LAPORAN UJI ANALGETIKA
Related
DOWNLOAD FILE DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Obat adalah
unsur aktif secara fisiologis dipakai dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan
atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau hewan. Obat dapat berasal
dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, atau
dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia organic atau biosintesis (Ansel,
1989).
Meskipun obat
dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita
akibat keracunan obat. Oleh karena itu obat
dapat di katakan bersifat
sebagai pengobatan dan dapat juga bersifat sebagai racun didalam tubuh. Obat itu akan
bersifat sebagai pengobatan apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan
dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan, maka akan menimbulkan
keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak akan memperoleh penyembuhan
(Anief, 1991).
Analgetika atau
obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalangi rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay, 2007). Nyeri
adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan
(ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri,
misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (sakit
kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula
menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan subjektif
pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri
untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-450 C
(Tjay, 2007).
1.2
Tujuan
Praktikum
Mengenal, mempraktekan, dan membandingkan daya
analgetik, parasetamol dan CMC NA menggunakan metode rangsang kimia.
1.3
Manfaat
Praktikum
Dari praktikum
ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai daya obat analgetik
terhadap hewan uji dan mekanisme kerja obatnya. Sehingga mahasiswa tidak hanya
mengetahui secara teori tetapi juga mengetahui secara praktik, agar nantinya
dapat membantu mahasiswa jika melakukan penelitian yang menggunakan hewan uji
sebagai objeknya.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Analgetika
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi
atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada
umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit
kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan
pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat
yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek
antipiretik dan efek anti inflamasi. (anonim,2010)
Reseptor
nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit,
otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui
dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras
nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall, 1997; Ganong,
2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri)
seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor
nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan
lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang.
Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di
SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari
tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang,
sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjaydan
Rahardja, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala
yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya
tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik,
atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau
fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu
pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara
lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi
reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain.
Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP.
Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari
tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsum tulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak
tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar,
dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
Berdasarkan aksinya, obat-abat
analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid
Analgesics)
Secara farmakologis praktis dibedakan
atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non salisilat. Sebagian
besar sediaan–sediaan golongan non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat
(Gilang, 2010).
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok
obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini
terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua
analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.
Ada 3 golongan obat ini yaitu (Medicastore,2006)
:
1) Obat yang
berasal dari opium-morfin
2) Senyawa
semisintetik morfin
3) Senyawa
sintetik yang berefek seperti morfin.
Nyeri terjadi bersamaan dengan terjadinya
proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari
pada penyakit apapun.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai
faktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1.
Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di
sebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan jarum,irisan pisau
dan lain-lain.
2.
Rangsangan Termal : Nyeri yang
disebabkan karena pengaruh suhu. Rata-rata manusia akan merasakannyeri jika menerima panas diatas 45 C,
dimana mulai pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan.
3.
Rangsangan Kimia : Jaringan
yang mengalami kerusakan akan
membebaskan zat yang di sebut mediator yang dapat berikatan dengan
reseptor nyeri antaralain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin
danprostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam
menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan.
2.1.1 Mekanisme Kerja
Obat Analgesik
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid
Analgesics)
Obat-obatan
dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase
(COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang
terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya
tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum
dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan
hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan
oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Medicastore,2006)
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme
kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan
prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya.
Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya
telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek
antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian,
sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah
pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu
1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya
makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai
ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh
eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara
waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang
menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45
jam) (Gilang, 2010).
2.1.2 Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain:
a.
Klasifikasi
nyeri berdasarkan waktu dibagi menjadi nyeri akut dan
nyeri kronis- Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan
terjadinya singkat contoh nyeri trauma- Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi
atau dialami sudah lama contoh kanker
b.
Klasifikasi
nyeri berdasarkan Tempat terjadinya
Nyeri,
Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya
pada tempat terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat
dan mudah ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk- Nyeri Visceral adalah nyeri
yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena trauma di hati atau
paru-paru. Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh
nyeri angina.
c.
Klasifikasi
Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan
jaringannya jelas- Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak
jelas. contohnya Nyeri yang diakitbatkan olehkelainan pada susunan saraf.
2.1.3
Proses Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri
dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap
jaringantubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua
sistem Serabut. Sistem pertama terdiridari serabut Aδ bermielin halus bergaris
tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem keduaterdiri dari
serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran
0,5-2 m/detik.Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat"
dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajamdan terlokalisasi, sedangkan
serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi
samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri terletak di
talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus
lateral danimpuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus
posteromida ventral dan posterolateral dari talamus.Dari sini impuls diteruskan
ke gyrus post sentral dari korteks otak.
2.1.4 Mekanisme kerja
Paracetamol
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara
berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih
kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat
antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol
hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986).
Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa
nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang
ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol
menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin.
(Wilmana, 1995).
2.1.5 Mekanisme Kerja NA CMC
Na-CMC
merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan
tidak berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis
(Inchem, 2002). NA-CMC ini
mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi
pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik (reversible). Viskositas
larutan CMC dipengaruhi oleh pH larutan, kisaran pH Na-CMC adalah 5-11
sedangkan pH optimum adalah 5, dan jika pH terlalu rendah (<3), Na-CMC akan
mengendap (Anonymous.2004). Na-CMC akan
terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik
akan menyerap air danterjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar
granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagidengan bebas sehingga
keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas (Fennema, Karen
and Lund, 1996). Hal ini akan
menyebabkan partikel-partikel terperangkap dalam sistem tersebut dan
memperlambatproses pengendapan karena adanya pengaruh gaya gravitasi.
Menurut Fardiaz, dkk. (1987), ada empat sifat fungsional yang penting dari
Na-CMC yaitu untuk pengental,stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal
sebagai pengemulsi. Didalam sistem emulsi hidrokoloid (Na-CMC)tidak berfungsi
sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberikan
kestabilan.Penambahan Na-CMC pada sari wortel berfungsi sebagai bahan pengental, dengan tujuan untuk membentuksistem
dispersi koloid dan meningkatkan viskositas. Dengan adanya Na-CMC ini maka
partikel-partikel yangtersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut atau
tetap tinggal ditempatnya dan tidak mengendap olehpengaruh gaya gravitasi
(Potter, 1986). Mekanisme bahan pengental dari Na-CMC mengikuti bentuk
konformasiextended atau streched Ribbon (tipe pita). Tipe tersebut terbentuk
dari 1,4 –D glukopiranosil yaitu dari rantaiselulosa. Bentuk konformasi pita tersebut
karena bergabungnya ikatan geometri zig-zag monomer denganjembatan hydrogen
dengan 1,4 -Dglukopiranosil lain, sehingga menyebabkan susunannya menjadi
stabil. Na-CMCyang merupakan derivat dari selulosa memberikan kestabilan pada
produk dengan memerangkap air denganmembentuk jembatan hydrogen dengan molekul
Na-CMC yang lain (Belitz and Grosch, 1986).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Paracetamol
Parasetamol adalah drivat
p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Parasetamol utamanya
digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau
sebab yang lainnya. Disamping itu, parasetamol juga dapat digunakan untuk
meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam
dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau
tidak sengaja sering terjadi.
Obat yang mempunyai nama generik
acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan ratusan nama dagang. Beberapa
diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh
gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol
memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan
atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat
disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat
dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa
4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
Sifat analgesik Parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik,
parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid
antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek
menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya
sebagai penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAID.
Parasetamol
termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti pegel linu dan
anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada saat luka
pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada
darah putih (leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga
timbul nanah itu tandanya leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya
adalah iritasi kulit.
Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak
digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap
dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam
waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan
melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar
dalam bentuk terkonjugasi.
Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi
(antiradang) rendah, sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun
efek kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada
semua golongan usia
2.2.1.1 Parasetamol tergolong obat Analgetik Non
Narkotik
Obat Analgesik
Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan
Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Efek samping
obat-obat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati
dan ginjal, kerusakan kulit.
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:
a.
Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam
propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan
daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan
aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.
Gambar 2.1 Ibuprofen
b.
Parasetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol.
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah
menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya
tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi
manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering
dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa
perlu meningkatkan dosisnya.
Gambar 2.2 Parasetamol (Acetaminophen)
c.
Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai
analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga
interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap
saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap
mukosa lambung.
Gambar 2.3 Asam Mefenamat
Parasetamol
(asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintesis dari p-aminofenol yang
memberikan efek analgesia dan antipretika. Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-p-aminofenol
atau p-asetamidofenol, bobot molekul 151,16 dengan rumus kimia C8H9NO2.

Gambar
2. 4. Struktur molekul parasetamol (asetaminofen)
Asetaminofen
(parasetamol)
|
|
N-acetyl-para-aminophenol
|
|
151.16
|
|
Rumus
empiris
|
C8H9NO2
|
(Metabolisme)
|
Hati
(Hepar)
|
Sifat-sifat
fisika parasetamol adalah:
ü Pemerian
: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
ü Kelarutan
: Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1 N
ü Titik
lebur : Antara 1680 sampai
1720
ü Ksp
: 1.4 g/100 ml or 14 mg/mL (200C)
Sifat analgesik dari parasetamol dapat menghilangkan
rasa nyeri ringan sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol
memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid
antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek
menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak. Sementara itu, sifat
antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen yang dikandungnya.
2.2.1.2 Indikasi
Obat Parasetamol
Indikasi utama parasetamol yaitu digunakan
sebagai obat penurun panas (analgesik) dan dapat digunakan sebagi obat
penghilang rasa sakit dari segala jenis seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri
pasca operasi, nyeri sehubungan dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma, dan
lain-lain. Sakit kepala migrain, dismenore
dan nyeri sendi juga dapat diringankan dengan obat parasetamol ini. Pada pasien kanker, parasetamol
digunakan untuk mengatasi nyeri ringan atau dapat diberikan dalam kombinasi
dengan opioid (misalnya kodein).
Parasetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain
dan dianggap kurang equipotent jika dibandingkan dengan aspirin (asam
asetilsalisilat). Dengan demikian, secara umum, parasetamol kurang mujarab
ketimbang salisilat dan agen antirematik lainnya jika digunakan sebagai obat
anti-inflamasi dan antinyeri.
Parasetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan
alternatif yang lebih disukai ketika aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan
kontraindikasi (misalnya karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak)
2.2.1.3 Kontradiksi Obat Parasetamol
Obat parasetamol tidak boleh
digunakan pada orang dengan kondisi sebagai berikut:
- Alergi
parasetamol atau acetaminophen
- Gangguan
fungsi hati dan penyakit hati
- Gangguan
fungsi ginjal serius
- Shock
- Overdosis
Acetaminophen
- Gizi
buruk
2.2.1.4 Dosis Parasetamol
ü Dosis
Parasetamol Dewasa untuk Demam dan Nyeri:
·
Pedoman umum: 325-650 mg diminum
setiap 4 sampai 6 jam atau 1000 mg setiap 6 sampai 8 jam.
·
Paling sering adalah Paracetamol
500mg tablet: 500 mg tablet oral setiap 4 sampai 6 jam.
ü Dosis
Parasetamol Anak untuk Demam dan Nyeri:
Untuk
mengukur dosis parasetamol anak dengan tepat maka kita harus mengetahui berat
badan dan umur anak, karena ini akan menjadi pertimbangan.
·
< = 1 bulan: 10-15 mg/kg BB/dosis
setiap 6 sampai 8 jam sesuai kebutuhan.
·
1 bulan – 12 tahun: 10 – 15 m /kg
BB/dosis setiap 4 sampai 6 jam sesuai kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24
jam).
Obat
parasetamol tidak dianjurkan melebihi dosis yang direkomendasikan. Jumlah
maksimum untuk orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4 gram (4000
mg) per hari. Penggunakan parasetamol yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan hati.
Pada
anak-anak, gunakanlah sediaan sirup atau suppositoria. Hati-hati dan selalu
ikuti petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan paracetamol untuk anak
di bawah usia2 tahun tanpa nasihat dari dokter.
·
Berhenti menggunakan paracetamol dan
hubungi dokter jika:
·
Selama 3 hari penggunaan masih
demam.
·
Selama 7 hari penggunaan masih
terasa sakit (nyeri belum teratasi) atau 5 hari pada anak-anak.
·
Terjadi reaksi alergi seperti ruam
kulit, sakit kepala terus menerus, atau kemerahan atau bengkak.
2.2.1.5 Efek Samping
Walaupun efek samping parasetamol jarang, namun jika itu
terjadi maka ditandai dengan:
- Ruam
atau pembengkakan – ini bisa menjadi tanda dari reaksi alergi.
- Hipotensi
(tekanan darah rendah) ketika
diberikan di rumah sakit dengan infus.
- Kerusakan
hati dan ginjal, ketika diambil pada dosis lebih tinggi dari yang
direkomendasikan (overdosis).
Dalam
kasus ekstrim kerusakan hati yang dapat disebabkan oleh overdosis parasetamol
bisa berakibat fatal. Maka carilah bantuan medis darurat jika anda memiliki
salah satu dari tanda-tanda reaksi alergi parasetamol seperti: gatal-gatal,
kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Berhenti menggunakan obat ini dan hubungi dokter apabila mengalami efek samping
parasetamol yang serius seperti:
- Mual,
sakit perut, dan kehilangan nafsu makan
- Air
seni berwarna gelap, tinja berwarna tanah liat
- Jaundice
(menguningnya kulit atau mata).
- Diare
- Keringat berlebihan
- Kehilangan nafsu makan
- Mual atau muntah
- Kram perut atau nyeri
- Pembengkakan, atau nyeri di perut
atau perut daerah atas
2.2.2 NA-CMC
Na-CMC adalah turunan dari selulosa dan sering dipakai dalam industri pangan,
atau digunakan dalam bahan makanan untuk mencegah terjadinya retrogradasi.
Pembuatan CMC adalah dengan cara mereaksikan NaOH dengan selulosa murni,
kemudian ditambahkan Na-kloro asetat (Fennema, Karen and Lund, 1996) .
R OH + NaOH
R Na + NaOH
R ONa +
ClCH2COONa R O CH2COONa + NaCl
Na-CMC
merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan
tidak berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis
(Inchem, 2002). Menurut Tranggono dkk. (1991), CMC ini mudah larut dalam air
panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas
yang bersifat dapat balik (reversible). Viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh
pH larutan, kisaran pH Na-CMC adalah 5-11 sedangkan pH optimum adalah 5, dan
jika pH terlalu rendah (<3), Na-CMC akan mengendap (Anonymous.2004).Na-CMC
akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat
hidrofilik akan menyerap air danterjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada
di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagidengan bebas
sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas
(Fennema, Karen andLund, 1996). Hal ini akan menyebabkan partikel-partikel terperangkap
dalam sistem tersebut dan memperlambatproses pengendapan karena adanya pengaruh
gaya gravitasi.
Menurut Fardiaz, dkk. (1987), ada empat sifat fungsional yang penting dari
Na-CMC yaitu untuk pengental,stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal sebagai
pengemulsi. Didalam sistem emulsi hidrokoloid (Na-CMC) tidak berfungsi sebagai pengemulsi tetapi lebih
sebagai senyawa yang memberikan kestabilan.Penambahan Na-CMC pada sari wortel
berfungsi sebagai bahan pengental,
dengan tujuan untuk membentuksistem dispersi koloid dan meningkatkan
viskositas. Dengan adanya Na-CMC ini maka partikel-partikel yangtersuspensi
akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya dan
tidak mengendap olehpengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986). Mekanisme bahan
pengental dari Na-CMC mengikuti bentuk konformasiextended atau streched Ribbon
(tipe pita). Tipe tersebut terbentuk dari 1,4 –D glukopiranosil yaitu dari
rantaiselulosa. Bentuk konformasi pita tersebut karena bergabungnya ikatan
geometri zig-zag monomer denganjembatan hydrogen dengan 1,4 -Dglukopiranosil
lain, sehingga menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMCyang merupakan
derivat dari selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap air
denganmembentuk jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz and
Grosch, 1986).
Belizt and Grosch (1986) mengatakan, penggunaan Na-CMC sebagai derivat dari
selulosa antara 0,01%-0,8% akanmempengaruhi produk pangan seperti jelli buah,
sari buah, mayonaise dan lain-lain. Menurut Fennema (1986),semua zat pengental
dan pengental adalah hidrofil dan terdispersi dalam larutan yang dikenal
sebagai hidrokoloid.
Secara garis besar, proses pembuatan karboksi metil selulosa melalui 2
(dua) tahap reaksi, yaitu pertama reaksi alkalisasi dan kedua reaksi
eterifikasi. Pada reaksi tahap pertama, yaitu alkalisasi merupakan reaksi
antara selulosa dengan larutan soda (basa) menjadi alkali selulosa (selulosa
bersifat larut dalam larutan soda). Sedangkan tahap kedua, yaitu eterifikasi
merupakan reaksi antara alkali selulosa dengan senyawa natrium kloro asetat
menjadi natrium karboksi metil selulosa (Na-CMC) yang membentuk larutan kental
(viskous). Reaksi berlangsung dalam temperatur antara 60-800C dan waktu operasi
antara 2-3 jam dan dilakukan pengadukan (mixing).
2.2.2.1 Kegunaaan Na-CMC
Na-CMC memiliki kegunaan sebagai
berikut yaitu :
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
di gunakan dalam bidang pengeboran minyak sebagai bahan lumpur pengeboran, di
mana bertindak sebagai viskositas
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
diasa di gunakan dalam menjaga stabilitas dingin dalam anggur
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi dalam bidang obat - obatan sebagai agen penebalan.
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi dalam bidang obat - obatan sebagai pengental
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi membentuk campuran eutektik yang mengakibatkan titik beku pada es
lebih rendah hal ini biasa digunakan dalam paket es
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi dalam pembuatan produk kertas
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi dalam pembuatan cat berbasis air
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi sebagai obat pencahar
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi dalam pembuatan sabun/ cream
Ø Na-CMC ( Carboxymethyl cellulose )
berfungsi dalam pembuatan pasta gigi
2.2.2.2
Sifat fisika dan sifat kimia NA-CMC
1. SifatFisika NA-CMC
·
Nama Lokal
a.
BP : Carmllose sodium
b.
JP
: Carmllose sodium
c.
USPNF : Carmllosum
natricum
d.
PhEur : Carboxymethylcellulose sodium
e.
Sinonim : Akuacell; Aquasorb;Blanose; cellulose gum; CMC
sodium; E466; Finnfix; nymcel;SCMC; sodium
carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate;
sodium CMC;Tylose CB
·
Nama Kimia dan Nomer Registrasi CAS
:
Cellulose, carboxymethyl ether, sodium salt [9004-32-4]
·
Rumus Empiris dan Berat Molekul
USP mendeskripsikan sodium karboksimetilselulosa merupakan garam sodium
yang berasal dari sebuah polikarboksimetil eter selulosa. Berat molekulnya
adalah 90000-700000.
·
Kategori Fungsional
Sebagai agen penyalut, agen stabilitas, suspending agen, tablet dan kapsul
disintegran tablet pengikat, agen pengabsorbsi air.
·
Ketebalan : 0.52 g/cm3
·
Konstanta Disosiasi : pKa = 4.30
·
Titik Cair : kecoklatan pada kira –
kira 227o C
·
Muatan Cairan : Dapat dianggap sebagai
cirinya berisi air kurang dari 10 %. Tetapi Sodium CMC meupakan higroskopik dan
artinya menyerap air sebanyak temperatur diatas 37o C yang relatif basah
sekitar 80 %.
·
Viskositas : Tingkatan atau Sodium
CMC yang tersedia dalam perdagangan memiliki perbedaan kekentalan cairan, solut
cairan 1 % b/v dengan kekentalan 5 – 13000 mPas (5 – 13000 cP) kemungkinan
mampu tercapai. Sebuah peningkatan konsentrasi menghasilkan peningkatan pada
kekentalan solut cairan, memperpanjang pemanasan pada temperatur tinggi mampu
mempermanen penurunan kekentalan. Viskositas solut Sodium CMC dapat stabil
dengan baik pada rentang pH 4 – 10. Jauhnya pH optimum adalah netral.
·
Inkompatibilitas
Sodium CMC inkompatibilitas dengan
kuat pada larutan asam dengan beberapa garam besi dan beberapa logam atau baja,
beberapa aluminium, merkuri dan besi. Namun dapat terjadi pada pH kurang dari 2
dan juga ketika dikocok dengan etanol 95%. Sodium CMC berbentuk kompleks dengan
gelatin dan pektin. Sodium CMC juga dapat kompleks dengan kolagen dan
mengandung beberapa protein.
2.3.3 Aquadest
Aquadest merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan, dapat
disebut juga air murni (H2O). karena H2O hampir tidak mengandung mineral.
Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang universal. Air tersebut mudah
menyerap atau melarutkan berbagai partikel
yang ditemuinya dan dengan
mudah
menjadi terkontaminasi.
Dalam siklusnya di dalam tanah, air
terus bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena mengandung banyak mineral. Aquadest memiliki tiga jenis jika
ditinjau dari bahan baku pembuatnya, yaitu : Air aquadest
dari sumur, Air aquadest dari mata air pegunungan, Air aquadest dari Air
tanah hujan. (Santosa, 2011)
2.3 Mencit (Mus Musculus)
Mencit laboratorium
merupakan turunan dari mencit liar yang
telah mengalami pembiakan secara selektif. Mencit dikelompokkan
ke dalam kingdom animalia, phylum
chordata. Hewan
ini termasuk hewan yang bertulang belakang
dan
menyusui sehingga dimasukkan
ke dalam subphylum
vertebrata dan
kelas
mamalia. Selain itu hewan ini
juga memiliki
kebiasaan mengerat (ordo
rodentia), dan
merupakan famili muridae, dengan nama genus Mus
serta memilki nama spesies
Mus musculus L (Priyambodo,
2003).
Mencit secara biologis
memiliki ciri
umum, yaitu
berupa rambut berwarna
putih atau keabu-abuan
dengan warna perut
sedikit lebih pucat. Mencit merupakan
hewan nokturnal yang sering
melakukan aktivitasnya pada malam hari.
Perilaku mencit dipengaruhi
oleh beberapa faktor
, diantaranya faktor internal
seperti seks, perbedaan umur, hormon, kehamilan, dan
penyakit ; faktor
eksternal seperti makanan,
minuman, dan lingkungan disekitarnya (Smith
dan Mangkoewidjojo, 1998).
Mencit memiliki berat
badan yang bervariasi . Berat badan ketika lahir berkisar antara 2-4 gram, berat badan mencit dewasa berkisar antara 20-40 gram untuk mencit jantan dan
25-40
gram untuk mencit betina dewasa. Sebagai hewan pengerat mencit memilki
gigi seri yang kuat dan terbuka.
Susunan gigi mencit adalah
indicisivus ½, caninus 0/0, premolar0/0, dan
molar
3/3 (Setijono,1985).
Mencit dapat
bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai
umur 3 tahun. Lama bunting 19-21 hari sedangkan
umur untuk siap dikawinkan 8
minggu. Perkawinan
mencit terjadi
pada saat mencit betina mengalami
estrus. Satu induk dapat menghasilkan
6-15
ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988). Morfologi mencit dapat
dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1. Morfologi mencit (Mus musculus L)
( Medero,
2008).
Penyebaran mencit sangat luas, semua
jenis (strain) yang
dapat
digunakan di
laboratorium sebagai
hewan
percobaan
berasal dari mencit liar
melalui seleksi ( Yuwono
dkk, 2002). Mencit liar
lebih suka hidup pada suhu
lingkungan yang tinggi, tetapi mencit juga dapat hidup
terus pada suhu lingkungan yang
rendah
(Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang dugunakan adalah spuit injeksi oral
1 ml, gelas beaker, handskun, jarum oral, labu ukur, batang pengaduk, gelas
ukur, kaca arloji dan pipet volum.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah suspensi
paracetamol cair, CMC NA 1% dan aquades. Sampel yang digunakan adalah 3 3kor
mencit (Mus Musculus).
3.2 Prosedur
Kerja
1.
Mencit dibagi menjadi 3 perlakuan
2.
Mencit pertama doberi suspensi
paracetamol cair 1 % sebanyak 1 ml dengan menggunakan selang kecil atau jarum
oral dan dimasukan kedalam mulut mencit
3.
Mencit kedua diberi suspensi CMC
NA sebanyak 1 ml dengan perlakuan yang sama seperti pada mencit pertama
4.
Mencit yang ketiga tidak
diberikan suspensi apapun, mencit ini sebagai
kontrol dari kedua mencit yang diberiakn suspensi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Jumlah Geliat
Berdasarkan hasil percobaan dapat disajikan sebagai berikut:
Perlakuan
|
![]() |
![]() ![]() ![]()
0
5 10 15
|
Total
|
Paracetamol
|
1
(Oral)
|
7 7
|
14
|
NA-CMC
|
2
(Oral)
|
2
|
2
|
4.1.2
Perhitungan Konfersi Dosisi Kemencit
Dosis paracetamol 250 mg
Dosis manusia 70 kg

Dosis 20 gr mencit = 0,0026
350 mg = 0.91

Mencit


4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan
pengujian efek analgetik pada hewan percobaan yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan obat dalam hal ini adalah mencit 1 diberikan suspensi paracetamol
cair 1 %, mencit 2 diberikan CMC NA 1 % dan mencit 3 tidak diberiakn apapun
yang berfungsi sebagai kontrol.
Pada praktikum kali ini kita akan
membandingkan daya proteksi dan efek dari suspensi paracetamol cair dan CMC NA
dengan ukuran 1 ml masing-masing suspensi yang berkhasiat sebagai analgesik.
Data diperoleh dari jumlah geliat pada mencit dalam waktu 15 menit setelah diinduksikan nyeri. Mencit 1 stelah diberikan suspensi parasetamol sebanyak 1 % dimenit
pertama mulai mengeluarkan respon atau efek pada obat yang telah dimasukkan
kedalam tubuh mencit sampai dengan menit ketuju mencit menggeliat lebih dari 10
kali hingga menit kesepuluh, setelah itu mencit mulai kembali normal hingga
sampai menit ke15. Dalam hal ini Parasetamol
menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada
pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada
siklooksigenase perifer.
Pada
mencit yang 2 setelah diberikan obat CMC NA 1% sebanyak 1 ml, dimenit ke tujuh
mencit mulai memperlihatkan respon dari obat yang telah dimasukkan kedalam
tubuhanya yaitu dengan menggeliat sebanyak kurang lebih 2 kali menggerak-gerakkan kakinya kedapan dimenit 10
hingga pada menit 15 mulai mulai kembali normal. hal ini karena Pemberian
dilakukan secara intraperitoneal karena memungkinkan sediaan lebih mudah
diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek, mencegah penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek merusak
jaringan tubuh jika pada
organ tertentu.
Hal
ini dikarenakan jumlah geliat pada asetosal lebih sedikit dibanding
paracetamoldan CMC. Secara teori semakin sedikit jumlah geliat menandakan
semakin besar daaanalgesik yang dimiliki obat. Jadi kedua
suspesi antara paracetamol dan NA-CMC memiliki perbadaan yaitu paracetamol
dapat meringankan
gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis
standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak
sengaja sering terjadi. Sedangkan NA-CMC ada empat sifat fungsional yang penting dari
Na-CMC yaitu untuk pengental, stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal
sebagai pengemulsi. Didalam sistem emulsi hidrokoloid (Na-CMC) tidak berfungsi
sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberikan kestabilan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan praktikum
diatas dapat disimpulkan bahwa mencit 1 dimenit pertama
mulai mengeluarkan respon atau efek pada obat yang telah dimasukkan kedalam
tubuh mencit sampai dengan menit ketuju mencit menggeliat lebih dari 10 kali
hingga menit kesepuluh, setelah itu mencit mulai kembali normal hingga sampai
menit ke15. Dan mencit 2 dimenit ke tuju
mencit mulai memperlihatkan respon dari obat yang telah dimasukkan kedalam
tubuhnya yaitu dengan menggeliat sebanyak kurang lebih 2 kali menarik-narik kakinya kedepan dimenit 10
hingga menit 15 mulai mulai kembali normal karena Pemberian
dilakukan secara intraperitoneal.
5.2 Saran
Saran yang saya dapat ajukan yaitu
sebelum memulai praktikum, praktikan diharap untuk menguasai teori serta teknik
pengujiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C.,
1989, Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Anief, M, 1991. Apa Yang
Perlu Diketahui Tentang Obat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim: http://mediskus.com/paracetamol
Apriyantono A, Fardiaz
D, Puspitasari NL, Sedarnawati Y, Budianto
S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis
Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor
Cemani,
Itheng.,(2010). ,Parasetamol dan Toksisitasnya, Bumi Persada, Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya,
Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot.
Dalam H. M. Djauhari
Gilang. 2010. Analgesik non-opioid
atau NSAID/OAINS.
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. P. 208 – 212, 219 – 223, 277 – 282, 285 – 287.
http://id.wikipedia.co.id/wiki/parasetamol, diakses
pada 8 Februari 2012.
Medicastore. 2006. Obat Analgesik Antipiretik.
Rusdiana., (1992)., Interaksi Farmakokinetik Kombinasi
Obat Parasetamol dan Fenilpropanolamin Hidroklorida Sebagai Obat Komponen Flu, Cahaya Cipta, Bandung
Rigakimia.,(2014):http://rigakimia.blogspot.com/2014/06/parasetamol-dan-efek-toksisitasnya-di.html
Wilmana,
P.F. (1995). Analgesik-Antipiretik,Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan
Obat Pirai : Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 4. Jakarta. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman : 217- 218
0 Response to "LAPORAN UJI ANALGETIKA"
Post a Comment