Lettori fissi

LAPORAN Jaringan Epitel

Related



DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini yaitu Jaringan Epitel. 
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Mulyadi Maruni, S.Pd dan  Bapak Rijal, AMAK., S.ST selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Sitohistoteknologi yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.      ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2017

  Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………..    i
DAFTAR ISI ..……...……………………………………………………    ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     v
BAB I  PENDAHULUAN  ………….…………………………………..   1
A.       Latar Belakang ………………………………………………...…....    1
B.        Tujuan ………………………………………………………………     2
C.        Manfaat ……………………………………………………………..    2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  ……..……………………………….     3
A.       Jaringan ….…………………….……………..……….……………     3
B.        Jaringan Epitel ………..…………………………………………....      3
C.        Macam-Macam Jaringan Epitel …………………….……………..       4
a.       Epitel Pipih ………….…………………………………………      4
b.      Epitel Kubus ……………..…………………………………….      5
c.       Epitel Silinder/Batang …………………………………………      6
d.      Epitel Transisional …………………………………………….       7
e.       Epitel Kelenjar …………………………………………………      8
BAB III METODE KERJA ……………………………………………      10       
A.    Pra Analitik ………………………………………………………..      10
B.     Analitik ……………………….…………………………………...       10
C.     Pasca Analitik ……….…………………………………………….       10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ………………………………...     11
A.    Hasil ………..………………………………………………………       11
B.     Pembahasan …….………………………………………………….       11
BAB V PENUTUP ………………………………….………………….     15
A.       Kesimpulan ………………………………………………………...      15
B.        Saran ……………………………………………………………….      15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR

Gambar II.I
Epitel Pipih Selapis  …………………….………………
4
Gambar II.II
Epitel Pipih Berlapis Banyak ……………………….
5
Gambar II.III
Epitel Kubus Selapis …………………..……………
5
Gambar II.IV
Epitel Kubus Berlapis Banyak ………………….…..
6
Gambar II.V
Epitel Silinder Selapis ………………………………
7
Gambar II.VI
Epitel Silinder Berlapis Banyak ………….…………
7
Gambar II.VII
Epitel Transisional …………………………………..
8



DAFTAR TABEL

Tabel II.I
Macam-macam Tipe Kelenjar …….……………...……
9
Tabel IV.II
Hasil Pengamatan ……………………….………….
11


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel-sel yang merupakan suatu unit struktural dan fungsional terkecil makhluk hidup. Sel-sel tersebut kemudian berdiferensiasi yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel yang didasarkan pada bentuknya. Setelah berdiferensiasi kemudian berspesialisasi yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel yang memiliki fungsi tertentu. Oleh sebab itu, dari proses diferensiasi dan spesialisasi sel terbentuklah jaringan.
Tingkat selanjutnya setelah sel adalah jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama. Menurut Hanum, dkk (2009) pada hewan termasuk manusia terdapat dua kelompok jaringan, yaitu jaringan benih (germinal) dan jaringan tubuh (somatis). Jaringan benih (germinal), aktif membelah diri untuk menghasilkan benih baru. Jaringan tubuh (somatis), terdapat pada tubuh hewan atau manusia selama hidupnya. Jaringan somatis meliputi jaringan epitel, jaringan ikat,  jaringan otot, dan jaringan saraf.
Kulit manusia membungkus jaringan-jaringan yang ada di dalamnya. Di dalam permukaan kulit banyak ditemui jaringan, di antaranya daging, darah, saraf, dan lain-lain. Lapisan pembungkus luar itulah yang disebut jaringan epitel. Tidak hanya pada permukaan kulit tangan saja, pada permukaan luar dari organ-organ dalam pun juga dibungkus oleh jaringan epitel ini. Organ dalam tersebut antara lain jantung, hati, ginjal, usus, dan sebagainya sehingga jaringan epitel selalu ada di setiap organ tubuh sebagai pembungkus atau penutup.
Sebagai pelindung, jaringan epitel melindungi jaringan yang ada di bawahnya dari kerusakan mekanis karena tekanan, gesekan, radiasi ultraviolet, dan serangan mikroorganisme. Sebagai kelenjar, jaringan epitel terdapat pada saluran pencernaan yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Epitel yang melapisi saluran pernapasan mengeluarkan mukus atau lender untuk menangkap partikel-partikel debu yang masuk dan sebagai pelindung dari kekeringan. Sebagai reseptor, epitel yang terdapat pada alat indra berfungsi untuk menerima rangsang. Pada beberapa bagian tubuh, macam-macam sel yang berbeda berbaur sehingga sulit diklasifikasikan. Berdasarkan bentuk dan susunannya, jaringan epitel dibedakan menjadi jaringan epitel sederhana, jaringan epitel berlapis, dan jaringan epitel kelenjar.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini ialah :
1.      Agar mahasiswa dapat mempelajari ciri-ciri jaringan epitel.
2.      Agar mahasiswa dapat mempelajari struktur sitologi dan histologi macam-macam jaringan epitel.
C.     Manfaat
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini ialah :
1.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai ciri-ciri jaringan epitel.
2.      Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai struktur sitologi dan histologi macam-macam jaringan epitel.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Jaringan
Jaringan terbentuk dari beberapa sel hasil proses diferensiasi, kemudian mengalami proses spesialisasi. Proses diferensiasi, yaitu proses perbanyakan sel melalui fungsi reproduksi sel, sedangkan proses spesialisasi merupakan proses lanjut dari diferensiasi sebagai proses perubahan bentuk dan fungsi. Sel-sel yang bentuk dan fungsinya sama selanjutnya akan berkelompok menjadi satu kesatuan membentuk jaringan. Secara umum tubuh hewan maupun organism lainnya tersusun atas empat macam jaringan dasar, antara lain (Bakhtiar, 2011):
1.      Jaringan epitelium terletak pada permukaan tubuh, berfungsi sebagai penutup permukaan luar tubuh dan pembatas organ tubuh yang berbentuk saluran atau rongga.
2.      Jaringan ikat, merupakan jaringan yang memiliki fungsi untuk mengikat atau menyokong bagian-bagian tubuh.
3.      Jaringan otot, berfungsi untuk menggerakkan seluruh bagian anggota tubuh.
4.      Jaringan saraf, berfungsi untuk menerima dan merespons adanya rangsang serta menyampaikan rangsang (impuls) ke pusat saraf serta ke bagian tubuh yang lain.
B.     Jaringan Epitel
Jaringan epitel terdiri atas sel-sel yang terikat satu sama lain. Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh (epitelium), membatasi
antarorgan (mesotelium), atau membatasi organ dengan rongga dalam tubuh (endotelium). Sel-sel epitelium terikat kuat satu sama lain oleh material yang berada di antara sel-sel. Adanya ikatan yang kuat tersebut memungkinkan jaringan epitel sebagai pelindung yang melindungi tubuh dari luka secara mekanik, serangan mikroorganisme, dan kehilangan cairan (Diastuti, 2009).
Sel-sel epitel tersusun rapat sehingga tidak terdapat rongga antarsel. Sel-sel tersebut menempel pada sebuah lapisan yang disebut membran basal. Membran basal berfungsi menyokong jaringan epitel yang ada di atasnya. Struktur sel-sel epitel yang tersusun rapat tersebut berhubungan dengan fungsi jaringan ini sebagai alat pertahanan atau pelindung (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Jaringan epitelium memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, antara lainseperti berikut (Kistinnah dan Endang, 2009).
1.      Untuk melindungi jaringan yang ada di dalamnya, misalnya  epitel kulit.
2.      Untuk melakukan fungsi absorbsi, misalnya epitel jonjot usus.
3.      Untuk melakukan fungsi filtrasi, misalnya epitel pada nefron ginjal.
4.      Sebagai pintu gerbang masuk dan keluarnya zat, misalnya epitel alveolus paru-paru.
5.      Untuk melakukan fungsi sekresi, yaitu menghasilkan getah cair. Misalnya epitel kelenjar ludah, tiroid, hipofisis, dan lain-lain.
6.      Untuk melakukan fungsi sebagai neuroreseptor, yaitu menerima rangsang dari luar. Epitelium ini terdapat pada alat-alat indra.
C.     Macam-Macam Jaringan Epitel
a.       Epitel Pipih
Epitel pipih selapis terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk pipih, seperti ubin. Kerapatan antarsel sangat dekat. Epitel pipih selapis terdapat pada epitel pembuluh limfa dan lapisan endotel pembuluh darah, epitel selaput pembungkus paru-paru, jantung, alveoli, dan perikardium (Rachmawati, dkk, 2009). Epitelium ini memiliki bentuk sel yang pipih dan hanya terdiri atas satu lapis sel saja, dengan inti berada di tengah sehingga terlihat sangat tipis. Akibat kondisi ini, epitelium bersifat semipermeabel. Jaringan berfungsi sebagai jalan pertukaran zat dari luar ke dalam tubuh atau sebaliknya (Kistinnah dan Endang, 2009).


Gambar II.I  Epitel Pipih Selapis



Epitel pipih lapis banyak  terdapat di permukaan kulit, vagina, rongga mulut, dan esofagus. Epitel pipih ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu epitel yang berkeratin dan tidak berkeratin. Epitel berkeratin bersifat kering, contohnya pada epidermis kulit. Sementara itu, epitel pipih lapis banyak yang tidak berkeratin bersifat lembap, misalnya di rongga mulut, vagina, saluran anus, dan esofagus. Sesuai dengan jumlah lapisannya yang banyak, jaringan ini berperan sebagai alat lingkungan, misalnya dari gesekan (Ariebowo dan Fictor, 2009).






Gambar II.II  Epitel Pipih Berlapis Banyak
b.      Epitel Kubus
Epitel kubus selapis disusun oleh selapis sel- sel berbentuk kubus. Inti sel berbentuk bulat dan besar dan terletak di tengah. Epitel ini terdapat pada kelenjar gondok, permukaan lensa mata, dan ovarium. Fungsi dari epitel kubus selapis adalah melindungi bagian di bawahnya dan sekresi (mengeluarkan zat yang diperlukan  tubuh) (Rachmawati, dkk, 2009).





Gambar II.III  Epitel Kubus Selapis


Epitel kubus berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu lapisan sel, dan memiliki bentuk kubus pada bagian dalamnya. Makin ke arah permukaan, bentuknya semakin pipih. Struktur ini melindungi permukaan jaringan dari gesekan. Epitel ini terdapat pada kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan folikel di ovarium. Hal ini berarti lapisan epitel berfungsi sebagai saluran sekresi dan ekskresi (Rachmawati, dkk, 2009).






Gambar II.IV  Epitel Kubus Berlapis Banyak
c.       Epitel Silinder/Batang
Epitel ini berbentuk silinder satu lapis dan mempunyai inti di tengah. Epitel ini terdapat pada dinding usus dan kantung empedu. Pada permukaan sel yang berbatasan dengan lumen, membran sel menonjol membentuk mikrovili sehingga permukaan sel menjadi lebih luas Permukaan sel yang luas ini akan mengoptimalkan absorpsi makanan. Selain berfungsi untuk absorpsi, epitel silinder selapis berfungsi juga untuk proteksi dan sekresi (Rachmawati, dkk, 2009).
Epitelium silindris selapis ada yang sel-selnya memiliki silia, ada pula yang tanpa silia. Epitelium silindris selapis yang tanpa silia, jika dilihat dari permukaan, tampak hampir mirip dengan epitelium kubus selapis. Pada potongan tegak lurus akan tampak terdiri atas sel-sel yang tinggi dengan inti berderet pada ketinggian yang sama dan letaknya lebih dekat ke permukaan basal (dasar) daripada ke permukaan apical (ujung). Epitelium jenis ini biasanya berhubungan dengan sekresi atau absorpsi. Banyak terdapat melapisi sebagian besar saluran pencernaan seperti lambung dan usus halus atau pada saluran pengeluaran yang menghasilkan banyak kelenjar. Epitelium silindris selapis yang bersilia terlihat permukaan bebasnya tertutup silia. Epitelium jenis ini melapisi rahim (uterus), buluh rahim (tuba uterina), pada saluran testis, dan bronkus kecil (Bakhtiar, 2011).






Gambar II.V  Epitel Silinder Selapis
Umumnya, epitel silinder berlapis banyak terletak pada laisan luar, sedangkan bagian dalamnya biasanya berbentuk tidak teratur atau kubus.  Epitel silinder berlapis banyak terdapat pada saluran ekskresi kelenjar ludah, kelenjar susu, uretra, faring, dan laring (Rachmawati, dkk, 2009).
Epitelium berlapis silindris juga relatif jarang ditemukan. Biasanya lapisan basalnya terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral yang tidak teratur, relatif pendek, dan hanya sel-sel lapisan permukaan yang berbentuk silindris tinggi. Epitelium jenis ini dapat ditemukan melapisi sebagian uretra pria dan saluran trakea manusia (Bakhtiar, 2011)






Gambar II.VI  Epitel Silinder Berlapis Banyak
.
d.      Epitel Transisional
Epitelium transisional disebut demikian karena dianggap merupakan peralihan bentuk antara epitelium berlapis pipih tanpa lapisan tanduk dan epithelium berlapis silindris. Epitelium jenis ini banyak melapisi tempat-tempat yang mengalami tekanan dari dalam dan berkapasitas yang sangat bervariasi, misalnya pada saluran urin. Lapisan permukaan epitelium transisional dapat berubah jika dinding selnya meregang karena adanya tekanan urin. Oleh sebab itu, bentuknya bergantung pada derajat peregangannya. Ciri khas dari epithelium transisional adalah mempunyai sel-sel asal yang mirip epitelium silindris, sedangkan di antaranya terdapat sel-sel poligonal (Bakhtiar, 2011).






Gambar II.VII  Epitel Transisional

e.       Epitel Kelenjar
Di dalam jaringan epitelium kelenjar terdapat sel-sel khusus yang mampu menghasilkan getah cair atau sekret. Pada umumnya, epitelium kelenjar dikhususkan untuk pembuatan, penyimpanan, dan sekresi zat-zat kimia. Semua kelenjar secara embriologis berasal dari jaringan epitelium. Dua macam kelenjar utama adalah kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin (Purnomo, dkk, 2009).
1.      Kelenjar eksokrin, merupakan kelenjar yang mempunyai saluran pengeluaran untuk menyalurkan hasil sekresinya yang dapat berupa enzim, keringat, dan air ludah. Kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan banyaknya sel penyusunnya, yaitu uniselular dan multiselular. Kelenjar eksokrin uniselular contohnya sel goblet yang merupakan sel epitelium penghasil mucus. Sel goblet terdapat pada lapisan usus halus dan saluran pernapasan. Kelenjar eksokrin uniselular tersusun atas satu sel, sedangkan kelenjar eksokrin multiselular tersusun atas banyak sel, misalnya kelenjar keringat, kelenjar susu, dan lain-lain.
2.      Kelenjar endokrin, merupakan kelenjar yang mempunyai sel-sel sekresi yang khas dan tidak mempunyai saluran. Sekret yang dihasilkan langsung masuk ke cairan jaringan dan ke pembuluh darah sehingga kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu. Sekret yang dihasilkan disebut hormon. Contoh kelenjar endokrin adalah kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, dan adrenal.
Tipe Kelenjar
Struktur
Tempat
Tubular sederhana
Kelenjar pada usus halus vertebrata tinggi
Tubular melingkar
Kelenjar keringat manusia
Tubular bercabang
Bagian funsus pada lambung. Kelenjar brunner pada usus halus mamalia
Tubular majemuk
Kelenjar brunner pada mamalia. Kelenjar ludah
Alveolus sederhana
Kelenjar mucus pada kulit katak
Alveolus bercabang
Kelenjar sebasea pada kulit mamalia
Alveolus majemuk
Kelenjar susu. kelenjar pankreas
Tubular alveolus majemuk
Kelenjar ludah. Kelenjar susu
Tabel II.I  Macam-macam Tipe Kelenjar
BAB III
METODE KERJA
A.    Pra Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap pra analitik ialah sebagai berikut :
1.      Gunakan alat pelindung diri (APD).
2.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.      Alat-alat yang akan digunakan ialah sebagai berikut :
a.       Mikroskop
b.      Proyektor
4.      Bahan-bahan yang digunakan ialah sebagai berikut :
a.       Preparat penampang melintang usus halus
b.      Preparat penampang melintang ginjal
B.     Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap analitik ialah sebagai berikut :
1.      Letakkan preparat pada mikroskop. Di amati dengan pembesaran 10-40x.
2.      Pada preparat penampang melintang ginjal, identifikasi tipe sel kapsula bowman.
3.      Pada preparat penampang melintang usus halus, identifikasi jaringan epitel yang menyusun jonjot (vili) duodenum.
C.     Pasca Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap pasca analitik ialah sebagai berikut :
1.      Baca hasil pengamatan.
2.      Interpretasikan hasil yang diperoleh.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
      Berdasarkan pengamatan preparat penampang melintang, hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut :
Preparat
Pembesaran 10x
Pembesaran 40x
Penampang Melintang Ginjal

Penampang Melintang Usus Halus (Duodenum)
Tabel IV.I Hasil Pengamatan

B.     Pembahasan
Jaringan epitel merupakan suatu lapisan yang sangat rapat susunan sel-selnya dan biasanya membatasi rongga-rongga ataupun permukaan tubuh/ organ tubuh, membatasi tubuh dengan lingkungannya, baik sebelah luar maupun sebelah dalam seperti dinding usus, pembuluh darah, dan lain-lain. Dilihat dari struktur, jaringan epitel biasanya membentuk suatu lapisan dengan sel-sel yang biasanya melekat pada suatu membran basal, suatu  lapisan yang memisahkan dengan jaringan di bawahnya. Menurut Mescher (2016) fungsi utama jaringan epitel meliputi menutupi, melapisi, dan melindungi permukaan (misalnya epidermis), penyerapan (misalnya lapisan usus) dan sekresi (misalnya, sel parenkim kelenjar).
Sel epitel memiliki bentuk dan lapisan yang bermacam-macam. Dalam tubuh hewan mamalia, epitel dapat dijumpai dalam bentuk squamous (pipih), cuboid (kubus), collumnair (kolom/silinder) maupun transisional. Berdasarkan lapisannya, epitel dapat dijumpai dalam bentuk simplex (selapis) dan complex (berlapis banyak). Ada juga epitel yang membentuk kelenjaryang disebut epitel kelenjar. Letak epitel pun dapat ditemukan dilokasi yang berbeda dalam tubuh. Misalnya epitel yang ada pada ginjal (ren) dan usus halus (duodenum).
Ginjal merupakan salah satu organ ekskresi bagi tubuh yaitu organ yang mengekskresi urine. Ginjal memiliki nefron untuk menghasilkan urine. Nefron terdiri atas tiga bagian utama, yaitu glomerulus (tempat darah disaring), kapsula Bowman, dua buah tubulus panjang. Tubulus tersebut dibagi menjadi tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, dan yang terakhir adalah tubulus pengumpul.
Semua bagian nefron memiki fungsi dan perannya masing-masing, misalnya glomerulus dan kapsula bowman. Glomerulus dan kapsula bowman merupakan tempat dimana terjadinya filtrasi. Menurut Ariebowo dan Fictor (2009) ketika darah dari arteriol aferen memasuki glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi. Hal tersebut menyebabkan air dan molekul-molekul yang tidak larut dalam darah melewati dinding kapiler pada glomerulus. Kemudian, air dan molekul-molekul memasuki lempeng filtrasi dari kapsula Bowman. Hasil filtrasi ini disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Berdasarkan teori penunjang tersebut, dapat diketahui bahwa glomerulus dan kapsula bowman mampu melakukan filtrasi juga karena didukung oleh jenis jaringan yang dimiliki. Jaringan yang dimiliki oleh kapsula bowman untuk melakukan filtrasi ialah jaringan epitel.
Dari hasil pengamatan, kapsula bowman ditemukan dalam keadaan membungkus glomerulus. Jaringan epitel yang dimiliki ialah tergolong dalam epitel pipih selapis dimana epitel pipih selapis memungkinkan terjadinya pertukaran zat ataupun penyaringan zat antar sel secara difusi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kistinnah dan Endang (2009) bahwa epitelium ini memiliki bentuk sel yang pipih dan hanya terdiri atas satu lapis sel saja, dengan inti berada di tengah sehingga terlihat sangat tipis. Akibat kondisi ini, epitelium bersifat semipermeabel. Jaringan berfungsi sebagai jalan pertukaran zat dari luar ke dalam tubuh atau sebaliknya. Selain itu, dinyatakan juga oleh Chaeri, dkk (2008) bahwa epitel sebagai pintu gerbang salah satunya epitel Nephron ginjal untuk lewat urine primer. Epitel jenis ini juga dijumpai pada capsula Bowmani ginjal, yang berfungsi mempermudah difusi atau filtrasi.
Usus halus merupakan salah satu organ pencernaan yang memiliki fungsi untuk menyerap (absorbsi) zat-zat nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dicerna. Menurut Diastuti (2009) usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum (usus dua belas jari), jejunum, dan ileum (usus penyerapan). Bagian pertama dari usus halus adalah usus duodenum (dua belas jari) yang melengkung seperti ladam. Panjangnya kira-kira 30 cm. Pada duodenum bermuara dua saluran, yaitu dari pankreas dan kantung empedu sehingga terjadi proses pencernaan secara kimiawi.
Pada duodenum terdapat lipatan-lipatan yang disebut jonjot (vili). Fungsi jonjot (vili) menurut Diastuti (2009) yaitu berfungsi untuk memperluas permukaan usus halus sehingga proses penyerapan makanan akan menjadi lebih sempurna. Dari hasil pengamatan, pada jonjot terdapat epitel collumnair yaitu epitel yang berbentuk kolom atau silinder. Berdasarkan lapisannya, epitel ini hanya terdiri dari selapis jaringan epitel (simplex). Menurut Chaeri (2008) epitel selapis/berlapis tunggal silindris (sylindris/collumnair epithelium) dibangun oleh sel-sel prisma tinggi, penampang vertikal berbentuk empat persegi panjang. Dari permukaan terlihat hexagonal. Inti lonjong terletak di dasar/basal sel. Jenis epitel ini berfungsi untuk proteksi, lubrakasi/pelumasan, absorpsi atau sekresi. Bentuk sel epitel ini dijumlah juga pada dinding usus halus (duodenum) yang berbatasan dengan lumen.
Selain itu, dari hasil pengamatan terlihat bahwa jaringan epitel silindris selapis pada duodenum melekat pada jaringan dibawahnya. Menurut Mescher (2011) semua sel epitel yang menempel pada jaringan ikat di bawahnya memiliki suatu struktur ekstrasel mirip lembaran pada permukaan basalnya, yang disebut lamina basal. Struktur  ini hanya tampak dengan mikroskop elektron, yang terlihat sebagai lapisan  padat setebal 20-100 nm, yang terdiri atas jalinan serabut yang sangat halus,  yaitu lapisan padat (dense layer) atau lamina densa. Selain itu, menurut Mescher (2011) lamina basal memiliki banyak fungsi. Selain fungsi penyaring dan fungsi struktural yang sederhana, lamina tersebut juga sanggup memengaruhi polaritas sel, mengatur proliferasi dan diferensiasi sel, dengan cara mengikat dan memekatkan faktor pertumbuhan; memengaruhi metabolisme dan ketahanan hidup sel, menyusun protein dalam membran plasma yang berdekatan (memengaruhi transduksi  sinyal) dan berfungsi sebagai  jalur migrasi sel.
Lamina basal merupakan tempat melekatnya epitel, namun secara pengamatan terdapat sedikit perbedaan penyebutan. Perbedaan yang dimaksud ialah lamina basal merupakan suatu jaringan ikat yang mengikat epitel yang hanya dapat dilihat oleh mikroskop TEM (Transmission Electron Microscope). Jika pengamatan menggunakan mikroskop cahaya maka jaringan tersebut disebut membran basal. Hal ini dinyatakan oleh Mescher (2011) bahwa istilah membran basal dan lamina basal sering dipakai tanpa adanya perbedaan yang jelas sehingga membingungkan. 'Lamina basal', digunakan untuk menunjukkan lamina  densa,  lapisan yang berdekatan dan struktur yang terlihat dengan  TEM. Istilah  'membran basal'  digunakan untuk menuniukkan struktur yang terlihat dengan mikroskop cahaya.









BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh dari laporan kali ini ialah :
1.      Pada penampang melintang ginjal terdapat kapsula bowman yang tersusun dari jaringan epitel pipih selapis dimana jaringan ini berbentuk tipis karena terdiri atas satu lapis dan sangat rapat. Sedangkan pada penampang melintang usus halus (duodenum) terdapat vili yang tersusun atas jaringan epitel silindris selapis dimana jaringan ini berbentuk kolom atau silinder memanjang dan rapat.
2.      Struktur sitologi jaringan epitel pipih selapis dan epitel silindris selapis ialah terdiri atas membran sel, sitoplasma dan inti sel, untuk epitel piph bentuknya gepeng dan epitel silindris bentuknya silinder. Sedangkan, struktur histologi jaringan epitel pipih selapis dan epitel silindris selapis ialah hanya terdiri atas satu lapisan jaringan yang tersusun atas sel-sel epitel.
B.     Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh praktikan ialah untuk perlu dilakukannya praktikum kembali untuk mengidentifikasi struktur histologi jaringan epitel pada preparat penampang melintang lainnya, seperti preparat penampang melintang epididimis kauda, preparat penampang melintang trakea dan preparat penampang melintang esofagus. Dengan dilakukannya praktikum kembali dapat menambah wawasan serta pengetahuan praktikan akan  struktur jaringan epitel dari berbagai organ.
DAFTAR PUSTAKA
Ariebowo Moekti, Fictor Ferdinand P. 2009. Praktis Belajar Biologi : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Bakhtiar, Suaha. 2009. Biologi : Untuk SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Chaeri, Ahmad., Kusbiyanto dan Priyo Susatyo. 2008. Modul 2 : Jaringan Hewan. Universitas Terbuka. Tangerang
Diastuti, Reni. 2009. Biologi 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Hanum, Eva L., Widi P., Tintin A., Ida H., Riana Y., dan Dian P. 2009. Biologi 2 Kelas XI SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya : Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas Edisi Ke-12. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Mescher, Anthony L. 2016. Junqueira’s Basic Histology, Text and Atlas 14th Edition. McGraw Hill : New York
Purnomo., Sudjino., Trijoko., dan Suwarno H. 2009. Biologi Kelas XI : Untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Rachmawati, F., Nurul U., dan Ari W. 2009. Biologi : Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta



LAMPIRAN
Penampang Melintang Ginjal Pembesaran 40x, Terlihat Glomerulus dan Kapsula Bowman
Penampang Melintang Ginjal Pembersaran 10x, Terlihat Glomerulus






Penampang Melintang Usus Halus Bagian Duodenum Pembersaran 40x, Terlihat Sel Epitel pada Vili
Penampang Melintang Usus Halus Bagian Duodenum Pembersaran 10x, Terlihat Vili dan Lamina Basalis

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN Jaringan Epitel"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel