LAPORAN Analisis Kadar Vitamin C
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena
dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
laporan ini yaitu “Analisis Kadar Vitamin C“.
Dalam penyusunan
dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan
senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Adnan Malaha, S.Pd selaku dosen mata kuliah Kimia Analitik II yang
telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.
Ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan
doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan
disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah
wawasan bagi para pembaca. Walaupun laporan ini masih banyak memiliki
kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata
dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan
saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………….. i
DAFTAR ISI
……...……………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL
……………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………... 1
1.1. Latar
Belakang ……………………………………………………... 1
1.2. Tujuan
Praktikum ………………………………………………….. 2
1.3. Manfaat
Praktikum ………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 3
2.1. Vitamin
……….…….…...…………………………….…………... 3
2.2. Vitamin
C …………..….…………………………….…………..... 4
2.3. Fungsi,
Sumber dan Avitaminosis Vitamin C …………………….. 4
2.3.1. Fungsi
……………………………………………………… 4
2.3.2. Sumber
……………………………………………………... 4
2.3.3. Avitaminosis
……………………………………………….. 4
2.4. Titrasi Redoks …………….………………………………….…… 5
2.4.1. Iodometri ………………………..………………………….. 6
2.4.2. Iodimetri
……………………………………………………. 6
2.7. Uraian
Bahan ……………………………………………………… 6
2.5.1. Amilum
(Pati) ……..……..……………………………….... 6
2.5.2. Larutan Iodium
……………………………………………… 7
2.5.3. Asam Askorbat/Vitamin
C (C6H8O6) ………………………. 7
2.5.4. Aquadest
(Air) ……………………………………………… 7
BAB III METODE
KERJA …………………………………………….. 8
3.1. Alat
………………………………………………………………… 8
3.2. Bahan
………………………………………………………………. 8
3.3. Prosedur
Kerja ……………………………………………………... 8
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN ……..………………………… 9
4.1. Hasil
…….………………………………………………………….. 9
4.2. Pembahasan
………………………………………………………… 9
BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 11
5.1. Kesimpulan
……………………………………………………….. 11
5.2. Saran
………………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………….. 12
LAMPIRAN I ………………………………………………………….. 13
LAMPIRAN II …………………………………………………………. 14
LAMPIRAN III
………………………………………………………… 15
DAFTAR TABEL
Tabel IV.I. Hasil
Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C ..………...... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Kata “vitamin” pasti sudah tidak asing lagi didengar
oleh setiap orang. Jika mendengar kata vitamin, hal pertama kali yang terlintas
dibenak ialah kesehatan. Tentunya vitamin ada untuk menunjang kesehatan.
Vitamin merupakan zat organik yang berfungsi sebagai zat pengatur dalam tubuh
sama halnya dengan mineral. Vitamin memang sangat dibutuhkan tubuh karena tidak
ada zat lain yang dapat menggantikan vitamin dalam melakukan perannya untuk
mengatur fungsi tubuh. Oleh karena itu, sebagian besar vitamin bersifat
esensial atau tidak didapat diproduksi oleh tubuh sehingga membutuhkan asupan
dari luar.
Walaupun vitamin sangat dibutuhkan oleh tubuh, namun
dalam penggunaanya vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Oleh
karenanya vitamin tergolong ke dalam mikronutrien atau nutrisi yang dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit. Sampai saat ini telah ditemukan 13 jenis vitamin,
yaitu vitamin A, B kompleks (B1, B2, B3, B5,
B6, B7, B9, dan B12), C, D, E, dan
K. Setiap jenis vitamin tersebut memiliki fungsinya masing-masing yang berguna
untuk mengatur fungsi tubuh.
Vitamin C merupakan vitamin yang sangat penting bagi
tubuh. Vitamin C merupakan antioksidan alami yang dapat membantu tubuh untuk
melawan radikal bebas. Walaupun merupakan antioksidan alami, namun vitamin C
memiliki sifat yang tergolong unik. Vitamin C merupakan golongan vitamin yang
larut dalam air sehingga pasokan kebutuhan vitamin C ialah lebih banyak
daripada vitamin-vitamin yang lain karena vitamin C langsung dapat larut dalam
air yang berada dalam jaringan tubuh. Vitamin C juga dikenal dengan vitamin
yang sangat labil karena vitamin ini mudah rusak jika teroksidasi.
Dalam lingkung laboratorium, terdapat suatu metode
yang dapat digunakan dalam menentukan kadar dari vitamin C, yaitu dengan
melakukan pentitrasian. Oleh karena itu, dengan mempelajari bagaimana cara
melakukan titrasi tersebut praktikan diharapkan dapat menerapkannya dalam dunia
kerja. Selain itu, praktikan dapat dengan mudah untuk menghitung kadar vitamin
C dalam suatu bahan pangan.
1.2. Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dalam praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui kadar
vitamin C.
1.3. Manfaat
Praktikum
Adapun
manfaat dalam praktikum kali ini adalah memberi pengetahuan dan pemahaman kepada
mahasiswa mengenai cara untuk mendapatkan kadar vitamin C.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vitamin
Pada tahun 1912, Funk
adalah sarjana Biokimia bangsa Polandia yang bekerja di London untuk pertama
kali memperkenalkam istilah vitamin (amina yang vital) yang kemudian terkenal dengan nama vitamin (Kartini, 2015).
Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vital yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus
organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap
demikian (Utami, 2010).
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang
sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang
normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat
oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus
diperoleh dari bahan panganan yang dikonsumsi (Ismawati, 2015).
Vitamin
memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat
kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu
penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh akan terganggu karena
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini
dikenal dengan istilah avitaminosis
(Ismawati, 2015).
Secara
garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat
2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu
vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam
lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati.
Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat
dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di
dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya
di dalam tubuh (Utami, 2010).
Berbeda
dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya
dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama
aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang
terlepas akan masuk ke dalam aliran
darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin
ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh
membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus (Utami, 2010).
2.2. Vitamin
C
Vitamin
C pertama kali ditemukan oleh Albert
Szent-Györgyi, seorang ilmuwan berkebangsaan Hungaria yang
memenangkan Noble Prize in Physiology or Medicine pada tahun 1937 atas
karyanya dalam menemukan rumus bangun vitamin C. Szent-Györgyi berhasil
menemukan vitamin C saat mengisolasinya dari paprika pada tahun 1930. Vitamin C
atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat larut dalam
air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa dalam hati dari
semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki enzim
gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari prekursor
vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis
vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Nuryani, 2014).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat.
Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal
bebas
ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam (Carlosono, 2012).
2.3. Fungsi,
Sumber dan Avitaminosis Vitamin C
Vitamin
C (Asam askorbat/Antiskorbut) adalah kristal putih yang mudah larut dalam air.
Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut,
vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila
terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C
stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C
adlaah vitamin yang paling labil (Prawiranegara, 2015).
2.3.1. Fungsi
Adapun
fungsi dari vitamin C ialah sebagai berikut (Hadisusanto, dkk, 2009) :
a. Metabolisme
lemak.
b. Pembentukan
jaringan ikat (kolagen).
c. Kesehatan
gusi.
d. Aktivator
enzim (koenzim).
e. Oksidasi
dan dehidrasi dalam sel.
f. Pembentukan
trombosit.
2.3.2. Sumber
Adapun
sumber dari vitamin C ialah sayur, buah segar, hati, dan ginjal (Hadisusanto, dkk,
2009).
2.3.3. Avitaminosis
Adapun
akibat kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gangguan yaitu skorbut yaitu pendarahan gusi, pendarahan
kulit, kerusakan sendi, menurunnya permeabilitas sel kapiler darah dan
pendarahan dalam sumsum tulang (Hadisusanto, dkk, 2009).
2.4. Titrasi Redoks
Reduksi
adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh suatu
zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih negatif. Sedangkan, oksidasi
adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam
zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif (Setyawati, 2009).
Titrasi
redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi
redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung jika terjadi interaksi dari
senyawa/unsur/ion yang bersifat oksidator dengan unsur/senyawa/ion bersifat
reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat
reduktor atau sebaliknya. Berdasarkan sifat larutan bakunya maka titrasi redoks
dibagi atas oksidimetri dan reduksimetri (Roniadi, dkk, 2013).
Oksidimetri
adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai
oksidator berdasarkan jenis oksidatornya maka oksidimetri dibagi menjadi yaitu
permanganometri, iodimetri, dikhrometri, serimetri, dan iodatometri.
Reduksimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat
sebagai reduktor dengan metode reduksimetri yang terkenal adalah iodometri dan
bromatometri (Roniadi, dkk, 2013).
2.4.1. Iodometri
Iodometri
adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi (III), tembaga
(II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida menjadi iodin. Iodin yang
terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat
(Listyaningrum, 2013).


2.4.2. Iodimetri
Iodimetri
adalah analisa titrimetrik yang secara langsung untuk zat yang bersifat
reduktor atau natrium tiosulfat dangan menggunakan larutan iodin atau dengan
menggunakan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan
larutan tiosulfat (Listyaningrum, 2013).


2.5. Uraian
Bahan
2.5.1. Amilum
(Pati)
Pati dibentuk oleh rantai a-glikosidat. Senyawa tersebut yang pada hidrolisis hanya
menghasilkan glukosa, merupakan homopolimer yang dinamankan glukosan atau
glukan. Dua unusr utama pati adalah amilosa (15-20%), yang mempunyai struktur
heliks tanpa cabang dan amilopektin (80-85%), yang terdiri atas rantai
bercabang dan tersusun atas 24-30 residu glukosa yang disatukan oleh ikatan 1-4
di dalam rantai tersebut serta oleh ikatan 1-6 pada titik percabangan (Husnaeni, 2012).
2.5.2. Larutan Iodium
Iodium
disebut juga lugol. Lugol pertama kali dibuat pada tahun 1829, merupakan
larutan dari unsur iodium dan iodida kalium dalam air, yaitu setelah dokter
Prancis JGA Lugol. Larutan iodium lugol sering digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan untuk desinfeksi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk
deteksi pati di laboratorium dan tes medis Lugol digunakan untuk menguji apakah
suatu makanan mengandung karbohidrat (amilum) atau tidak. Bila makanan yang ditetesi
lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam
berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidratnya (Riskullah, 2013).
2.5.3. Asam Askorbat (Vitamin C)
Asam
askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis
dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian
besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam
askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk
teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam
dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau
alkali (Nur, 2015).
2.5.4. Aquades (Air)
Aquades
berbentuk cair, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, titik didih 100 ºC,
berat molekul 18 gram/mol, pH 7 (netral) dan merupakan pelarut murni (Anonim, 2005).
BAB
III
METODE KERJA
METODE KERJA
3.1. Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum kadar vitamin C ialah neraca, cawan petri,
buret, pipet, statif dan klem, corong, gelas kimia dan Erlenmeyer.
3.2. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum kadar vitamin C ialah aquadest, amilum 1%,
iodine 0,001 N dan jeruk manis.
3.3. Prosedur
Kerja
Siapkan
alat dan bahan. Ditimbang bahan yaitu perasan buah jeruk sebanyak 5 gram, lalu
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. tambahkan aquades sampai tanda batas.
Diambil 15 ml filtrat kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan
2 ml amilum 1%. Titrasi dengan iodium 0,001 N. Titrasi dihentikan setelah
terjadi perubahan warna menjadi warna biru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap praktikum enzim,
hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
Tabel IV.I. Hasil
Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C
No
|
Sampel
|
Massa Sampel
|
Volume Titran
|
Volume Titrat
|
1.
|
Perasaan jeruk
|
5 gram
|
2 ml
|
15 ml
|
4.2.
Pembahasan
Vitamin merupakan suatu zat essensial bagi tubuh
yang sangat diperlukan oleh tubuh. Vitamin memiliki berbagai jenis dan perannya
masing-masing, misalnya vitamin C. Menurut Carlosono (2012) vitamin
C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C adalah
sebagai sintesis kolagen, fungsi yang kedua
adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C mereduksi besi menjadi feri dan
menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi, fungsi
yang ketiga adalah mencegah infeksi, Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi.
Praktikum kali ini
ialah untuk menentukan kadar vitamin C dalam suatu probuk bahan makan. Bahan
yang digunakan ialah jeruk manis. Untuk menentukan kadar vitamin C, pada praktikum
kali ini dilakkan titrasi iodimetri. Menurut Nuryani (2014) digunakan
metode iodimetri karena vitamin C bersifat reduktor. Prinsip pada percobaan ini
yaitu merubah I2 menjadi I-. dimana sampel bertindak
sebagai reduktor dan I2 bertindak sebagai oksidator.
Langkah-langkah yang dilakukan ialah pada
praktikum kali ini ialah menyiapkan alat dan bahan.
Perasan jeruk ditimbang sebanyak 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam labu takar
100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda batas. Diambil 15 ml kemudian dimasukkan
dalam Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 2 ml amilum 1%. Titrasi dengan iodium
0,001 N. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna menjadi warna biru.
Dalam melakukan praktikum titrasi iodimetri
terdapat hal yang harus diperhatikan, yaitu proses titrasi harus berlangsung
dengan cepat. Hal ini disebabkan karena sifat dari vitamin C yang mudah
teroksidasi sehingga mudah rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Firmansyah
(2014) bahwa proses ekstraksi dan titrasi saat pengujian harus dilakukan dengan
cepat karena untuk mencegah oksidasi vitamin C. Vitamin C yang mempunyai
karakteristik mudah rusak atau mudah teroksidasi karena panas, cahaya, suhu,
logam, atau enzim askorabt oksidase menyebabkan proses ekstaksi dan titrasi
hasus dilakukan dengan cepat. Dengan proses yang cepat maka dapat meminimalisir
kerusakan vitamin C dan mencegah oksidasi vitamin C karena dapat meminimalisir
kontak dengan oksigen sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir yang didapatkan.
Sampel 15 ml larutan perasan jeruk dicampur dengan
indikator amilum. Indikator amilum berfungi untuk memberikan tanda bahwa titik
akhir titrasi telah selesai dengan memberikan perubahan warna menjadi biru.
Warna biru yang muncul merupakan reaksi antara amilum dan iodium. Menurut
Nuryani (2014) indikator kanji ini bereaksi
dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru
kuat, yang akan terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah. Setelah
perubahan warna biru terjadi, maka titrasi dihentikan dan dilakukan perhitungan
kadar vitamin C. Dari hasil yang diperoleh melalui titrasi kadar vitamin C
ialah 2,24%.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali
ini ialah dalam 15 ml perasan jeruk manis terdapat 2,24% kadar vitamin C.
5.2.
Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu adanya
praktikum kembali dengan menggunakan sampel lain, misalnya buah-buah yang
sering dijumpai. Hal ini diutarakan agar praktikan dapat mengetahui lebih
mantap bagaimana cara melakukan perhitungan kadar vitamin C. Salain itu,
praktikan juga dapat mengetahui seberapa banyak vitamin C yang terkandung dalam
buah-buahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2005. Material Safety Data Sheet. Texas.
Diakses pada : https://www.sciencelab.com/ (23 Mei 2017, 22.30 WITA)
Carlosono,
Regina. 2012. Penetapan Kadar Vitamin C
Secara Spektrofotometri. Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya
Firmansyah,
Wahyu Erwin. 2014. Analisis Kadar Vitamin
C. Universitas Brawijaya. Semarang
Hadisusanto,
Suwarno., Trijoko., Sudjino., dan Purnomo. 2009. Biologi Kelas XI : Untuk SMA dan
MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Husnaeni.
2012. Mengenal Lebih Jauh Tentang
Karbohidrat. Universitas Halu Oleo. Kendari
Ismawati. 2015.
Vitamin dan Mineral. Universitas
Wahid Hasyim. Semarang
Listyaningrum,
Erna. 2013. Iodo-Iodimetri dan
Permanganometri. Universitas Diponegoro. Semarang
Nur, Kiky. 2015. Analisis
Kadar Vitamin C Pada Buah
Tomat Dengan Variasi Umur. Universitas
Jember. Jawa Barat
Nuryani, Ai. 2014. Vitamin
C (Asam Askorbat) dengan Metode Iodimetri. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada. Tasikmalaya
Prawiranegara,
Fadh Akbar. 2015. Vitamin. Universitas
Islam Sumatera Utara. Medan
Riskullah,
Faiz. 2013. Reagen. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Rodiani,
dkk. 2013. Analisis Titrimetri dan
Gravimetri. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Setyawati, A.A. 2009. Kimia: Mengkaji Fenomena
Alam. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
: Jakarta
Utami, Rizki. 2010. Vitamin. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI HASIL ANALISA




LAMPIRAN
II
SKEMA KERJA SECARA UMUM
ANALISIS KADAR VITAMIN C
SKEMA KERJA SECARA UMUM
ANALISIS KADAR VITAMIN C
![]() |






|
LAMPIRAN III
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN


0 Response to "LAPORAN Analisis Kadar Vitamin C"
Post a Comment