Lettori fissi

LAPORAN Identifikasi Jentik Nyamuk Culex sp

Related



DOWNLOAD FILE DISINI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu Identifikasi Jentik Nyamuk Culex sp. 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Rijal, AMAK., S.ST dan Bapak Haeril, Amd.AK., S.Si selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Parasitologi II yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2017

  Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ..……...……………………………………………………    ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………....    iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ………….…………………………………..   1
A.       Latar Belakang ………………………………………………...…....    1
B.        Rumusan Masalah ………………………………………………….     2
C.        Tujuan ………………………………………………………………     2
D.       Manfaat ……………………………………………………………..    2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ……..……………………………….     3
A.       Nyamuk Culex sp ………………………………....….……………      3
B.        Klasifikasi Nyamuk Culex sp ……………………….…....…….....       4
C.        Morfologi Nyamuk Culex sp ………….……………….………….       4
a.       Sefalo …………………………………………………………       4
b.      Toraks …………………………………………………………       5
c.       Abdomen ………………………………………………………      5
D.       Siklus Hidup Nyamuk Culex sp .…………………………..……...       6
a.       Telur …………………..………………………………………       6
b.      Larva (Jentik) ………...………………………………………..      7
c.       Pupa (Kepompong) …………………………………………….     8
d.      Imago (Dewasa) ……………………………………………….      9
E.        Bionomik Nyamuk Culex sp ..……………………………….…….      10
F.         Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Nyamuk Culex sp …….      11
G.       PenyakitAkibat Nyamuk Culex sp ………………….……….…….      12
a.       Filariasis  limfatik ……………………………………………..       12
b.      Japanese Encephalitis …………………………………………      13
c.       St. Louis Encephalitis ………………………………………….      14
d.      West Nile Virus  (WNV) ……………………………………….      14
BAB III METODE KERJA ………………………………………….…     15
A.    Waktu dan Tempat ………….……………………………………..      15
B.     Alat dan Bahan ..……………….…………………………………...    15
a.       Alat …………………………………………………………….      15
b.      Bahan ………………………………………………………….      15
C.     Prosedur Kerja ……….…………………………………………….      15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ………………………………...     16
A.    Hasil ………..………………………………………………………       16
B.     Pembahasan …….………………………………………………….       16
BAB V PENUTUP ………………………………….………………….     19
A.       Kesimpulan ………………………………………………………...      19
B.        Saran ……………………………………………………………….      19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR

Gambar II.I         Morfologi Nyamuk  …………………………………       5
Gambar II.II      Siklus Hidup Nyamuk Culex sp ………………..……       6
Gambar II.III      Telur Nyamuk Culex sp …………..………….……...       7
Gambar II.IV      Larva (Jentik) Nyamuk Culex sp …………….……...       8
Gambar II.V       Pupa (Kepompong) Nyamuk Culex sp ……….……...      9
Gambar II.VI      Nyamuk Culex sp …………………………….……...       10






DAFTAR TABEL

Tabel IV.I     Hasil Pengamatan Jentik Nyamuk Culex sp ………     16


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Artropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu athros, sendi dan podos, kaki. Oleh karena itu ciri utama hewan dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Dalam kajian parasitologi, sebagian besar artropoda merupakan vektor penyakit serta dapat bersifat sebagai parasit itu sendiri. Parasit pada umumnya mempunyai sifat yang merugikan bagi manusia. Hidupnya menumpang dan bertempat tinggal di tempat yang ditumpanginya dan merugikan bagi host yang ditumpanginya (Qiptiyah, 2014).
Parasit digolongan artropoda dapat berasal dari ordo Diptera. Anggota ordo Diptera yang paling dikenal oleh masyarakat selain lalat ialah nyamuk. Mendengar kata nyamuk mungkin sudah tidak terdengar asing lagi ditelinga setiap kalangan masyarakat. Makhluk hidup berukuran kecil tersebut hidup dan berkembang biak pada genangan-genangan air yang tercipta oleh manusia ataupun melalui alam. Nyamuk merupakan salah satu vektor penyebar parasit yang dapat mengganggu kehidupan manusia serta dapat menyebabkan penyakit yang serius. Misalnya nyamuk Culex sp yang dapat menyebabkan penyakit filariasis.
Menurut Sukendra dan Muhammad (2016) Indonesia tergolong daerah rawan  kasus Filariasis. Jumlah kasus klinis Filariasis di Indonesia berdasarkan data kumulatif sampai tahun 2013 ditemukan sejumlah 12.714 kasus. Jumlah kasus Filariais mengalami peningkatan sejak tahun 2012, yaitu 11.902 kasus. Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan kasus Filariasis cukup tinggi. Terdapat 412 penderita selama tahun 2013, angka ini secara kumulatif tidak jauh berbeda dari tahun 2012 yaitu 565 penderita. Oleh karenanya, dalam kajian penelitian dan kesehatan, nyamuk ini sering dijadikan bahan percobaan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang nyamuk serta peranan dan dampaknya bagi manusia.


B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Bagaimana struktur morfologi larva nyamuk Culex sp)?
2.      Bagaimana peran dan dampak nyamuk Culex sp bagi manusia?
C.     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur morfologi larva nyamuk Culex sp.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami peran dan dampak nyamuk Culex sp bagi manusia.
D.    Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai struktur morfologi larva nyamuk Culex sp.
2.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai peran dan dampak nyamuk Culex sp bagi manusia.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Nyamuk Culex sp
Nyamuk merupakan serangga yang memiliki tubuh berukuran kecil, halus, langsing, kaki-kaki atau tungkainya panjang langsing, dan mempunyai bagian mulut untuk menusuk kulit dan mengisap  darah yang disebut dengan proboscis. Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia dari daerah kutub sampai daerah tropis, dapat dijumpai pada ketinggian 5.000 m  di atas permukaan laut sampai kedalaman 1.500 m di bawah permukaan tanah di daerah pertambangan. Karena keberadaannya menyebar di seluruh dunia, maka ektoparasit ini bersifat kosmopolit (Ginanjar, 2011).
Nyamuk termasuk serangga (Arthropoda: Insecta). Tubuhnya terbagi tiga bagian: kaput, toraks, abdomen. Pada kepala ada bagian mulut yang disebut probosis yang lurus ke depan (pada Tribus Culicini dan Anphelini) atau bagian depannya melengkung ke arah perut (Tribus Megarhini), sepasang antena, dan sepasang palpus maksilaris. Nyamuk jantan antena tipe plumose, yang betina tipe pilose. Tipe bag. mulut menusuk dan mengisap. Pada toraks melekat 3 pasang kaki, dan sepasang sayap, dan sepasang halter (sayap yang sangat mereduksi, bentuknya seperti halter). Terdiri dari 3453 spesies, salah satu diantaranya adalah nyamuk Culex sp (Tobing, 2016).
Nyamuk Culex sp merupakan  pengganggu: menggigit/mengisap darah waktu malam mengganggu tidur atau kerja malam di dalam rumah atau mungkin juga di luar rumah, di sawah, dll. Nyamuk ini, pola hidupnya mirip dengan Aedes aegypti. Mereka sangat suka hinggap di pakaian-pakaian yang ditaruh di tempat sembarangan. Meskipun mereka suka tinggal di pakaian yang ditaruh di sembarang tempat, nyamuk ini juga bisa berkembang biak dengan mudah di genangan air. Genangan air merupakan tempat favorit mereka untuk berkembang biak dan tempat ini biasanya mereka gunakan apabila mereka ingin bertelur atau melakukan perkawinan. Nyamuk Culex sp memiliki kebiasaan yang berbeda dengan Aedes Aegypti, bila Aedes aegepty suka hidup pada air bersih maka Culex sp menyukai air yang kotor seperi genangan air, limbah pembuangan mandi, got (selokan) dan sungai yang penuh sampah. Culex sp, nyamuk yang memiliki ciri fisik coklat keabu-abuan ini mampu berkembang biak disegala musim. Hanya saja jumlahnya menurun saat musim hujan karena jentik-jentiknya terbawa arus (Tobing, 2016).
B.     Klasifikasi Nyamuk Culex sp
Menurut Wahyudi (2010), klasifikasi nyamuk Culex sp ialah sebagai berikut:
Kingdom               : Animala
Filum                     : Artropoda
Kelas                     : Insekta
Ordo                      : Diptera
Famili                    : Culicidae
Genus                    : Culex
Species                  : Culex sp.
C.     Morfologi Nyamuk Culex sp
Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut.  Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus (Wahyudi, 2010).
a.       Sefalo
Pada bagian kepala hampir seluruhnya tertutupi oleh sepasang mata majemuk. Pada bagian kepala terdapat  antena yang panjang (filiform). Pada nyamuk betina antena  tidak selebat pada antena nyamuk jantan. Antena betina disebut pilose sedangkan pada nyamuk jantan disebut plumose. Fungsi dari bulu-bulu yang lebat pada nyamuk jantan adalah sebagai alat bantu untuk mencari keberadaan nyamuk betina. Selain pada antena, penentuan jenis kelamin jantan dan betina dapat dilihat dari palpi maksilari. Pada nyamuk betina, palpi maksilari lebih pendek dari pada probosis, sedangkan palpi maksilari pada nyamuk jantan melebihi panjang probosis. Kepala nyamuk Culex sp. kebanyakan berwarna cokelat (Ginanjar, 2011)


b.     
Gambar II.I Morfologi Nyamuk
Sumber : Ginanjar (2011)
Toraks
Pada bagian toraks, nyamuk memiliki skutum yang agak keras yang berfungsi sebagai pelindung.  Pada bagian posterior toraks, terdapat  skutellum
yang berbentuk trilobus. Di samping itu, pada bagian ini juga terdapat halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan ketika terbang. Sayap dan kaki nyamuk Culex sp.  biasanya terdapat bercak berwarna hitam putih. Kaki nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu, tungkai depan, tungkai tengah, dan tungkai belakang. Tiap tungkai terdiri atas femur, tibia, enam ruas tarsus, dan kuku. Warna, pola sisik, dan rambut pada toraks digunakan untuk membedakan  genus dan spesies nyamuk  Culex sp. toraks memiliki warna coklat (Ginanjar, 2011).
c.       Abdomen
Bagian abdomen Culex sp.  lebih mudah untuk diidentifikasi. Nyamuk ini umumnya memiliki warna abdomen coklat yang terang, dengan tergit berwarna belang-belang cokelat gelap terang dan bersisik. Biasanya nyamuk Cx. quinquefasciatus  memiliki pola dorsal abdomen (tergit) berbentuk huruf “M”. Ujung abdomen Culex sp. betina biasanya tumpul, dengan serkus yang tertarik kedalam (Ginanjar, 2011).
D.    Siklus Hidup Nyamuk Culex sp
Dalam perkembangannya nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yang diawali dengan stadium  telur, larva (jentik), pupa, dan dewasa (imago). Air merupakan faktor terpenting dalam perkembangan nyamuk, karena proses perkembangan pradewasa terjadi di dalam air (Ginanjar, 2011).
Gambar II.II Siklus Hidup Nyamuk Culex sp
Sumber : Gullan dan Cranston (2005)
a.       Telur
Nyamuk Culex meletakkan telur di  atas permukaan air secara bergerombol dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari (Astuti, 2011). Sebelum memasuki fase jentik (larva), telur nyamuk Culex berbentuk lonjong menyerupai peluru senapan, beropekulum tersusun seperti bentuk rakit saling melekat satu sama lain, telur biasanya diletakkan di permukaan air (Oktavia, dkk, 2014).







Gambar II.III Telur Nyamuk Culex sp.
Sumber : Ginanjar (2011)

Telur nyamuk Culex Sp diletakkan saling berlekatan di atas permukaan airsehingga berbentuk rakit (raft). Warna telur yang baru diletakkan adalah putih,kemudian warnanya berubah menadi hitam setelah 1-2 jam.  Telur nyamuk Culex Sp berbentuk menyerupai peluru senapan. Spesies-spesies nyamuk Culex Sp berkembang biak ditempat yang berbeda-beda, sebagai contoh, nyamuk Culex quinquefasciatus bertelur di air comberan yang kotor dan keruh, nyamuk. Culex annulirostris bertelur  di air sawah, daerah pantai dan rawa berair payau, nyamuk Culex bitaeniorrhynchus bertelurdi air yang mengandung lumut dalam air tawar dan atau air payau (Tobing, 2016).
b.      Larva (Jentik)
Pada fase jentik saat istirahat, posisinya bergantung membentuk sudut lancip. Pada stadium larva nyamuk Culex memiliki bentuk siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir dengan rambut siphon yang berkelompok-kelompok. Jentik nyamuk culex membentuk sudut di tumbuhan air (menggantung) (Oktavia, dkk, 2014).
Stadium larva terbagi menjadi empat tingkatan perkembangan (instar) yang terjadi selama 6-8 hari. Instar ke-1 terjadi selama 1-2 hari, instar ke-2 terjadi selama 1-2 hari, instar ke-3 terjadi selama 1-2 hari dan instar ke-4 terjadi selama 1-3 hari. Untuk memenuhi kebutuhannya, larva mencari makan di tempat perindukkannya. Larva nyamuk Culex sp membutuhkan waktu 6-8 hari hingga menjadi pupa. Ciri-ciri Larva Culex Sp adalah sebagai berikut (Tobing, 2016).
1.      Ada segmen yang terakhir terdapat corong udara.
2.      Tidak ada rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs) pada segmen abdomen.
3.      Terdapat pektin pada corong udara.
4.      Pada corong (siphon) terdapat sepasang rambut serta jumbai.
5.      Terdapat comb scale sebanyak 8-21 pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan.
6.      Setiap comb scale berbentuk seperti duri.
7.      Terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva pada sisi thorax.
8.      Terdapat sepasang rambut di kepala.
Gambar II.IV Larva (Jentik) Nyamuk Culex sp
Sumber : Ginanjar (2011)










c.       Pupa (Kepompong)
Pupa (kepompong) merupakan stadium terakhir yang berada di dalam air. Pupa nyamuk berbentuk seperti koma, kepala dan dada bersatu dilengkapi dengan sepasang terompet pernapasan, sebagaimana terlihat pada. Stadium ini disebut juga stadium inaktif dan tidak memerlukan makanan.  Tetapi  tetap ada proses pernapasan  melalui  sifon  yang menempel pada permukaan  air. Bentuk sifon  pada stadium pupa, menyerupai  sifon  pada stadium larva dan bervariasi bergantung pada jenis spesies nyamuk. Pada  fase ini pupa membutuhkan dua sampai tiga hari untuk menjadi nyamuk  dewasa, namun  fase ini dapat menjadi lebih lama  hingga sepuluh  hari pada suhu rendah (< 25°C). Pada suhu lingkungan dibawah 10°C tidak akan terjadi perkembangan menjadi dewasa (Ginanjar, 2011).








Gambar II.V Pupa (Kepompong) Nyamuk Culex sp
Sumber : Ginanjar (2011)

Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian kecil tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk Culex (Astuti, 2011). Pupa jantan lebih cepat menetas menjadi nyamuk daripada pupa betina. Pupa tidak memerlukan makanan, tetapi memerlukan oksigen yang diambil melalui tabung pernapasan. Tabung pernapasannya berbentuk sempit dan panjang (Tobing, 2016).
d.      Imago (Dewasa)
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari (Wahyudi, 2010).
Biasanya, nyamuk jantan tidak pergi jauh dari tempat perindukannya karenamenunggu nyamuk betina untuk berkopulasi. Nyamuk betina akan mencari darah untuk pembentukkan telurnya. Nyamuk Culex Sp betina memiliki palpi yanglebih pendek daripada probosisnya, sedangkan nyamuk Culex Sp Jantan memiliki palpi yang lebih panjang daripada probosisnya. Sayap nyamuk Culex Sp berbentuk sempit dan panjang. Nyamuk Culex Sp biasanya mencari
Gambar II.VI Nyamuk Culex sp
Sumber : Ginanjar (2011)
darah pada malam hari (Tobing, 2016).









E.     Bionomik Nyamuk Culex sp
Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya menghisap  sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain (Wahyudi, 2010).
1.      Tempat berkembang biak
Nyamuk  Culex  sp  suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
2.      Perilaku makan
Nyamuk  Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari. Nyamuk  Culex  sp  suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi. Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%), namun  ternyata angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di dalam rumah lebih tinggi.


3.      Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
4.      Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit  beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.
F.      Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Nyamuk Culex sp
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan nyamuk Culex sp ialah sebagai berikut (Wahyudi, 2010):
1.      Suhu 
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex  sp dimana suhu yang tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas 35°C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 20°C–30°C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus dalam tubuh nyamuk.
2.      Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap air yang besar maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan
berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain.
 
3.      Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan per unit luas. Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap. Begitu juga dengan kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan. Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx) atau lumen per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas cahaya terhadap suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah.
G.    Penyakit Akibat Nyamuk Culex sp
Gangguan  yang  ditimbulkan  oleh  nyamuk selain  dapat  menularkan  penyakit  juga  dapat  sangat mengganggu  dengan  dengungan  dan  gigitannya sehingga bagi orang-orang tertentu dapat menimbulkan phobia (entomopobhia) serta dapat    menyebabkan dermatitis dan urticaria. Beberapa  penyakit  yang  penularannya  lewat gigitan nyamuk Culex  sp (Sholichah, 2009):
a.       Filariasis  limfatik
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh  infeksi cacing filaria, yang  hidup  di  saluran  dan  kelenjar  limfe  serta menyebabkan gejala akut atau kronis. Di Indonesia terdapat 3 spesies cacing filaria penyebab filariasis yaitu  Wuchereria  bancrofti,  Brugia  malayi  dan Brugia timori. Penyakit  ini  bersifat  menahun (kronis)  dan  bila  tidak  mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran  kaki,  lengan  dan  alat  kelamin  baik perempuan maupun  laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung  kepada  orang  lain  sehingga  menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.  Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung  larva stadium  III  (L3).  Nyamuk  sendiri  mendapat mikrofilaria karena menghisap darah penderita atau dari  hewan  yang  mengandung  mikrofilaria. Nyamuk sebagai vektor menghisap darah penderita  (mikrofilaremia) dan pada saat itu mikrofilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk.  Dalam  tubuh  nyamuk mikrofilaria  tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dari larva instar 1 menjadi larva instar 3 dalam beberapa hari,  karenanya  diperlukan  gigitan  berulang  kali untuk  terjadinya  infeksi. Di  dalam  tubuh manusia larva instar 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi  cacing dewasa  jantan  atau betina serta berkembang biak. 
 Penyakit filariasis sudah menyebar di hampir seluruh provinsi di  Indonesia. Berdasarkan hasil survei  tahun  2000  tercatat  26  provinsi merupakan daerah endemis filariasis.  Pada tahun 2005 kasus kronis  dilaporkan  sebanyak  10.237  orang  yang tersebar di 33 provinsi. Penyakit  ini  merupakan  masalah  kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada tanggal 8 April 2002 Menteri Kesehatan  Republik  Indonesia  telah mencanangkan dimulainya eliminasi penyakit Kaki Gajah di Indonesia dan telah menetapkan eliminasi Kaki Gajah  sebagai  salah  satu program prioritas. 
b.      Japanese Encephalitis
Penyakit  ini  ditemukan  hampir  di  seluruh wilayah  Asia,  dari  Asia  Timur  yaitu  Jepang  dan Korea, Asia Selatan  seperti  India dan Srilangka,  serta Asia  Tenggara  termasuk  seluruh  kepulauan Indonesia. Penyakit  ini  termasuk  dalam  vector-borne diseases utama di kawasan Asia Tenggara.    Japanese encephalitis (JE) merupakan penyakit radang otak menular bersifat zoonosis, menyerang hewan dan manusia, ditandai dengan demam, gejala syaraf  dan  kelainan  reproduksi. Penyakit  ini disebarkan  melalui  gigitan  nyamuk  dengan perantaraan  hewan  lain.  Babi  sebagai  salah  satu hewan pejamu virus  JE merupakan  tempat  terbaik perkembangan virus JE, meskipun ada hewan  lain seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, anjing, kucing maupun unggas. Penyakit ini menimbulkan gejala sisa apabila sembuh,  terjadi pada 5-70% kasus
yaitu  berupa  gangguan  sistem  motorik,  perilaku, intelektual, dan gangguan  fungsi neurologi  lain. Di  Indonesia  JE  dapat  ditemukan  sepanjang tahun  dan  pada  semua  usia,  tetapi  sebagian  besar kasus  terjadi  pada  usia  2-10  tahun  dengan perbandingan antara  laki-laki dan perempuan adalah 1,5:1. Menurut data dari Subdit Zoonosis Dit P2B2 Ditjen PPM-PL  dalam  kurun  waktu  1993-2004, didapatkan spesimen positif JE pada manusia di 14 provinsi di  Indonesia.
c.       St. Louis Encephalitis
St. Louis Encephalitis merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat yang disebabkan oleh kelompok  virus  yang  sama  dengan  penyebab  JE. Penyakit  ini dikenal pertama kali pada saat  terjadi Serba Serbi Parasitepidemi di St. Luois pada tahun 1933. Pada awalnya virus  ini  menyerang  burung  tetapi   pada perkembangannya  kadang  dapat  menginfeksi manusia.  Pada  sebagian  besar  kasus,  manusia merupakan  "dead-end"  bagi  virus  karena  manusia tidak  mempunyai  kemampuan  untuk  menularkan virus  ini.  Manusia  tertular/terinfeksi  penyakit  ini melalui   gigitan nyamuk yang telah terinfeksi virus dimana  sebelumnya  telah  menggigit  burung  yang mengandung  virus.  Penyakit  ini  pada  umumnya menyerang dan  terjadi  lebih parah pada golongan usia dewasa.   Infeksi pada manusia ini dapat terjadi tanpa gejala  atau  gejala  ringan  sampai  mengakibatkan kesakitan yang parah seperti kerusakan sistem saraf pusat yang bersifat permanen, pada beberapa kasus fatal hingga kematian. 
d.      West Nile Virus  (WNV)
Burung adalah  sumber dari  infeksi nyamuk untuk Virus  West  Nile.   Virus  ini  diduga  berasal  dari Afrika. Virus  West  Nile  menyebabkan  KLB (Kejadian  Luar  Biasa)  di  Mesir,  Israel,  India, Perancis, Rumania, Republik Czecho dan tersebar di Afrika, daerah Mediteran Utara dan Asia Barat.  Cara penularan  adalah melalui  gigitan  nyamuk  infektif. Semua golongan usia  rentan  terhadap penyakit  ini, baik  pria  maupun  wanita.   Pada  sebagian  besar kasus    tidak  menunjukkan  gejala,  tetapi  pada sebagian yang  lain dapat menimbulkan gejala yang lebih  parah  seperti  demam  tinggi,  sakit  kepala, isorientasi,  koma,  kebutaan  hingga menimbulkan dampak  pada  saraf  yang  bersifat  permanen.  Di Indonesia, baik kasus klinis maupun data  serologis tentang  infeksi  WNV  belum  pernah  dilaporkan. 
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum mengenai “Identifikasi Jentik Nyamuk Culex sp” dilakukan pada :
Hari/Tanggal   : Kamis, 09 November 2017
Pukul               : 10.00 – 12.00 WITA
Tempat            : Ruang Laboratorium Mikrobiologi STIKes Bina Mandiri
 Gorontalo
B.     Alat dan Bahan
a.       Alat
Adapun alat-alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini ialah sebagai beirkut :
1.      Mikroskop
2.      Object glass
3.      Wadah plastik
4.      Pipet tetes
b.      Bahan
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan pada praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Jentik nyamuk Culex sp
2.      Larutan KOH
C.     Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan ialah sebagai berikut :
1.      Digunakan Alat Pelindung Diri (APD).
2.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.      Diambil larva (jentik) nyamuk dengan pipet dan diteteskan pada object glass.
4.      Teteskan jentik tersebut dengan larutan KOH.
5.      Diamati larva (jentik) pada mikroskop dengan pembesaran 4-10x pembesaran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
      Berdasarkan identifikasi Nyamuk Culex sp, hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut :
Gambar Manual
Gambar

Keterangan :
1.      Kepala
6.      Abdomen
2.      Antenna
7.      Sifon
3.      Antenna Hair (rambut antenna)
8.      Anal Gill
4.      Mouth Brush (rambut sikat mulut)
9.      Comb scale
5.      Toraks
10.  Lateral Hair (rambut lateral)
Tabel IV.I Hasil Pengamatan Jentik Nyamuk Culex sp
B.     Pembahasan
 Nyamuk merupakan hewan Arthropoda yang tergolong dalam kelas Insecta ordo Diptera. Persebaran nyamuk terjadi hingga diseluruh belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Salah satu jeni nyamuk yang ada di Indonesia ialah nyamuk Culex sp. Nyamuk Culex sp sebagai filum Arthropoda menyebabkan secara morfologis bentuknya tubuh menurut Irianto (2013) yaitu ditandai oleh bangunan yang simestris bilateral. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh bersegmen yang terbungkus dalam suatu rangka (eksoskeleton) dari bahan kitin. Rangka luar ini bersendi dan berfungsi menutupi dan dan melindungi alat-alat dalam serta memberi bentuk pada tubuh. Rangka luar diekskresikan oleh epidermis dan mengalami pergantian kulit (eksdisis). Hewan ini mempunyai mata majemuk (faset) atau mata tunggal (oselus). Tubuh arthropoda dibagi atas tiga bagian utama yaitu, kepala (kaput/Sefalo), dada (toraks), dan perut (abdomen).
Selain itu, nyamuk Culex sp tergolong dalam kelas Insecta karena memiliki 3 pasang kaki atau 6 buah kaki. Hal ini sesuai dengan namanya, menurut Irianto (2013) Insecta disebut juga Hexapoda (Yunani, Hexa adalah enam dan Podos adalah kaki). Nyamuk Culex sp juga termasuk dalam ordo Diptera yaitu menurut Irianto (2013) Di artinya dua dan Ptera artinya sayap. Hewan ini bersayap satu atau dua pasang.
Struktur morfologi jentik nyamuk Culex sp ialah memiliki kepala (Sefalo), dada (Toraks) dan perut (Abdomen) sama halnya dengan yang dimiliki oleh nyamuk Culex sp dewasa. Namun, bentuk jentik ialah bentuk dimana struktur morfologinya masih belum sempurna (masih dalam bentuk larva). Kepala (Sefalo) merupakan bagian tubuh jentik yang paling utama. Morfologi larva nyamuk Culex sp bagian kepala ialah terdapat sepasang antenna dimana sepasang antenna tersebut memiliki rambut (antenna hair). Selain itu terdapat juga mouth brush yaitu rambut disekitar mulut dari jentik.
Jentik nyamuk Culex sp memiliki toraks namun fungsinya hanya sebagai tempat perlekatannya perut (abdomen). Pada toraks juga terdapat duri-duri panjang yang terletak di sisi toraks.  Pada bagian abdomen terdapat segmen yaitu kurang lebih terdapat sekitar 8 segmen. Pada segmen terakhir terdapat Comb scale yang berbentuk seperti duri. Comb scale terdiri atas beberapa baris duri. Menurut Tobing (2016) terdapat comb scale sebanyak 8-21 pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan.
Selain itu, pada bagian posteriornya dibagi menjadi dua yaitu sifon dan anal gill. Sifon merupakan alat yang digunakan jentik untuk bernapas. Ukuran sifon lebih panjang dari anal gill dan ujungnya menghadap ke permukaan. Sedangkan anal gill merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh jentik. Menurut Ginanjar (2011) bagi seekor nyamuk stadium larva ini merupakan stadium makan. Kebanyakan jenis larva memakan alga dan kotoran organik, tetapi beberapa bersifat pemangsa dan makan larva nyamuk lain. Dalam kondisi yang sesuai, larva nyamuk akan berkembang dalam waktu 6-8 hari sejak dari larva stadium pertama (instar I) hingga stadium terakhir (instar IV), dan akan berubah menjadi pupa (kepompong).
Jentik-jentik akan mengalami instar yaitu pergantian kulit yang terjadi dalam empat tahapan. Tahapan tersebut menurut Astuti (2011) yaitu larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas. Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas. Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam. Larva instar III, berukuran 4  – 5 mm atau 3  – 4 hari setelah telur menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman. Dan larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala menghitam. Salah satu ciri-ciri untuk membedakan jentik nyamuk Culex sp dengan Anopheles secara visual ialah dilihat dari sikap istirahat. Jentik nyamuk Culex sp menurut Irianto (2013) yaitu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Hal ini terjadi karena jentik nyamuk Culex sp bernapas menggunakan sifon yang mengharuskan tabung sifon berada dipermukaan air sehingga jentik akan terlihat seperti membentuk sudut dengan bagian kepala berada dibagian bawah tetapi sifon berada diatas.
Jentik nyamuk Culex sp kemudian akan bermetamorfosis menjadi pupa (kepompong) yang selanjutnya menjadi nyamuk Culex sp dewasa. Nyamuk Culex sp dewasa merupakan vektor yang dapat menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan oleh nematoda jaringan yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang dapat menyebabkan penyakit filariasis atau kaki gajah. Selain dapat menularakan parasit nematoda jaringan, nyamuk Culex sp juga dapat menularkan virus sehingga menyebabkan penyakit Japanese Encephalitis, St. Louis Encephalitis, dan West Nile Virus (WNV).

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh dari laporan kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Struktur morfologi jentik nyamuk Culex sp ialah terdiri dari kepala (sefalo), dada (toraks) dan perut (abdomen). Bagian kepala terdapat sepasang antenna yang memiliki rambut, dan terdapat mouth brush. Pada bagian dada terdapat rambut lateral sampai pada abdomen serta merupakan tempat perlekatan abdomen. Pada bagian perut terdapat 8 segmen, posterior abdomen terdapat comb scale dalam beberapa baris dan terdapat juga sifon dan anal gill.
2.      Jentik nyamuk Culex sp yang telah tumbuh menjadi nyamuk dewasa berperan penting sebagai vektor penularan dari parasit nematoda jaringan (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori) dan virus. Dampak yang ditimbulkan ialah dapat menyebabkan penyakit filariasis dan penyakit lainnya seperti Japanese Encephalitis, St. Louis Encephalitis, dan West Nile Virus  (WNV).
B.     Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh praktikan ialah perlu untuk melakukan praktikum kembali. Hal ini diutarakan karena pada praktikum sebelumnya jentik yang dilakukan identifikasi hanyalah jentik dari nyamuk Culex sp tanpa jenis jentik dari nyamuk lain. Hal ini menyebabkan praktikan tidak dapat membandingkan morfologi antara jentik nyamuk Culex sp dengan jentik nyamuk lainnya. Oleh karena itu, dengan dilakukannya praktikum kembali praktikan dapat melakukan perbandingan antara jentik nyamuk Culex sp dengan jenis jentik nyamuk lainnya seperti Aedes aegypti, Anopheles dan Mansonia.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Monica Anjar Wiji. 2011. Uji Daya Bunuh Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa (Blume) Horan.) Terhadap Larva Nyamuk Culex quinquefaciatus Say. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Jawa tengah
Ginanjar, Rizqy Arif. 2011. Densitas dan Perilaku Nyamuk (Diptera : Culicidae) di Desa Bojong Rangkas Kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat
Gullan, P. J., dan P. S. Cranston. 2005. The Insects : An Outline of Entomology 3rd Edition. Blackwell Publishing : United State of America
Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis (Medical Parasitology). Alfabeta : Bandung
Oktavia, Fanny., Nhayatul M., Mohamad Z., Marta L. R., dan Cholifatun N. 2014. Pemantauan Dan Identifikasi Jentik Nyamuk, Pinjal Tikus, Dan Tikus Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Universitas Airlangga. Jawa Timur
Qiptiyah, M. 2014. Arthropoda. Universitas Islam Negeri Malang. Jawa Timur
Sholichah, Zumrotus. 2009. Ancaman Dari Nyamuk Culex sp yang Terabaikan. Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan. Jakarta
Sukendra, Dyah Mahendrasari dan Muhammad Atq Shidqon. 2016. Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit Filariasis Wuchereria bancrofti. Universitas Negeri Semarang. Jawa Timur
Tobing, S. Walsen Pangihutan L. 2016. Budidaya Larva Nyamuk (Culex sp). Universitas Lampung. Bandar Lampung
Wahyudi, Sutyo Agus. 2010. Pengaruh Pencucian Kain Payung Yang Dicelup Insektisida Permethrine Terhadap Daya Bunuh Nyamuk Culex sp. Universitas Muhammadiyah Semarang. Jawa Timur

 



LAMPIRAN
Abdomen
Sefalo dan Toraks






Jentik Nyamuk Culex sp




Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN Identifikasi Jentik Nyamuk Culex sp "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel