LAPORAN Jaringan Epitel
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
swt. karena dengan hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan laporan ini yaitu “Jaringan
Epitel“.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak lepas
dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih
kepada yang terhormat :
1.
Bapak Mulyadi Maruni, S.Pd dan Bapak
Rijal, AMAK., S.ST selaku dosen pengampuh mata kuliah praktikum Sitohistoteknologi
yang telah membantu dalam membimbing dalam pembuatan laporan ini.
2.
ibu sebagai motivator penulis dan berkat jasa-jasa, kesabaran, dan
doanya penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
Semoga
dengan disusunnya laporan ini, penulis dapat membagi ilmu dan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari laporan ini masih
memiliki kekurangan maupun kesalahan baik dari segi penulisan kalimat dan
rangkaian kata dan dengan rendah hati agar kiranya rekan-rekan sekalian dapat
untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, November
2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ..……...…………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL
……………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
………….………………………………….. 1
A. Latar
Belakang ………………………………………………...….... 1
B.
Tujuan
……………………………………………………………… 2
C.
Manfaat
…………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……..………………………………. 3
A. Jaringan ….…………………….……………..……….…………… 3
B.
Jaringan Epitel ………..………………………………………….... 3
C.
Macam-Macam Jaringan
Epitel …………………….…………….. 4
a. Epitel
Pipih ………….………………………………………… 4
b. Epitel
Kubus ……………..……………………………………. 5
c. Epitel
Silinder/Batang ………………………………………… 6
d. Epitel
Transisional ……………………………………………. 7
e. Epitel
Kelenjar ………………………………………………… 8
BAB III METODE
KERJA …………………………………………… 10
A. Pra
Analitik ……………………………………………………….. 10
B. Analitik
……………………….…………………………………... 10
C. Pasca
Analitik ……….……………………………………………. 10
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHSAN ………………………………... 11
A. Hasil
………..……………………………………………………… 11
B. Pembahasan
…….…………………………………………………. 11
BAB V PENUTUP
………………………………….…………………. 15
A. Kesimpulan
………………………………………………………... 15
B.
Saran
………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.I
|
Epitel Pipih Selapis …………………….………………
|
4
|
Gambar II.II
|
Epitel Pipih Berlapis Banyak ……………………….
|
5
|
Gambar II.III
|
Epitel Kubus Selapis …………………..……………
|
5
|
Gambar II.IV
|
Epitel Kubus Berlapis Banyak ………………….…..
|
6
|
Gambar II.V
|
Epitel Silinder Selapis ………………………………
|
7
|
Gambar II.VI
|
Epitel
Silinder Berlapis Banyak ………….…………
|
7
|
Gambar II.VII
|
Epitel Transisional …………………………………..
|
8
|
DAFTAR TABEL
Tabel II.I
|
Macam-macam Tipe Kelenjar …….……………...……
|
9
|
Tabel IV.II
|
Hasil Pengamatan ……………………….………….
|
11
|
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
makhluk hidup tersusun atas sel-sel yang merupakan suatu unit struktural dan
fungsional terkecil makhluk hidup. Sel-sel tersebut kemudian berdiferensiasi
yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel yang didasarkan pada bentuknya. Setelah
berdiferensiasi kemudian berspesialisasi yaitu membentuk suatu kumpulan sel-sel
yang memiliki fungsi tertentu. Oleh sebab itu, dari proses diferensiasi dan
spesialisasi sel terbentuklah jaringan.
Tingkat
selanjutnya setelah sel adalah jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang
memiliki struktur dan fungsi yang sama. Menurut Hanum, dkk (2009) pada hewan
termasuk manusia terdapat dua kelompok jaringan, yaitu jaringan benih (germinal) dan jaringan tubuh (somatis). Jaringan benih (germinal), aktif membelah diri untuk
menghasilkan benih baru. Jaringan tubuh (somatis),
terdapat pada tubuh hewan atau manusia selama hidupnya. Jaringan somatis meliputi
jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan
otot, dan jaringan saraf.
Kulit manusia membungkus
jaringan-jaringan yang ada di dalamnya. Di dalam permukaan kulit banyak ditemui
jaringan, di antaranya daging, darah, saraf, dan lain-lain. Lapisan pembungkus
luar itulah yang disebut jaringan epitel. Tidak hanya pada permukaan kulit
tangan saja, pada permukaan luar dari organ-organ dalam pun juga dibungkus oleh
jaringan epitel ini. Organ dalam tersebut antara lain jantung, hati, ginjal,
usus, dan sebagainya sehingga jaringan epitel selalu ada di setiap organ tubuh
sebagai pembungkus atau penutup.
Sebagai
pelindung, jaringan epitel melindungi jaringan yang ada di bawahnya dari
kerusakan mekanis karena tekanan, gesekan, radiasi ultraviolet, dan serangan
mikroorganisme. Sebagai kelenjar, jaringan epitel terdapat pada saluran
pencernaan yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Epitel yang melapisi
saluran pernapasan mengeluarkan mukus atau lender untuk menangkap
partikel-partikel debu yang masuk dan sebagai pelindung dari kekeringan.
Sebagai reseptor, epitel yang terdapat pada alat indra berfungsi untuk menerima
rangsang. Pada beberapa bagian tubuh, macam-macam sel yang berbeda berbaur
sehingga sulit diklasifikasikan. Berdasarkan bentuk dan susunannya, jaringan
epitel dibedakan menjadi jaringan epitel sederhana, jaringan epitel berlapis,
dan jaringan epitel kelenjar.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dalam praktikum kali ini ialah :
1. Agar
mahasiswa dapat mempelajari ciri-ciri jaringan epitel.
2. Agar
mahasiswa dapat mempelajari struktur sitologi dan histologi macam-macam
jaringan epitel.
C. Manfaat
Adapun
manfaat dalam praktikum kali ini ialah :
1. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai ciri-ciri jaringan epitel.
2. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai struktur sitologi dan
histologi macam-macam jaringan epitel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaringan
Jaringan
terbentuk dari beberapa sel hasil proses diferensiasi, kemudian mengalami
proses spesialisasi. Proses diferensiasi, yaitu proses perbanyakan sel melalui
fungsi reproduksi sel, sedangkan proses spesialisasi merupakan proses lanjut
dari diferensiasi sebagai proses perubahan bentuk dan fungsi. Sel-sel yang
bentuk dan fungsinya sama selanjutnya akan berkelompok menjadi satu kesatuan
membentuk jaringan. Secara umum tubuh hewan maupun organism lainnya tersusun
atas empat macam jaringan dasar, antara lain (Bakhtiar, 2011):
1.
Jaringan epitelium terletak pada
permukaan tubuh, berfungsi sebagai penutup permukaan luar tubuh dan pembatas
organ tubuh yang berbentuk saluran atau rongga.
2.
Jaringan ikat, merupakan jaringan
yang memiliki fungsi untuk mengikat atau menyokong bagian-bagian tubuh.
3.
Jaringan otot, berfungsi untuk
menggerakkan seluruh bagian anggota tubuh.
4.
Jaringan saraf, berfungsi untuk
menerima dan merespons adanya rangsang serta menyampaikan rangsang (impuls) ke
pusat saraf serta ke bagian tubuh yang lain.
B. Jaringan
Epitel
Jaringan
epitel terdiri atas sel-sel yang terikat satu sama lain. Jaringan epitel adalah
jaringan yang melapisi permukaan tubuh (epitelium),
membatasi
antarorgan (mesotelium), atau membatasi organ dengan
rongga dalam tubuh (endotelium). Sel-sel
epitelium terikat kuat satu sama lain oleh material yang berada di antara
sel-sel. Adanya ikatan yang kuat tersebut memungkinkan jaringan epitel sebagai
pelindung yang melindungi tubuh dari luka secara mekanik, serangan mikroorganisme,
dan kehilangan cairan (Diastuti, 2009).
Sel-sel
epitel tersusun rapat sehingga tidak terdapat rongga antarsel. Sel-sel tersebut
menempel pada sebuah lapisan yang disebut membran basal. Membran basal berfungsi menyokong jaringan epitel yang ada di
atasnya. Struktur sel-sel epitel yang tersusun rapat tersebut berhubungan
dengan fungsi jaringan ini sebagai alat pertahanan atau pelindung (Ariebowo dan
Fictor, 2009).
Jaringan
epitelium memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, antara lainseperti berikut
(Kistinnah dan Endang, 2009).
1. Untuk
melindungi jaringan yang ada di dalamnya, misalnya epitel kulit.
2. Untuk
melakukan fungsi absorbsi, misalnya epitel jonjot usus.
3. Untuk
melakukan fungsi filtrasi, misalnya epitel pada nefron ginjal.
4. Sebagai
pintu gerbang masuk dan keluarnya zat, misalnya epitel alveolus paru-paru.
5. Untuk
melakukan fungsi sekresi, yaitu menghasilkan getah cair. Misalnya epitel
kelenjar ludah, tiroid, hipofisis, dan lain-lain.
6. Untuk
melakukan fungsi sebagai neuroreseptor, yaitu menerima rangsang dari luar.
Epitelium ini terdapat pada alat-alat indra.
C. Macam-Macam
Jaringan Epitel
a. Epitel
Pipih
Epitel pipih selapis terdiri atas selapis sel-sel yang
berbentuk pipih, seperti ubin. Kerapatan antarsel sangat dekat. Epitel pipih
selapis terdapat pada epitel pembuluh limfa dan lapisan endotel pembuluh darah,
epitel selaput pembungkus paru-paru, jantung, alveoli, dan perikardium
(Rachmawati, dkk, 2009). Epitelium ini memiliki bentuk sel yang pipih dan hanya
terdiri atas satu lapis sel saja, dengan inti berada di tengah sehingga
terlihat sangat tipis. Akibat kondisi ini, epitelium bersifat semipermeabel.
Jaringan berfungsi sebagai jalan pertukaran zat dari luar ke dalam tubuh atau
sebaliknya (Kistinnah dan Endang, 2009).
Gambar
II.I Epitel Pipih Selapis
|
Epitel
pipih lapis banyak terdapat di permukaan
kulit, vagina, rongga mulut, dan esofagus. Epitel pipih ini dikelompokkan
menjadi dua, yaitu epitel yang berkeratin dan tidak berkeratin. Epitel
berkeratin bersifat kering, contohnya pada epidermis kulit. Sementara itu,
epitel pipih lapis banyak yang tidak berkeratin bersifat lembap, misalnya di
rongga mulut, vagina, saluran anus, dan esofagus. Sesuai dengan jumlah
lapisannya yang banyak, jaringan ini berperan sebagai alat lingkungan, misalnya
dari gesekan (Ariebowo dan Fictor, 2009).
Gambar
II.II Epitel Pipih Berlapis Banyak
|
b. Epitel
Kubus
Epitel kubus selapis disusun oleh selapis sel- sel berbentuk
kubus. Inti sel berbentuk bulat dan besar dan terletak di tengah. Epitel ini
terdapat pada kelenjar gondok, permukaan lensa mata, dan ovarium. Fungsi dari
epitel kubus selapis adalah melindungi bagian di bawahnya dan sekresi (mengeluarkan
zat yang diperlukan tubuh) (Rachmawati,
dkk, 2009).
Gambar
II.III Epitel Kubus Selapis
|
Epitel
kubus berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu lapisan sel, dan memiliki
bentuk kubus pada bagian dalamnya. Makin ke arah permukaan, bentuknya semakin
pipih. Struktur ini melindungi permukaan jaringan dari gesekan. Epitel ini
terdapat pada kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan folikel di ovarium. Hal
ini berarti lapisan epitel berfungsi sebagai saluran sekresi dan ekskresi (Rachmawati,
dkk, 2009).
Gambar
II.IV Epitel Kubus Berlapis Banyak
|
c. Epitel
Silinder/Batang
Epitel ini berbentuk silinder satu lapis dan mempunyai
inti di tengah. Epitel ini terdapat pada dinding usus dan kantung empedu. Pada
permukaan sel yang berbatasan dengan lumen, membran sel menonjol membentuk
mikrovili sehingga permukaan sel menjadi lebih luas Permukaan sel yang luas ini
akan mengoptimalkan absorpsi makanan. Selain berfungsi untuk absorpsi, epitel
silinder selapis berfungsi juga untuk proteksi dan sekresi (Rachmawati, dkk,
2009).
Epitelium silindris selapis ada yang sel-selnya
memiliki silia, ada pula yang tanpa silia. Epitelium silindris selapis yang tanpa
silia, jika dilihat dari permukaan, tampak hampir mirip dengan epitelium kubus
selapis. Pada potongan tegak lurus akan tampak terdiri atas sel-sel yang tinggi
dengan inti berderet pada ketinggian yang sama dan letaknya lebih dekat ke permukaan
basal (dasar) daripada ke permukaan apical (ujung). Epitelium jenis ini
biasanya berhubungan dengan sekresi atau absorpsi. Banyak terdapat melapisi
sebagian besar saluran pencernaan seperti lambung dan usus halus atau pada
saluran pengeluaran yang menghasilkan banyak kelenjar. Epitelium silindris
selapis yang bersilia terlihat permukaan bebasnya tertutup silia. Epitelium jenis
ini melapisi rahim (uterus), buluh rahim (tuba uterina), pada saluran testis,
dan bronkus kecil (Bakhtiar, 2011).
Gambar
II.V Epitel Silinder Selapis
|
Umumnya, epitel silinder berlapis banyak terletak
pada laisan luar, sedangkan bagian dalamnya biasanya berbentuk tidak teratur
atau kubus. Epitel silinder berlapis
banyak terdapat pada saluran ekskresi kelenjar ludah, kelenjar susu, uretra, faring,
dan laring (Rachmawati, dkk, 2009).
Epitelium berlapis silindris juga relatif jarang ditemukan.
Biasanya lapisan basalnya terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral yang
tidak teratur, relatif pendek, dan hanya sel-sel lapisan permukaan yang berbentuk
silindris tinggi. Epitelium jenis ini dapat ditemukan melapisi sebagian uretra
pria dan saluran trakea manusia (Bakhtiar, 2011)
Gambar
II.VI Epitel Silinder Berlapis
Banyak
|
d. Epitel
Transisional
Epitelium transisional disebut demikian karena
dianggap merupakan peralihan bentuk antara epitelium berlapis pipih tanpa
lapisan tanduk dan epithelium berlapis silindris. Epitelium jenis ini banyak
melapisi tempat-tempat yang mengalami tekanan dari dalam dan berkapasitas yang
sangat bervariasi, misalnya pada saluran urin. Lapisan permukaan epitelium
transisional dapat berubah jika dinding selnya meregang karena adanya tekanan
urin. Oleh sebab itu, bentuknya bergantung pada derajat peregangannya. Ciri
khas dari epithelium transisional adalah mempunyai sel-sel asal yang mirip
epitelium silindris, sedangkan di antaranya terdapat sel-sel poligonal
(Bakhtiar, 2011).
Gambar
II.VII Epitel Transisional
|
e. Epitel
Kelenjar
Di dalam jaringan epitelium kelenjar terdapat sel-sel
khusus yang mampu menghasilkan getah cair atau sekret. Pada umumnya, epitelium
kelenjar dikhususkan untuk pembuatan, penyimpanan, dan sekresi zat-zat kimia. Semua
kelenjar secara embriologis berasal dari jaringan epitelium. Dua macam kelenjar
utama adalah kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin (Purnomo, dkk, 2009).
1. Kelenjar
eksokrin, merupakan kelenjar yang mempunyai saluran pengeluaran untuk
menyalurkan hasil sekresinya yang dapat berupa enzim, keringat, dan air ludah.
Kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan banyaknya sel
penyusunnya, yaitu uniselular dan multiselular. Kelenjar eksokrin uniselular contohnya
sel goblet yang merupakan sel epitelium penghasil mucus. Sel goblet terdapat
pada lapisan usus halus dan saluran pernapasan. Kelenjar eksokrin uniselular
tersusun atas satu sel, sedangkan kelenjar eksokrin multiselular tersusun atas
banyak sel, misalnya kelenjar keringat, kelenjar susu, dan lain-lain.
2. Kelenjar
endokrin, merupakan kelenjar yang mempunyai sel-sel sekresi yang khas dan tidak
mempunyai saluran. Sekret yang dihasilkan langsung masuk ke cairan jaringan dan
ke pembuluh darah sehingga kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu.
Sekret yang dihasilkan disebut hormon. Contoh kelenjar endokrin adalah kelenjar
tiroid, kelenjar paratiroid, dan adrenal.
Tipe
Kelenjar
|
Struktur
|
Tempat
|
Tubular sederhana
|
|
Kelenjar pada usus
halus vertebrata tinggi
|
Tubular melingkar
|
|
Kelenjar keringat
manusia
|
Tubular bercabang
|
|
Bagian funsus pada
lambung. Kelenjar brunner pada usus halus mamalia
|
Tubular majemuk
|
|
Kelenjar brunner pada
mamalia. Kelenjar ludah
|
Alveolus sederhana
|
|
Kelenjar mucus pada
kulit katak
|
Alveolus bercabang
|
|
Kelenjar sebasea pada
kulit mamalia
|
Alveolus majemuk
|
|
Kelenjar susu.
kelenjar pankreas
|
Tubular alveolus
majemuk
|
|
Kelenjar ludah.
Kelenjar susu
|
Tabel II.I Macam-macam Tipe Kelenjar
|
BAB III
METODE KERJA
METODE KERJA
A. Pra
Analitik
Adapun
langkah kerja pada tahap pra analitik ialah sebagai berikut :
1. Gunakan
alat pelindung diri (APD).
2. Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Alat-alat
yang akan digunakan ialah sebagai berikut :
a. Mikroskop
b. Proyektor
4. Bahan-bahan
yang digunakan ialah sebagai berikut :
a. Preparat
penampang melintang usus halus
b. Preparat
penampang melintang ginjal
B. Analitik
Adapun
langkah kerja pada tahap analitik ialah sebagai berikut :
1. Letakkan
preparat pada mikroskop. Di amati dengan pembesaran 10-40x.
2. Pada
preparat penampang melintang ginjal, identifikasi
tipe sel kapsula bowman.
3. Pada
preparat penampang melintang usus halus, identifikasi jaringan epitel yang
menyusun jonjot (vili) duodenum.
C. Pasca
Analitik
Adapun
langkah kerja pada tahap pasca analitik ialah sebagai berikut :
1. Baca
hasil pengamatan.
2. Interpretasikan
hasil yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan
pengamatan preparat penampang melintang, hasil yang dapat diperoleh ialah
sebagai berikut :
Preparat
|
Pembesaran 10x
|
Pembesaran 40x
|
Penampang Melintang
Ginjal
|
|
|
Penampang Melintang
Usus Halus (Duodenum)
|
|
|
Tabel IV.I
Hasil Pengamatan
|
B. Pembahasan
Jaringan
epitel merupakan suatu lapisan yang sangat rapat susunan sel-selnya dan
biasanya membatasi rongga-rongga ataupun permukaan tubuh/ organ tubuh,
membatasi tubuh dengan lingkungannya, baik sebelah luar maupun sebelah dalam
seperti dinding usus, pembuluh darah, dan lain-lain. Dilihat dari struktur,
jaringan epitel biasanya membentuk suatu lapisan dengan sel-sel yang biasanya
melekat pada suatu membran basal, suatu lapisan
yang memisahkan dengan jaringan di bawahnya. Menurut Mescher (2016) fungsi
utama jaringan epitel meliputi menutupi, melapisi, dan melindungi permukaan
(misalnya epidermis), penyerapan (misalnya lapisan usus) dan sekresi (misalnya,
sel parenkim kelenjar).
Sel
epitel memiliki bentuk dan lapisan yang bermacam-macam. Dalam tubuh hewan
mamalia, epitel dapat dijumpai dalam bentuk squamous
(pipih), cuboid (kubus), collumnair (kolom/silinder) maupun
transisional. Berdasarkan lapisannya, epitel dapat dijumpai dalam bentuk simplex (selapis) dan complex (berlapis banyak). Ada juga
epitel yang membentuk kelenjaryang disebut epitel kelenjar. Letak epitel pun
dapat ditemukan dilokasi yang berbeda dalam tubuh. Misalnya epitel yang ada
pada ginjal (ren) dan usus halus (duodenum).
Ginjal
merupakan salah satu organ ekskresi bagi tubuh yaitu organ yang mengekskresi
urine. Ginjal memiliki nefron untuk menghasilkan urine. Nefron terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu glomerulus (tempat darah disaring), kapsula Bowman,
dua buah tubulus panjang. Tubulus tersebut dibagi menjadi tubulus kontortus
proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, dan yang terakhir adalah
tubulus pengumpul.
Semua
bagian nefron memiki fungsi dan perannya masing-masing, misalnya glomerulus dan
kapsula bowman. Glomerulus dan kapsula bowman merupakan tempat dimana
terjadinya filtrasi. Menurut Ariebowo dan Fictor (2009) ketika darah dari
arteriol aferen memasuki glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi. Hal tersebut
menyebabkan air dan molekul-molekul yang tidak larut dalam darah melewati
dinding kapiler pada glomerulus. Kemudian, air dan molekul-molekul memasuki
lempeng filtrasi dari kapsula Bowman. Hasil filtrasi ini disebut filtrat
glomerulus atau urine primer. Berdasarkan teori penunjang tersebut, dapat
diketahui bahwa glomerulus dan kapsula bowman mampu melakukan filtrasi juga
karena didukung oleh jenis jaringan yang dimiliki. Jaringan yang dimiliki oleh
kapsula bowman untuk melakukan filtrasi ialah jaringan epitel.
Dari
hasil pengamatan, kapsula bowman ditemukan dalam keadaan membungkus glomerulus.
Jaringan epitel yang dimiliki ialah tergolong dalam epitel pipih selapis dimana
epitel pipih selapis memungkinkan terjadinya pertukaran zat ataupun penyaringan
zat antar sel secara difusi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kistinnah dan
Endang (2009) bahwa epitelium ini memiliki bentuk sel yang pipih dan hanya
terdiri atas satu lapis sel saja, dengan inti berada di tengah sehingga
terlihat sangat tipis. Akibat kondisi ini, epitelium bersifat semipermeabel.
Jaringan berfungsi sebagai jalan pertukaran zat dari luar ke dalam tubuh atau
sebaliknya. Selain itu, dinyatakan juga oleh Chaeri, dkk (2008) bahwa epitel
sebagai pintu gerbang salah satunya epitel Nephron
ginjal untuk lewat urine primer. Epitel jenis ini juga dijumpai pada capsula Bowmani ginjal, yang berfungsi
mempermudah difusi atau filtrasi.
Usus
halus merupakan salah satu organ pencernaan yang memiliki fungsi untuk menyerap
(absorbsi) zat-zat nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dicerna. Menurut
Diastuti (2009) usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum (usus dua belas jari), jejunum,
dan ileum (usus penyerapan). Bagian
pertama dari usus halus adalah usus duodenum
(dua belas jari) yang melengkung seperti ladam. Panjangnya kira-kira 30 cm.
Pada duodenum bermuara dua saluran,
yaitu dari pankreas dan kantung empedu sehingga terjadi proses pencernaan
secara kimiawi.
Pada
duodenum terdapat lipatan-lipatan
yang disebut jonjot (vili). Fungsi
jonjot (vili) menurut Diastuti (2009)
yaitu berfungsi untuk memperluas permukaan usus halus sehingga proses
penyerapan makanan akan menjadi lebih sempurna. Dari hasil pengamatan, pada
jonjot terdapat epitel collumnair yaitu
epitel yang berbentuk kolom atau silinder. Berdasarkan lapisannya, epitel ini
hanya terdiri dari selapis jaringan epitel (simplex).
Menurut Chaeri (2008) epitel selapis/berlapis tunggal silindris (sylindris/collumnair epithelium) dibangun
oleh sel-sel prisma tinggi, penampang vertikal berbentuk empat persegi panjang.
Dari permukaan terlihat hexagonal. Inti lonjong terletak di dasar/basal sel.
Jenis epitel ini berfungsi untuk proteksi, lubrakasi/pelumasan, absorpsi atau
sekresi. Bentuk sel epitel ini dijumlah juga pada dinding usus halus (duodenum) yang berbatasan dengan lumen.
Selain
itu, dari hasil pengamatan terlihat bahwa jaringan epitel silindris selapis
pada duodenum melekat pada jaringan
dibawahnya. Menurut Mescher (2011) semua sel epitel yang menempel pada jaringan
ikat di bawahnya memiliki suatu struktur ekstrasel mirip lembaran pada
permukaan basalnya, yang disebut lamina basal. Struktur ini hanya tampak dengan mikroskop elektron,
yang terlihat sebagai lapisan padat
setebal 20-100 nm, yang terdiri atas jalinan serabut yang sangat halus, yaitu lapisan padat (dense layer) atau lamina densa. Selain itu, menurut Mescher (2011)
lamina basal memiliki banyak fungsi. Selain fungsi penyaring dan fungsi
struktural yang sederhana, lamina tersebut juga sanggup memengaruhi polaritas
sel, mengatur proliferasi dan diferensiasi sel, dengan cara mengikat dan
memekatkan faktor pertumbuhan; memengaruhi metabolisme dan ketahanan hidup sel,
menyusun protein dalam membran plasma yang berdekatan (memengaruhi
transduksi sinyal) dan berfungsi
sebagai jalur migrasi sel.
Lamina
basal merupakan tempat melekatnya epitel, namun secara pengamatan terdapat
sedikit perbedaan penyebutan. Perbedaan yang dimaksud ialah lamina basal
merupakan suatu jaringan ikat yang mengikat epitel yang hanya dapat dilihat
oleh mikroskop TEM (Transmission Electron
Microscope). Jika pengamatan menggunakan mikroskop cahaya maka jaringan
tersebut disebut membran basal. Hal ini dinyatakan oleh Mescher (2011) bahwa istilah
membran basal dan lamina basal sering dipakai tanpa adanya perbedaan yang jelas
sehingga membingungkan. 'Lamina basal', digunakan untuk menunjukkan lamina
densa, lapisan yang
berdekatan dan struktur yang terlihat dengan
TEM. Istilah 'membran basal' digunakan untuk menuniukkan struktur yang
terlihat dengan mikroskop cahaya.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang
diperoleh dari laporan kali ini ialah :
1.
Pada
penampang melintang ginjal terdapat kapsula
bowman yang tersusun dari jaringan epitel pipih selapis dimana jaringan ini
berbentuk tipis karena terdiri atas satu lapis dan sangat rapat. Sedangkan pada
penampang melintang usus halus (duodenum)
terdapat vili yang tersusun atas
jaringan epitel silindris selapis dimana jaringan ini berbentuk kolom atau
silinder memanjang dan rapat.
2.
Struktur
sitologi jaringan epitel pipih selapis dan epitel silindris selapis ialah
terdiri atas membran sel, sitoplasma dan inti sel, untuk epitel piph bentuknya
gepeng dan epitel silindris bentuknya silinder. Sedangkan, struktur histologi
jaringan epitel pipih selapis dan epitel silindris selapis ialah hanya terdiri
atas satu lapisan jaringan yang tersusun atas sel-sel epitel.
B.
Saran
Saran
yang dapat disampaikan oleh praktikan ialah untuk perlu dilakukannya praktikum
kembali untuk mengidentifikasi struktur histologi jaringan epitel pada preparat
penampang melintang lainnya, seperti preparat penampang melintang epididimis kauda, preparat penampang
melintang trakea dan preparat
penampang melintang esofagus. Dengan
dilakukannya praktikum kembali dapat menambah wawasan serta pengetahuan
praktikan akan struktur jaringan epitel
dari berbagai organ.
DAFTAR PUSTAKA
Ariebowo
Moekti, Fictor Ferdinand P. 2009. Praktis
Belajar Biologi : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program
Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Bakhtiar,
Suaha. 2009. Biologi : Untuk SMA dan MA
Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Chaeri, Ahmad., Kusbiyanto dan Priyo
Susatyo. 2008. Modul 2 : Jaringan Hewan. Universitas
Terbuka. Tangerang
Diastuti,
Reni. 2009. Biologi 2 : Untuk SMA/MA
Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Hanum,
Eva L., Widi P., Tintin A., Ida H., Riana Y., dan Dian P. 2009. Biologi 2 Kelas XI SMA dan MA. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan : Jakarta
Kistinnah,
Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi
Makhluk Hidup dan Lingkungannya : Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional : Jakarta
Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas
Edisi Ke-12. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Mescher, Anthony L. 2016. Junqueira’s Basic Histology, Text and Atlas
14th Edition. McGraw Hill : New York
Purnomo., Sudjino., Trijoko., dan Suwarno H. 2009. Biologi Kelas XI : Untuk SMA dan MA. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Rachmawati,
F., Nurul U., dan Ari W. 2009. Biologi :
Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan :
Jakarta
LAMPIRAN
Penampang Melintang Ginjal
Pembesaran 40x, Terlihat Glomerulus dan
Kapsula Bowman
|
Penampang Melintang Ginjal Pembersaran 10x, Terlihat Glomerulus
|
Penampang Melintang Usus Halus Bagian Duodenum Pembersaran 40x, Terlihat Sel Epitel pada Vili
|
Penampang Melintang Usus Halus Bagian Duodenum Pembersaran 10x, Terlihat Vili dan Lamina Basalis
|
0 Response to "LAPORAN Jaringan Epitel"
Post a Comment