahmani, 2015).
K.
Pewarnaan gram
Pewarnaan
bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan
pewarnaan tahan asam. Pewarnaan gram adalah salah satu teknik pewarnaan
diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan untuk bakteri.
Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok, salah
satu diantaranya bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.(Indri Novita A,
2014).
Pada pewarnaan gram, bakteri yang telah
difiksasi dengan panas sehingga membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan
pewarna basa yaitu crystal violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka
pewarna ini disebut pewarna primer. Selanjutnya noda dicuci dan pada noda
spesimen ditetesi iodin yang merupakan mordant. Setelah iodin dicuci, baik
bakteri Gram Positif maupun Gram Negatif tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda
spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa
peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu dapat menghilangkan warna
ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen diwarnai kembali dengan
safranin yang merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap
berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram positif, sedangkan bakteri yang
berwarna merahdigoongkan ke dalam gram negatif.(Indri Novita A, 2014).
Perbedaan warna antara bakteri Gram Negatif
dan bakteri Gram Positif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding
selnya. Dinding Gram Positif mengandung banyak peptidoglikan, sedangkan dinding
bakteri Gram Negatif banyak mengandung lipopolisakarida.(Indri Novita A, 2014).
Pewarna
yang digunakan antara lain: kristal violet sebagai gram A, iodine sebagai gram
B, alkohol sebagai gram C, serta safranin sebagai gram D. Bakteri tahan asam
merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa
diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan
asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah
Mycobacterium tuberculosis. (Indri Novita A, 2014).
L.
Staphilococcus aureus
a.
Definisi
Bakteri Staphylococcus
aureus berasal dari kata Staphyle
(buah anggur) dan coccus (bulat).
Bakteri sering ditemukan sebagai flora normal di kulit dan selaput lendir pada
manusia. Beberapa jenis bakteri ini dapat membuat enderotoksin yang menyebabkan
keracunan. Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen, penyebab penyakit
radang di kulit dan menimbulkan bisul yang bernanah disebut abses (Jawetz, 2007).
Bakteri ini sering ditemukan pada makanan-makanan yang
mengandung protein. Enterotoksin yang diproduksi oleh Staphylococcus aureus bersifat tahan panas dan masih aktif setelah
dipanaskan pada suhu 100°C selama 30 menit (Jawetz, 2007).
b.
Klasifikasi dan infeksi
Taksonomi Staphylococus aureus (Yazhid Bashar, 2016):
Kingdom : Monera
Diviso : Famicutes
Ordo : Eubacteiales
Famili : Mycrococcaeae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Infeksi
Staphylococcus aureus diasosiasikan
dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia,
meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh
bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik.(Yazhid
Bashar, 2016).
BAB III
METODE KERJA
METODE KERJA
A. Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Mikroskop
2. Inkubator
3. Kaca
objek
4. Ose
5. Bunsen
6. Pipet
tetes
B. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Media
BHIB, MSA, TSIA, Gula-gula
2. Sampel
nanah dan usapan belakang telinga
3. Kristal
violet (CGV)
4. Lugol
5. Alkohol
95%
6. Safranin
7.
Oil
imersi
C.Prosedur
Kerja
Hari
pertama (I)
1. Pewarnaan
gram
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Mengambil
sampel kontaminasi dan biakan murni letakkan sampel diatas preparat
c. Memfiksasi
preparat kemudian genagi apusan dgn CGV selama 3 menit bilas dengan air
mengalir
d. Menggenangi
apusan dengan lugol selama 2 menit bilas dengan air mengalir
e. Memucatkan
apusan dengan alkohol 95%, bilas dengan air mengalir
f. Mengenangi
dengan safranin selama 1 menit, bilas dengan air mengalir
g. Keringkan
preparat dengan menggunakan tissue
h. Amati
dengan mikroskop perbesaran 100x dengan oil imersi
2. Penanaman
sampel dengan media BHIB
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Mengambil
sampel kontaminasi dan biakan murni kemudian menanam sampel tersebut pada media
BHIB
c. Menginkubasi
sampel yang telah dimasukkan kedalam media pemupuk pada suhu 37oC
selama 24 jam.
Hari kedua (II)
1. Pewarnaan
gram
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Mengambil
sampel kontaminasi dan biakan murni dan meletakkan sampel diatas preparat
c. Memfiksasi
preparat
d. Menggenangi
apusan dgn CGV selama 3 menit, bilas dengan air mengalir
e. Mengenangi
apusan dengan lugol selama 2 menit, bilas dengan air mengalir
f. Memucatkan
apusan dengan etil alkohol 95%, bilas dengan air mengalir
g. Mengenangi
dengan safranin selama 1 menit, bilas dengan air mengalir
h. Mengeringkan
preparat dengan menggunakan tissue
i.
Mengamati dengan
mikroskop perbesaran 100x dengan oil imersi
2. Penanaman
bakteri pada media selektif
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Menyiapkan
media BAP dan MSA
c. Nyalakan
Bunsen
d. Memasukkan
ose kedalam tabung BHIB dan menanam bakteri pada media selektif dengan
menggunakan metode zig-zag kemudian pijarkan ose dan cawan perti yang berisi
media selektif
e. Membungkus
cawan petri kemudian menginkubasi media selektif pada cawan petri selama 24 jam
Hari ketiga (III)
1. Pewarnaan
gram
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Mengambil
sampel bakteri pada media selektif BAP atau MSA dengan ose secara steril dengan
menggunakan bunsen dan meletakkan sampel diatas preparat kemudian fiksasi
preparat
c. Menggenangi
apusan dgn CGV selama 3 menit, bilas deng air mengalir
d. Mengenangi
apusan dengan lugol selama 2 menit, bilas dengan air mengalir
e. Memucatkan
apusan dengan alkohol 95%, bilas dengan air mengalir
f. Mengenangi
dengan safranin selama 1 menit, bilas dengan air mengalir
g. Mengeringkan
preparat dengan menggunakan tissue
h. Mengamati
dengan mikroskop perbesaran 100x dengan oil imersi
2. Penanaman
bakteri pada media TSIA
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Menyiapkan
media TSIA dan menyalakan Bunsen
c. Mengambil
biakan pada media selektif dengan secara steril dan memasukkan kedalam media
TSIA dengan cara menggoreskan kemudian pijarkan ose dan media TSIA
d. Membungkus
media TSIA pada tabung reaksi
e. Menginkubasi
media TSIA pada inkubator selama 24 jam
3. Penanaman
bakteri pada media gula-gula
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Menyiapkan
media gula-gula dan nyalakan Bunsen
c. Mengambil
biakan pada media selektif dengan secara steril dan memasukkan kedalam media
gula-gula
d. Menginkubasi
media gula-gula pada cawan petri selama 24 jam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan
pemeriksaan Staphylococcus aureus,
hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut :
Hari Ke
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Warna media berubah menjadi keruh
|
2
|
![]() |
Koloni kecil, zona kuning
|
3
|
![]() |
Lereng : Kuning
Dasar : Kuning
H2S : (-)
Gas : (-)
|
![]() |
Warna media berubah menjadi keruh
|
|
4
|
![]() |
(+) Staphylococcus aureus
|
B.
Pembahasan
Bakteri Staphylococcus sp merupakan bakteri
yang berbentuk coccus (bulat) membentuk gerombol seperti buah anggur. Menururt
Isro’I (2007) .Staphylococcus sp termasuk dalam flora normal tubuh
manusia. Keberadaan Staphylococcus sp sebagai flora normal pada manusia
dapat ditemukan dipermukaan kulit tubuh. Salah satu spesies Staphylococcus yang
ada pada kulit ialah Staphylococcus aureus. Menurut Isro’I (2007) bakteri
S. aureus merupakan bakteri kokus Gram positif, tidak bergerak, tidak berspora.
Diameter antara 0,8-1,0 μm. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat
terlihat sendiri, berpasangan, menggerombol bahkan tersusun seperti rantai
pendek.
Walaupun merupakan bakteri yang tergolong dalam
flora normal, Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan infeksi
manusia. Hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan diantaranya jumlah Staphylococcus
aureus melebihi batas ambang sehingga dapat mengganggu kerja fisiologis
tubuh. Selain itu, infeksi dapat terjadi karena terjadinya perubahan
bentuk (anatomi) maupun fisiologis
tubuh, misalnya terjadi luka pada kulit sehingga bakteri Staphylococcus
aureus masuk dan menginvasi jaringan kulit. Menurut Irianto (2014) Staphylococcus
aureus dapat menghasilkan Scalded
skin syndrome toxin merupakan protease yang
merusak desmoglein di dalam desmosome, menyebabkan pemisahan epidermis pada
lapisan sel granuler. Ditandai dengan panas, bullae, erythematous macular rash. Sering terjadi pada anak-anak.
Berdasarkan teori penunjang tersebut, Scalded
skin syndrome toxin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus adalah penyebab utama infeksi pada jaringan
kulit yang ditandai dengan terbentukknya kemerahan, bengkak dan ruam pada kulit
yang terinfeksi. Penularan infeksi Staphylococcus
aureus menurut Pandia (2015) melalui kontak dengan nanah dari luka yang
terinfeksi Staphylococcus aureus,
kontak dengan kulit orang yang terinfeksi Staphylococcus
aureus, kontak dengan karier Staphylococcus
aureus, serta kontak dengan barang-barang, seperti handuk, seprei, pakaian,
dan alat pencukur jenggot orang yang terinfeksi Staphylococcus aureus.
Menurut Harti (2015) isolasi
merupakan suatu cara untuk memisahkan mikroorganisme dari sampel atau alam dan
menumbuhkannya dalam media kultur secara in
vitro sehingga diperoleh biakan murni. Berdasarkan teori penunjang
tersebut, isolasi dan identifikasi Staphylococcus
sp bertujuan untuk mendapatkan biakan murni dari bakteri jenis Staphylococcus
sp. Oleh sebab itu, pada prakitkum kali ini akan dilakukan pemeriksaan
bakteri Staphylococcus aureus dengan sampel yang digunakan ialah nanah
dan usapan belakang telinga. Proses pengidentifikasian akan berlangsung selama
4 hari.
Kegiatan pada hari pertama ialah proses pengamatan
dan penanaman bakteri pada media. Pada proses pengamatan, terlebih dahulu
bakteri yang berasal dari sampel diwarnai dengan metode Gram. Hasil pewarnaan
akan menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus sp berwarna ungu karena
bakteri mampu mengikat zat warna kristal violet (CGV). Dengan memanfaatkan
pewarnaan tersebut, akan diketahui juga bentuk dari bakteri. Bentuk bakteri
yang ditemukan ialah bulat dan bergerombol layaknya seperti buah anggur. Namun,
hasil tersebut belum dapat dipastikan bahwa bakteri tersebut ialah Staphylococcus
aureus atau jenis Staphylococcus yang lain.
Setelah diketahui bahwa jenis bakteri yang diwarnai
dengan pewarnaan Gram ialah tergolong bakteri jenis Staphylococcus, maka
dilakukan penanaman bakteri. Bakteri akan ditanam dalam media transport yaitu
media BHIB (Brain Hearth Infusion Broth). Menurut Rahmat (2012) media
Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
adalah medium cair untuk berbagai mikroorganisme baik yang aerob atau anaerob
dari bakteri, jamur, dan ragi. Berdasarkan teori penunjang tersebut bakteri Staphylococcus aureus dapat dikembang
biakan pada media BHIB karena bakteri Staphylococcus
tergolong bakteri anaerob fakultatif. Tujuan dilakukannya penanaman pada
media BHIB ialah untuk mengembangbiakkan bakteri karena terjadi proses
poliferasi bakteri dalam media. Setalah dilakukan penanaman pada media BHIB,
selanjutnya dilakukan inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37⁰. Pembacaan hasil
penanaman pada media BHIB akan didilakukan pada hari berikutnya.
Kegiatan
pada hari kedua ialah pembacaan hasil penanaman sebelumnya, pengamatan bakteri Staphylococcus, dan penanaman kembali. Setelah
24 jam, media BHIB yang telah ditanam oleh bakteri akan memperlihatkan hasilnya
yaitu warna media yang awalnya berwarna kuning jernih berubah menjadi keruh. Hal
tersebut menandakan bahwa di dalam suspensi media BHIB telah ditumbuhi oleh
bakteri. Bakteri inilah yang akan dilakukan pengamatan kembali. Sebelum
dilakukannya pengamatan kembali bakteri, bakteri terlebih dahulu di warnai
dengan pewarnaan Gram seperti pada hari pertama. Hasil menunjukkan bahwa jenis
bakteri ialah Staphylococcus dengan
Gram positif (+). Setelah itu, dilakukan penanaman pada media Manitol Salt Agar (MSA) dan Blood Agar Plate (BAP).
Menurut Rahmat (2012) media BAP (Blood Agar Plate) digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang
sulit untuk dibiakan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang
melisis atau tidak melisiskan butir darah merah. Berdasarkan teori penunjang
tersebut, pembiakan bakteri Staphylococcus
pada media BAP bertujuan agar menguji bakteri Staphylococcus aureus melalui melisiskan darah. Hal ini dijelaskan
oleh Rahmat (2012) bahwa kelompok mikroorganisme yang sering di bedakan
berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah merah adalah Streptococcus dan Staphylococcus. Media MSA menurut Hurint (2015) yaitu media ini mengandung kadar NaCl tinggi, sehingga akan
menghambat pertumbuhan bakteri, namun Staphylococcus
tidak dihambat pertumbuhannya. Pembacaan hasil pembiakan pada media MSA dan BAP akan dilakukan pada
hari berikutnya.
Kegiatan pada hari ketiga masih sama dengan
kegiatan hari sebelumnya yaitu pembacaan hasil penanaman sebelumnya, pengamatan
bakteri dan pengujian biokimia. Menurut Arianda (2016) bahwa hasil strikan dari
bakteri Staphylococcus pada media BAP menghasilkan koloni putih, sedang,
bulat, cembung, rata dan kering. Pada media MSA menghasilkan koloni kecil yang
dikelilingi zona merah atau ungu (Staphylococcus yang tidak pathogen),
atau koloni kecil dikelilingi zona kuning (Staphylococcus yang
pathogen). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada media MSA ditemukan media
kecil hingga sedang dan kuning dengan zona putih. Sedangkan pada media BAP,
tidak ditemukan koloni, hal ini mungkin terjadi karena kesalahan pada metode
penggoresan. Berdasarkan hasil pada media MSA dan merujuk pada teori penunjang
maka dapat diketahui bahwa koloni yang dimaksud ialah koloni bakteri Staphylococcus
aureus. Untuk mempertegas bahwa hasilnya ialah Staphylococcus aureus maka
dilakukan uji biokimia.
Menurut Purnama (2013) uji biokimia merupakan uji
aktivitas enzim dari sel bakteri dan digunakan untuk mengetahui sifat bakteri
terhadap berbagai macam zat. Berdasarkan teori penunjang tersebut, uji biokimia
yang dimaksud ialah bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri melalui reaksi biokimia
yang mereka berikan terhadap zat penguji. Media yang akan digunakan untuk uji
biokimia ialah media TSIA dan media Gula-gula. Media TSIA menurut Hurint (2015)
memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa,
pemanfaatan gula laktosa dan sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik. Sedangkan
Media gula-gula menurut Hurint (2015) yaitu media ini termasuk media
identifikasi. Media gula-gula merupakan media identifikasi adalah perbenihan
yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan beberapa
media bersama-sama. Disebut media gula-gula karena terbuat dari beberapa gula
seperti: glukosa, laktosa, mannosa, maltosa, sakarosa. Media gula-gula adalah
air pepton yang ditambah gula tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui
bakteri memfermentasi karbohidrat. Hasil pembacaan uji biokimia akan dilakukan
pada keesokan hari (hari terakhir pengujian).
Kegiatan
pada hari keempat yaitu pembacaan hasil uji biokimia. Hasil positif Staphylococcus aureus menurut Ma’ruf
(2015) yaitu lereng dan bagian dasar berubah menjadi kuning dengan tidak menghasilkan
H2S dan gas. Hasil yang diperoleh ialah pada media TSIA yang awalnya
berwarna merah berubah menjadi kuning. Hal ini menandakan bahwa bahwa bakteri Staphylococcus
aureus mampu memfermentasikan glukosa pada media sehingga terbentuk suasana
asam. Hasil positif Staphylococcus aureus
ditandai dengan berubahnya warna media gula-gula yang awalnya kuning
menjadi keruh.Dari hasil uji biokimi, uji biokimia pada media gula-gula baik
itu glukosa, maltosa, sukrosa dan fruktosa menghasilkan kekeruhan sehingga
menandakan terdapat bakteri Staphylococcus
aureus di dalam media gula-gula. Hal ini terjadi karena media gula-gula
berfungsi untuk mengidentifikasi bakteri yang dapat menfermentasikan gula
seperti Staphylococcus aureus. Maka
dari itu, dapat dipastikan bahwa Staphylococcus
yang berhasil teridentifikasi ialah Staphylococcus
aureus.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan, kesimpulan dari praktikum kali ini ialah isolasi dan
identifikasi pada pemeriksaan bakteri dengan menggunakan uji media transport,
media selekstif hingga uji biokimia menunjukkan hasil yang positif (+) Staphylococcus aureus.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan kepada asisten
laboratorium bahwa perlu adanya pengenalan akan metode inokulasi (penanaman)
bakteri kepada praktikan sehingga praktikan dapat lebih mengetahui
metode-metode inokulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aghry W.
Anugrah, 2013. Klasifikasi Bakteri
Dilihat Dari Beberapa Penggolongan, http://aghrywiranata.blogspot.co.id/2013/07/klasifikasi-bakteri-dilihat-dari.html
Diakses Pada Tanggal 28 September 2017
Andi Tri Saputra, 2013.Media Dan Reagen Kimia Dalam Penelitian,http://digilib.unila.ac.
Id/3008/14/BAB%20III.pdf, Diakses Pada Tanggal 28 September
2017
Arianda,
Dedy. 2016. Buku Saku Bakteriologi. AM-Publishing
: Bekasi
Dian, 2016. Bentuk-bentuk,
gambar, dan contohnya, http://www.ebiol
ogi.com/2016/07/bentuk-bentuk-bakteri-gambar-dan-contoh.html
Diakses Pada Tanggal 4 Maret 2017
Dyah Angraini, 2008. laporan koasistensi mikroboilogi,http//hafizluengdaneun. multiply.com/jurnal/item/1/,
samarinda Diakses Tanggal 28 September 2017
Harti,
Sri Agnes. 2014. Mikrobiologi Kessehatan.
Penerbit ANDI : Yogyakarta
Hurint,
Yohana, dkk. 2015. Media Reagensia II. Politeknik
Kesehatan Kupang. Kupang
Indah Dwi Oktaviani, 2013. Uji manitol (MSA),http://indahdwioktaviani.blogspot.co.id/2013/02/uji-mannitol.html
Diakses Pada Tanggal 28 September 2017
Indri Novita
A, 2014. Mikrobiologi Dasar “Eukariotik -
Pewarnaan”Teknologi Hasil Perikanan fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautanuni
Uersitas Brawijaya. Papua
Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi Medis,
Mikologi Medis, dan Virologi Medis (Medical Bacteriology, Medical Micology, and
Medical Virologi). Alfabeta : Bandung
Isro’I,
Ana Dwi. 2007. Isolasi, Identifikasi Dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
Dari Pus Pasien Di Rumah Sakit Kasih Ibu Dan Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta
Terhadap Beberapa Antibiotik. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jawa Tengah
Jawetz, 2007.
Mikrobiologi kedokteran. Edisi 23.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ma’ruf,
Amal. 2015. Isolasi dan Identifikasi
Staphylococcus. Akademi Analis Kesehatan Muhammadiyah Makassar. Sulawesi
Selatan
Mutia, 2011.
Bakteri Gram Positif Dan Bakteri Gram
Negatif,http://mutia-12636-bakteri.blogspot.co.id/2011/12/bakteri-gram-positif-dan-bakteri-gram.html
Dikases Pada Tanggal 28 September 2017
Pandia, Sabila A. 2015. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus. Universitas Diponegoro. Semarang
Purnama, W. B., Peni I., dan Rima M. Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis Dan Escherichia coli. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Jawa Tengah
Rahmat.
2012. Macam-Macam Media Cair.
Sekolah Tinggi lmu Kesehatan Bakti Tunas Husada. Tasikmalaya
Rusdin. 2015, Penuntun Praktikum Media dan Reagensia,
Pustaka As Salam:Patt Alasan
Sofiatul Rahmani,
2015,Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi
Akuatik Isolasi BakteriJurusan AkuakulturDan Teknologi Hasil Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Papua
Srikandi
Rahayu, 2014. Pengertian Dan Jenis Bakteri,
http://seputar pengertian.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-dan-jenis-bakteri.html Diakses
Pada Tanggal 28 September 2017
Ulic Harda,
2015. Media Gula-Gula, https://www.academia.edu/9923615
/SEKILAS_MEDIA_GULA-GULA
Diakses Pada Tanggal 28 September 2017
Wea Margaretha, 2014, dkk.
2015. Media Reagensia II. Politeknik
Kesehatan Kupang. Kupang
Yazhid Bashar, 2016. Stafilococus
Aureus,http://www.atlm.we b.id/2016/12/makalah-staphylococcus-aureus.html Diakses
Pada Tanggal 23 September 2017








![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
0 Response to "LAPORAN Pemeriksaan Staphylococcus aureus"
Post a Comment