Lettori fissi

LAPORAN Analisis Kadar Vitamin C

Related



DOWNLOAD FILE DISINI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
      Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu “Analisis Kadar Vitamin C“. 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen mata kuliah Kimia Analitik II yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Walaupun laporan ini masih banyak memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Gorontalo, Mei 2017

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ……...…………………………………………………….     ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………    iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ……………………………………………...   1
1.1.   Latar Belakang ……………………………………………………...    1
1.2.   Tujuan Praktikum …………………………………………………..     2
1.3.   Manfaat Praktikum …………………………………………………     2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ………………………………………    3
2.1.   Vitamin ……….…….…...…………………………….…………...      3
2.2.   Vitamin C …………..….…………………………….………….....      4
2.3.   Fungsi, Sumber dan Avitaminosis Vitamin C ……………………..       4
2.3.1.   Fungsi ………………………………………………………      4
2.3.2.   Sumber ……………………………………………………...      4
2.3.3.   Avitaminosis ………………………………………………..      4
2.4.   Titrasi Redoks …………….………………………………….……      5
2.4.1.   Iodometri ………………………..…………………………..     6
2.4.2.   Iodimetri …………………………………………………….     6
2.7.   Uraian Bahan ………………………………………………………      6
2.5.1.   Amilum (Pati) ……..……..………………………………....      6
2.5.2.   Larutan Iodium ………………………………………………    7
2.5.3.   Asam Askorbat/Vitamin C (C6H8O6) ……………………….     7
2.5.4.   Aquadest (Air) ………………………………………………     7
BAB III METODE KERJA ……………………………………………..    8
3.1.   Alat …………………………………………………………………     8
3.2.   Bahan ……………………………………………………………….    8
3.3.   Prosedur Kerja ……………………………………………………...     8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……..…………………………   9
4.1.   Hasil …….…………………………………………………………..    9
4.2.   Pembahasan …………………………………………………………    9
BAB V PENUTUP ……………………………………………………..     11
5.1.   Kesimpulan ………………………………………………………..       11
5.2.   Saran ……………………………………………………………….      11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..     12
LAMPIRAN I …………………………………………………………..     13
LAMPIRAN II ………………………………………………………….     14
LAMPIRAN III …………………………………………………………    15


DAFTAR TABEL
Tabel IV.I.     Hasil Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C ..………......     9


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Kata “vitamin” pasti sudah tidak asing lagi didengar oleh setiap orang. Jika mendengar kata vitamin, hal pertama kali yang terlintas dibenak ialah kesehatan. Tentunya vitamin ada untuk menunjang kesehatan. Vitamin merupakan zat organik yang berfungsi sebagai zat pengatur dalam tubuh sama halnya dengan mineral. Vitamin memang sangat dibutuhkan tubuh karena tidak ada zat lain yang dapat menggantikan vitamin dalam melakukan perannya untuk mengatur fungsi tubuh. Oleh karena itu, sebagian besar vitamin bersifat esensial atau tidak didapat diproduksi oleh tubuh sehingga membutuhkan asupan dari luar.
Walaupun vitamin sangat dibutuhkan oleh tubuh, namun dalam penggunaanya vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Oleh karenanya vitamin tergolong ke dalam mikronutrien atau nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Sampai saat ini telah ditemukan 13 jenis vitamin, yaitu vitamin A, B kompleks (B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, dan B12), C, D, E, dan K. Setiap jenis vitamin tersebut memiliki fungsinya masing-masing yang berguna untuk mengatur fungsi tubuh.
Vitamin C merupakan vitamin yang sangat penting bagi tubuh. Vitamin C merupakan antioksidan alami yang dapat membantu tubuh untuk melawan radikal bebas. Walaupun merupakan antioksidan alami, namun vitamin C memiliki sifat yang tergolong unik. Vitamin C merupakan golongan vitamin yang larut dalam air sehingga pasokan kebutuhan vitamin C ialah lebih banyak daripada vitamin-vitamin yang lain karena vitamin C langsung dapat larut dalam air yang berada dalam jaringan tubuh. Vitamin C juga dikenal dengan vitamin yang sangat labil karena vitamin ini mudah rusak jika teroksidasi.


Dalam lingkung laboratorium, terdapat suatu metode yang dapat digunakan dalam menentukan kadar dari vitamin C, yaitu dengan melakukan pentitrasian. Oleh karena itu, dengan mempelajari bagaimana cara melakukan titrasi tersebut praktikan diharapkan dapat menerapkannya dalam dunia kerja. Selain itu, praktikan dapat dengan mudah untuk menghitung kadar vitamin C dalam suatu bahan pangan.
1.2.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui kadar vitamin C.
1.3.   Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini adalah memberi pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai cara untuk mendapatkan kadar vitamin C.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Vitamin
Pada tahun 1912, Funk adalah sarjana Biokimia bangsa Polandia yang bekerja di London untuk pertama kali memperkenalkam istilah vitamin (amina yang vital) yang kemudian  terkenal dengan nama vitamin (Kartini, 2015). Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vital yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian (Utami, 2010).
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,  yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan panganan yang dikonsumsi (Ismawati, 2015).
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis (Ismawati, 2015).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh (Utami, 2010). 
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan  masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus (Utami, 2010).
2.2.   Vitamin C
Vitamin C pertama kali ditemukan oleh Albert Szent-Györgyi, seorang ilmuwan berkebangsaan Hungaria yang memenangkan Noble Prize in Physiology or Medicine pada tahun 1937 atas karyanya dalam menemukan rumus bangun vitamin C. Szent-Györgyi berhasil menemukan vitamin C saat mengisolasinya dari paprika pada tahun 1930. Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Nuryani, 2014).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam (Carlosono, 2012).
2.3.  Fungsi, Sumber dan Avitaminosis Vitamin C
Vitamin C (Asam askorbat/Antiskorbut) adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adlaah vitamin yang paling labil (Prawiranegara, 2015).
2.3.1.   Fungsi
Adapun fungsi dari vitamin C ialah sebagai berikut (Hadisusanto, dkk, 2009) :
a.       Metabolisme lemak.
b.      Pembentukan jaringan ikat (kolagen).
c.       Kesehatan gusi.
d.      Aktivator enzim (koenzim).
e.       Oksidasi dan dehidrasi dalam sel.
f.       Pembentukan trombosit.
2.3.2.   Sumber
Adapun sumber dari vitamin C ialah sayur, buah segar, hati, dan ginjal (Hadisusanto, dkk, 2009).
2.3.3.   Avitaminosis
Adapun akibat kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gangguan yaitu skorbut yaitu pendarahan gusi, pendarahan kulit, kerusakan sendi, menurunnya permeabilitas sel kapiler darah dan pendarahan dalam sumsum tulang (Hadisusanto, dkk, 2009).
2.4.   Titrasi Redoks
Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih negatif. Sedangkan, oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif (Setyawati, 2009).
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung jika terjadi interaksi dari senyawa/unsur/ion yang bersifat oksidator dengan unsur/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya. Berdasarkan sifat larutan bakunya maka titrasi redoks dibagi atas oksidimetri dan reduksimetri (Roniadi, dkk, 2013).
Oksidimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai oksidator berdasarkan jenis oksidatornya maka oksidimetri dibagi menjadi yaitu permanganometri, iodimetri, dikhrometri, serimetri, dan iodatometri. Reduksimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai reduktor dengan metode reduksimetri yang terkenal adalah iodometri dan bromatometri (Roniadi, dkk, 2013).
2.4.1.   Iodometri
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga  (II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida menjadi iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat (Listyaningrum, 2013).
2.4.2.   Iodimetri
Iodimetri adalah analisa titrimetrik yang secara langsung untuk zat yang bersifat reduktor atau natrium tiosulfat dangan menggunakan larutan iodin atau dengan menggunakan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat (Listyaningrum, 2013).
2.5.  Uraian Bahan
2.5.1.   Amilum (Pati)
Pati dibentuk oleh rantai a-glikosidat. Senyawa tersebut yang pada hidrolisis hanya menghasilkan glukosa, merupakan homopolimer yang dinamankan glukosan atau glukan. Dua unusr utama pati adalah amilosa (15-20%), yang mempunyai struktur heliks tanpa cabang dan amilopektin (80-85%), yang terdiri atas rantai bercabang dan tersusun atas 24-30 residu glukosa yang disatukan oleh ikatan 1-4 di dalam rantai tersebut serta oleh ikatan 1-6 pada titik percabangan (Husnaeni, 2012).
2.5.2.   Larutan Iodium
Iodium disebut juga lugol. Lugol pertama kali dibuat pada tahun 1829, merupakan larutan dari unsur iodium dan iodida kalium dalam air, yaitu setelah dokter Prancis JGA Lugol. Larutan iodium lugol sering digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan untuk desinfeksi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pati di laboratorium dan tes medis Lugol digunakan untuk menguji apakah suatu makanan mengandung karbohidrat (amilum) atau tidak. Bila makanan yang ditetesi lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidratnya (Riskullah, 2013).
2.5.3.   Asam Askorbat (Vitamin C)
Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Nur, 2015).
2.5.4.   Aquades (Air)
Aquades berbentuk cair, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, titik didih 100 ºC, berat molekul 18 gram/mol, pH 7 (netral) dan merupakan pelarut murni (Anonim, 2005).




BAB III
METODE KERJA
3.1.   Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kadar vitamin C ialah neraca, cawan petri, buret, pipet, statif dan klem, corong, gelas kimia dan Erlenmeyer.
3.2.   Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kadar vitamin C ialah aquadest, amilum 1%, iodine 0,001 N dan jeruk manis.
3.3.   Prosedur Kerja
Siapkan alat dan bahan. Ditimbang bahan yaitu perasan buah jeruk sebanyak 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. tambahkan aquades sampai tanda batas. Diambil 15 ml filtrat kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 2 ml amilum 1%. Titrasi dengan iodium 0,001 N. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna menjadi warna biru.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap praktikum enzim, hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
Tabel IV.I. Hasil Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C
No
Sampel 
Massa Sampel
Volume Titran
Volume Titrat
1.
Perasaan jeruk
5 gram
2 ml
15 ml

4.2.   Pembahasan
Vitamin merupakan suatu zat essensial bagi tubuh yang sangat diperlukan oleh tubuh. Vitamin memiliki berbagai jenis dan perannya masing-masing, misalnya vitamin C. Menurut Carlosono (2012) vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C adalah sebagai sintesis kolagen, fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C mereduksi besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi, fungsi yang ketiga adalah mencegah infeksi, Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Praktikum kali ini ialah untuk menentukan kadar vitamin C dalam suatu probuk bahan makan. Bahan yang digunakan ialah jeruk manis. Untuk menentukan kadar vitamin C, pada praktikum kali ini dilakkan titrasi iodimetri. Menurut Nuryani (2014) digunakan metode iodimetri karena vitamin C bersifat reduktor. Prinsip pada percobaan ini yaitu merubah I2 menjadi I-. dimana sampel bertindak sebagai reduktor dan I2 bertindak sebagai oksidator.
 Langkah-langkah yang dilakukan ialah pada praktikum kali ini ialah menyiapkan alat dan bahan. Perasan jeruk ditimbang sebanyak 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda batas. Diambil 15 ml kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 2 ml amilum 1%. Titrasi dengan iodium 0,001 N. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna menjadi warna biru.
Dalam melakukan praktikum titrasi iodimetri terdapat hal yang harus diperhatikan, yaitu proses titrasi harus berlangsung dengan cepat. Hal ini disebabkan karena sifat dari vitamin C yang mudah teroksidasi sehingga mudah rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Firmansyah (2014) bahwa proses ekstraksi dan titrasi saat pengujian harus dilakukan dengan cepat karena untuk mencegah oksidasi vitamin C. Vitamin C yang mempunyai karakteristik mudah rusak atau mudah teroksidasi karena panas, cahaya, suhu, logam, atau enzim askorabt oksidase menyebabkan proses ekstaksi dan titrasi hasus dilakukan dengan cepat. Dengan proses yang cepat maka dapat meminimalisir kerusakan vitamin C dan mencegah oksidasi vitamin C karena dapat meminimalisir kontak dengan oksigen sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir yang didapatkan.
Sampel 15 ml larutan perasan jeruk dicampur dengan indikator amilum. Indikator amilum berfungi untuk memberikan tanda bahwa titik akhir titrasi telah selesai dengan memberikan perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang muncul merupakan reaksi antara amilum dan iodium. Menurut Nuryani (2014) indikator kanji ini bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah. Setelah perubahan warna biru terjadi, maka titrasi dihentikan dan dilakukan perhitungan kadar vitamin C. Dari hasil yang diperoleh melalui titrasi kadar vitamin C ialah 2,24%.



BAB V
PENUTUP
5.1.   Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini ialah dalam 15 ml perasan jeruk manis terdapat 2,24% kadar vitamin C.
5.2.   Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu adanya praktikum kembali dengan menggunakan sampel lain, misalnya buah-buah yang sering dijumpai. Hal ini diutarakan agar praktikan dapat mengetahui lebih mantap bagaimana cara melakukan perhitungan kadar vitamin C. Salain itu, praktikan juga dapat mengetahui seberapa banyak vitamin C yang terkandung dalam buah-buahan lainnya.










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Material Safety Data Sheet. Texas. Diakses pada : https://www.sciencelab.com/ (23 Mei 2017, 22.30 WITA)
Carlosono, Regina. 2012. Penetapan Kadar Vitamin C Secara Spektrofotometri. Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya
Firmansyah, Wahyu Erwin. 2014. Analisis Kadar Vitamin C. Universitas Brawijaya. Semarang
Hadisusanto, Suwarno., Trijoko., Sudjino., dan Purnomo. 2009. Biologi  Kelas XI : Untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Husnaeni. 2012. Mengenal Lebih Jauh Tentang Karbohidrat. Universitas Halu Oleo. Kendari
Ismawati. 2015. Vitamin dan Mineral. Universitas Wahid Hasyim. Semarang
Listyaningrum, Erna. 2013. Iodo-Iodimetri dan Permanganometri. Universitas Diponegoro. Semarang
Nur, Kiky. 2015. Analisis Kadar Vitamin C Pada Buah Tomat Dengan Variasi Umur. Universitas Jember. Jawa Barat
Nuryani, Ai. 2014. Vitamin C (Asam Askorbat) dengan Metode Iodimetri. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada. Tasikmalaya
Prawiranegara, Fadh Akbar. 2015. Vitamin. Universitas Islam Sumatera Utara. Medan
Riskullah, Faiz. 2013. Reagen. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Rodiani, dkk. 2013. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Setyawati, A.A. 2009. Kimia: Mengkaji Fenomena Alam. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Utami, Rizki. 2010. Vitamin. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh



LAMPIRAN I
DOKUMENTASI HASIL ANALISA

17820643_408525592836536_1354778919_o.jpg17838691_408525599503202_764813715_o.jpg





Text Box: Perbedaan warna setelah dititrasi. Belum mencapai titik Akhir TitrasiText Box: Proses Titrasi
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA SECARA UMUM
ANALISIS KADAR VITAMIN C
 



Dimasukkan sebanyak 5 gram ke dalam labu ukur dan encerkan sampai pada tanda batas.
Diambil 15 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambakan indikator amilum 1% sebanaya 2 ml.
Titrasi dengan larutan Iodin 0,001 N
Amati perubahan yang terjadi dan lakukan perhitungan kadar vitamin C.

HASIL PENGAMATAN
 
 





LAMPIRAN III
PERHITUNGAN



Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN Analisis Kadar Vitamin C"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel